27. Kok Bisa Tau?

1.2K 149 25
                                    

Harap Vote terlebih dahulu sebelum membaca!

Jangan lupa komen sebanyak banyaknya.

Happy Reading

~Buruan Nikah~

Shanas terlihat sangat khawatir, bahkan beberapa kali dia menggigit kuku jarinya dan beberapa kali melirik kearah jam yang menempel di dinding kamar Mamahnya.

Ini udah hampir pukul sembilan malam, tapi Zain--sana sekali belum memberitahu lagi akan bersedia untuk datang kerumahnya atau tidak. Seperti yang laki-laki itu bilang semalam, bahwa dia sedang memiliki sebuah urusan yang terlihat sangat penting.

Shanas dibuat gusar akan hal itu, terlebih lagi saat Pika terus menanyai kapan Zain akan datang--seperti saat ini.

"Ini udah hampir jam sembilan, tapi mana? Katanya Zain mau kesini." Tanya Pika yang saat ini sedang memperhatikan penampilannya.

Shanas menoleh kearah Pika dengan gerakan perlahan. Gadis itu cuma bisa menghela nafas saja berkali-kali karena bingung mau menjawab apa sementara dia juga tidak tau jawabannya. Coba aja tanya brainly Nas, siapa tau ada jawaban disana hehheh.

"Ini kalo sampai jam sembilan Zain nggak kesini, Mamah yakin kalo emang Zain pacar kamu." Tuduh Pika membuat Shanas memblalak. "Kok gitu? Kan Shanas suruh Zain kesini buat klarifikasi hubungan Shanas sama Zain itu cuma sekedar teman nggak lebih, bukan mau ketemu calon mertua."

"Duh sayangnya Mamah berpikir kalo Zain kesini untuk minta restu bukan ngaku kalo nggak pacaran sama kamu." Pika terkekeh karena berhasil membuat Shanas marah. "Mamah kok--"

"Ssttt... Mamah bercanda, kamu tuh pasti kebanyakan makan lemper ya jadinya suka baper gini. Lagian apa salahnya kalo kamu coba buka hati, siapa tau Zain ternyata diam-diam punya rasa sama kamu."

Buka hati buat Zain? Kayanya gue harus bertapa di rawa-rawa dulu sebelum buka hati buat Zain.

"Nggak mungkin Zain punya rasa sama Shanas, dia sendiri aja udah punya pacar."

Pika tampak kaget saat Shanas bilang Zain sudah memiliki pacar. "Yang benar kamu? Zain udah punya pacar?" Shanas mengangguk yakin. " Iya Mah, udah ah Shanas keluar dulu, mau coba telepon Zain lagi." Tanpa menunggu jawaban dari Pika, Shanas langsung meninggalkan kamar Mamahnya.

"Tapi Kino bilang tadi siang Zain nggak punya pacar dan katanya emang lagi jomblo juga kaya Shanas. Aduh ini yang benar yang mana sih? Semoga aja Zain emang jomblo terus bisa jadi menantu ku deh kalo gitu. Amin."

Shanas sudah sepuluh kali menghubungi Zain, tapi satupun panggilan itu tak terjawab. Antara kesal dan gelisah--itu yang Shanas rasakan. Dia hanya tidak mau prasangka dari Mamahnya itu makin bertambah lama, karena dia mau hari ini selesai. Oh anggap aja Shanas lebay karena hal begini aja dibesar-besarkan, tapi bagi Shanas sendiri ini sangat penting, dia tidak mau terus disebut memiliki pacar yang bernama Zain. Sangat dia akui lebih bangga menjadi jomblo sekarang.

Shanas menghela nafasnya, panggilan ke sebelas itu sama senasib dengan panggilan sebelumnya.

"Zain...lu dimana sih? Plis datang..." Lirihnya.

🍀🍀

Disebuah restoran terkenal di Indonesia, dipenuhi oleh orang-orang--ah bukan, tepatnya para staf kantor yang hadir untuk makan malam. Bukan sekedar makan malam saja karena ini juga diselenggarakan bersamaan dengan acara pesta ulangtahun. Bukan pesta ulangtahun yang terdapat seorang badut, karena pesta ulangtahun kali ini untuk petinggi perusahaan.

Get Married Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang