Prologue

5.1K 293 368
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca 😗😘😚😙

Author's POV

Pria berparas tampan itu memasuki Mobilnya, mengendarai kendaraan roda empat itu dengan santai. Mungkin tidak akan sesantai itu andai saja ada seseorang di Rumahnya yang menunggunya untuk pulang. Namun nyatanya apa? Hidup Pria bermata hijau tersebut hanyalah bekerja dan pulang ke Rumahnya, sudah. Tidak ada lagi gairah di dirinya untuk bersenang-senang, semuanya telah sirna, bersamaan dengan perginya Dua orang terkasih di Hidupnya dengan rentang waktu berdekatan. Apa yang Ia kejar dan Ia cari di Rumahnya yang sepi itu?

Sesampainya dirumah setelah menempuh beberapa menit perjalanan, Harry menghela napasnya merasakan aura rumahnya terasa sangatlah sepi. Senyap. Hanya terdengar suara jam dinding berdetak bersamaan dengan suara degup jantungnya sendiri. Lagi-lagi harus dibilang, tidak akan seperti ini jika saja Wanita terkasihnya tidak memutuskan untuk pergi tiga tahun lalu. Jika saja Ia tidak memutuskan pergi, pasti dengan senyuman manis yang menggemaskan milik Wanita itu menyambut Harry sepulang kerja, menunggunya di Sofa atau di Kamar, atau Harry bisa menjemput wanita itu pulang kerja setelah Ia pulang juga dari Kantornya. Namun itu hanyalah angannya belaka.

Memasuki Kamarnya, Harry segera membersihkan tubuhnya di Kamar mandi, dia sudah makan malam di Kantor tadi. Setelah membersihkan Tubuhnya dan merasa sedikit segar, Harry segera membawa Laptopnya ke Ruang Bayinya dulu, Ruangan khusus yang Ia siapkan untuk Nourette di bulan ke delapan kehamilan Fiona.

Hatinya terasa diremas kala memasuki Ruangan tersebut, aroma khas bayi tidak hilang dari ruangan itu. Ia selalu merasa sedih kala memasuki Ruangan itu, namun Ia berusaha melawannya. Ia tidak ingin melupakan Anaknya, Ia ingin mengenang anaknya terus-selamanya, namun mengenangnya dengan Kebahagiaan. Mungkin suatu saat nanti Ia bisa mengenangnya dengan kebahagiaan, untuk saat ini, Harry masih jelas merasa sedih kala memasuki Kamar anaknya tersebut.

Harry melanjutkan Kerjaannya yang akan rampung sedikit lagi, detik demi detik Ia lalui terus seperti ini, bekerja mengurus segala Bisnisnya. Anne, Ibunya sudah berusaha keras untuk mengalihkan perhatian Harry dari Fiona dan Nourette agar Harry tidak terus murung, namun Anne akhirnya menyerah di tahun pertama perginya Fiona. Membiarkan Harry melakukan semua hal yang Ia inginkan, dia tidak ingin melarang Anaknya yang sudah tumbuh menjadi Pria dewasa tersebut, yang jelas Harry sudah tau apa yang Ia lakukan dan segala konsekuensi nya. Anne bersyukur anaknya sudah mulai menjalankan kegiatannya seperti biasa, kinerja Harry tidak berubah, tetap sangat baik menjalankan segala perusahaan nya, walaupun Ia memang tidak seceria dulu.

Pekerjaan Harry akhirnya selesai, Harry patut bersyukur karena itu. Hal sesederhana itu sudah membuatnya bahagia, karena dimasa-masanya saat ini, rasanya Harry sangat sulit merasa bahagia.

Harry menutup Laptopnya, melihat jam dinding dan baru menunjukan jam setengah sembilan malam. Dia tidak akan bisa tidur sesore itu, Dia akan tidur jam 11-12 malam, jadi Harry memutuskan untuk mengelilingi Kamar Nourette. Terdapat satu Box bayi kayu berwarna putih dengan dekorasi berwarna hijau kesukaan Fiona dan dirinya, terdapat pula beberapa peralatan bayi yang lain, yang dulu Fiona pilih untuk anak mereka. Menggemaskan. Bisa dibilang, masa-masa itu adalah titik tertinggi di Hidup Harry sejauh ini.

Harry menegak ludahnya kala Fiona kembali berkelana di Pikirannya, mengambil Ponselnya lalu mencari Kontak Sahabat Fiona yang juga Ia kenal baik. Mace.

Harry.
Mace.

Mace.
Iya, Sayang?

Mace menghapus pesannya secara cepat, namun Harry sudah sempat membacanya, membuat Harry hanya bisa mendengus dan memutar kedua bola matanya. Ia tau Mace hanya bercanda.

Encounter [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang