[19] Bad Night

1.5K 200 243
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lagi bacaaa yaaa 😘😗😙😚

Author's POV

Fiona menatap takut jalanan malam yang terasa sangat sepi, sekitar tiga menit lalu Harry pergi meninggalkannya sendiri di Halte ini dan Fiona rasa tempat ini benar-benar menyeramkan. Bagaimana jika ternyata masih ada komplotan preman lainnya yang belum tertangkap? Bagaimana masih banyak kawanan preman lainnya yang juga sedang mencari target?

Fiona menunduk, memainkan tangannya dan berdoa pada Tuhan agar Ia selalu dilindungi dan berdoa agar suaminya cepat-cepat datang untuk menjemputnya. Fiona pun bingung kenapa London malam ini sangat sepi, seolah benar-benar menyerahkan Fiona untuk santapan para Preman malam.

Fiona mengeluarkan ponselnya, menelfon Finn dan Ia semakin ketakutan saat ternyata Ponsel Finn tidak aktif. Jika tadi aktif namun tidak mengangkat, maka ini benar-benar tidak aktif. Fiona menoleh ke kiri, kearah Papan elektronik yang menampilkan Jadwal Bus malam ini, masih ada dua Bus terakhir untuk malam ini, namun Fiona harus menunggu hingga satu setengah jam lagi.

Fiona menggigit bibir bawahnya, menatap pohon-pohon rindang dan tinggi yang semakin membuat jalanan sangat gelap. Rasanya lampu jalan tidak cukup untuk Fiona saat ini, Ia benar-benar takut.

Fiona berjalan ke dekat tiang Halte, tempat dimana Ia dicium oleh Preman tadi. Fiona menunduk disamping tiang halte, isakan kecil keluar dari bibirnya. Rasa cemas tiba-tiba menguasai perasaannya, ditambah rasa takut yang sangat-sangat mengganggu. Fiona rasa ini adalah malam terakhirnya, bagaimana jika Finn melupakannya dan membiarkan Fiona bermalam di Halte ini?

Fiona memeluk dirinya sendiri, terisak kecil sambil menunduk kan kepalanya. Dia menyesal menolak tawaran Harry kemarin, benar-benar menyesal, Ia juga tidak menyalahkan Harry karena telah meninggalkan nya. Pertolongan Harry yang tadi sudah lebih dari cukup, lagipula kemarin Fiona yang menolak mentah-mentah Tawaran baik Harry untuk menjemputnya.

Fiona tidak bisa membayangkan jika Harry tidak datang, mungkin Ia sudah diperkosa oleh dua orang preman tadi. Fiona menoleh kejalanan yang menuju ke Rumah Sakitnya tadi. Ia mungkin akan kembali ke Rumah sakit dan menunggu disana saja, atau Ia bisa lanjut membantu teman-temannya untuk bekerja. Fiona benar-benar merasa Halte bukan tempat yang baik untuknya malam ini.

Fiona merapatkan jaketnya, Dia benar-benar merasa amat menyedihkan. Isakannya tidak bisa Ia tahan, Ia takut, Ia merasa sesak, Ia cemas dan khawatir pada dirinya sendiri namun Ia tidak tau ingin melakukan apa. Ia heran kenapa Ia baru menangis sekarang, tadi saja saat Dua Preman itu hampir memperkosa nya, Ia sama sekali tidak mengeluarkan air matanya. Tubuhnya sudah terlalu lelah untuk Ia bawa berjalan kearah Rumahnya yang cukup jauh dari daerah ini, mungkin Rumah Sakit terdengar cukup baik untuknya menginap.

Fiona menunduk, melemparkan flatshoes nya yang sudah sedikit sobek ketanah dan memakainya. Ia bahkan sampai lupa memakai sepatunya dan terus menenteng sepatu tersebut setelah memukul kepala Preman yang tadi hampir menyerang Harry dari belakang.

Fiona menarik ingusnya, Ia yakin sekali mata dan hidungnya sudah memerah akibat menangis dan udara malam yang sangat dingin.

Saat Fiona ingin melangkahkan kakinya turun dari Halte, Ia berhenti kala melihat Motor harley-davidson hitam tadi berhenti didepan dirinya. Fiona tidak berharap lebih, mungkin ada barang Harry yang tertinggal di Halte ini.

Fiona mengusap air matanya cepat-cepat, menyadari Harry berjalan kearahnya dan berdiri di depannya. Memasangkan sebuah Helm yang ukurannya pas dengan kepala Fiona, Fiona menatap Harry bingung dan kembali menahan isakkannya. Ia takut Harry marah, wajah Harry masih sama menyeramkannya seperti saat Pria itu menghajar kedua Preman tadi.

Encounter [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang