Terimakasih atas bantuannya
Kak vlady_225•°•°•°•°•
204
"Awas Putri!"
Saat aku memandang kosong ke arah langit, Callisto dengan kasar menarik ku dalam dekapannya dan memelukku erat.
Aku tidak bisa melihat sekelilingku karena dia meyelimutiku sepenuhnya.
Syut, syut-!
Ratusan anak panah melesat ke barrier pertahanan yang dibuat oleh penyihir.
Atmosfernya terasa dalam bahaya.
Tampak sihir yang sama seperti menghalangi serangan panah menerobos barrier, tetapi itu hanyalah ilusi.
Barrier yang kurang stabil dengan cepat runtuh. Satu dua anak panah melesat melewatinya.
Wush-!
"Ugh!"
Klang-!
Kebanyakan dari mereka dengan cepat menahan menggunakan perisai dan pedang, tapi beberapa ksatria yang tidak bisa menghindar terkena anak panah.
"Ahh!"
Penyihir yang merapal sihir barrier di sisiku, jatuh gemetar dengan anak panah di bahunya.
Barrier itu langsung hancur seketika.
Saat serangan panah berhenti, terdapat jeda. Tapi aku tahu itu hanya sesaat.
Klang, klang-!
"Sialan!"
Putra Mahkota berteriak lagi, menghalau anak panah yang beterbangan.
"Putri, sekarang! Lari bersama orang ini ke hutan, ayo!"
Callisto mendorong punggungku setelah mempersiapkan penyihir lain yang duduk meringkuk di sampingnya.
"Kamu, bertanggung jawab terhadap sang putri dan bawa ke tempat yang aman. Nasib tunangan Putra Mahkota ada di tanganmu. Kamu mengerti?"
"Ya ya ya!"
Penyihir itu mengangguk dengan panik hingga topi kerucutnya terguncang.
"Yang Mulia! Mereka sedang bersiap untuk serangan kedua!"
Cedric, yang ternyata baik-baik saja, berteriak dengan putus asa.
"Baris dengan susunan melingkar!"
"Siap! Semua prajurit, buat susunan barisan melingkari Yang Mulia!"
Tentunya, pasukan elit Putra Mahkota bergerak tanpa ragu terhadap serangan mendadak itu.
Pada saat itu juga, para ksatria yang berkumpul di sekitar Putra Mahkota mengangkat perisai mereka.
Namun, jelas bahwa susunan ini tidak akan bertahan lama.
Tidak ada tempat untuk bersembunyi di rawa terbuka tanpa perlindung sihir.
Selain itu, sulit untuk bergerak cepat karena kaki mereka terbenam cukup dalam didalam lumpur.
Musuh yang menembakkan anak panah dari atas. Merupakan jebakan sempurna untuk pemusnahan.
"Pergi, kamu harus pergi, Putri!"
"Apa yang kamu lakukan? Ayo!"
Aku tidak bergerak sama sekali. Calisto berteriak padaku yang terus menerus merasakan keraguan.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lily Means Death[✓]
Random[ Just a Projects ] HUSH! Jauh-jauh sana! Jangan hiraukan keberadaan ku!