"Minggir. Aku harus menemui putra mahkota sekarang juga"
Tapi ksatria di depanku sama sekali tidak bergeming sedikitpun.
"Yang Mulia berkata, 'Jika dia berkata demikian, katakan bahwa aku akan kembali segera setelah pekerjaan ku selesai, jadi saya harap Anda tetap tenang."
"Ha."
'Dasar brengsek. Jadi begini, ya? '
Aku menyeka tawaku dan mengatupkan gigi dengan kesal.
"Lalu apakah kau akan menyampaikan pesanku?"
Yang tersisa dari itu adalah perang dingin diantara kami saat ini.
"Apa, apa?"
"Pergi kepada Putra Mahkota dan beri tahu dia dengan jelas."
".... ya?"
"Katakan padanya 'Aku sudah memperingatkanmu kemarin, jadi jangan menyesalinya'. Sampaikan itu, paham? "
Itu adalah komentar yang sangat kasar untuk subjek langsung terhadap Putra Mahkota. Tapi aku juga tidak punya pilihan lain dan pada akhirnya menutup pintu dengan keras
'brak -!'
di hadapan para kesatria yang kebingungan.
"P-putri..."
Bibi asuh nya, yang datang lagi setelah aku datang, memanggil ku dengan hati-hati dan wajah pucatnya.
"Tolong, bawalah kertas dan pulpennya sekarang juga. Karena ada yang harus aku lakukan. "
Setelah beberapa saat berkutat dnegan perhatian, aku segera diserang udara dingin.
"Eh, lakukan itu nanti saja, tuan putri! Putuskan nanti, dan makan lah sarapan mu terlebih dulu... "
"Aku merasa ingin makan camilan ringan sekarang. Ambilkan aku pena dan mundur."
"Nah, lalu bagaimana kalau menikmati minuman dengan Lady Therosy? "
"Itu tidak per—"
Ketika mencoba untuk secara reflektif mengatakan tidak, aku tiba-tiba melihat kembali ke bibi asuh Callisto yang ramah dengan menyebutkan nama yang akrab ditelinga ku.
"......Marieenne?"
"Ya, dia sudah menunggu berjam-jam untuk bertemu dengan sang putri di ruang tamu. "
Bibi asuh itu dengan cepat menambahkan dengan suara kecil, menatapku.
"Untungnya, larangan bagi orang luar istana telah dicabut. "
Itu sama sekali bukan hal yang baik. Kau hanya akan membiarkan mereka yang telah diperbolehkan masuk tentu saja akan dibolehkan masuk secara menyeluruh.
Dengan kata lain, sosok berbahaya seperti sang duke masih dilarang memasuki tempat ini meski sekedar untuk menemuiku.
Aku mengerutkan kening dan bertanya balik dengan suara tidak setuju.
"Sudah berapa jam dia menunggu? Mengapa mengatakan itu sekarang?"
"Yang Mulia memerintahkan untuk tidak membangunkan Anda sampai Anda sendiri bangun."
"Tuanmu sangat murah hati sehingga dia memberiku penyakit dan kemudian obatnya. "
(Maybe maksudnya itu—)
"Ha ha..."
Pelayan itu tersenyum canggung pada dengusan dan gumamanku.
Aku berpikir sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lily Means Death[✓]
Random[ Just a Projects ] HUSH! Jauh-jauh sana! Jangan hiraukan keberadaan ku!