44. Mendekati Akhir

2K 197 35
                                    

Harap Vote terlebih dahulu sebelum membaca.

Jangan lupa untuk vote dan komen sebanyak banyaknya..

Happy Reading

~Buruan Nikah~

Sekarang disini lah mereka berdua berada, di pinggir jalan dimana banyak sekali orang-orang yang juga sedang nongkrong seperti mereka berdua.

Karena tidak memiliki tujuan yang pasti, akhirnya Zain--yang kehabisan ide mau ngajak Shanas kencan dimana--menjadi menepikan mobilnya dipinggir jalan berada dekat pada taman yang berada disebelahnya.

"Kamu gapapa kan kalo sayq ajak kesini?" Tanya Zain sesaat setelah mereka duduk disalah satu bangku taman yang diatasnya terdapat lampu sebagai penerangan.

"Emang kenapa kalo kamu ajak aku kesini? Toh aku suka kok, lagian tamannya bagus, terus ramai juga." Sahut Shanas sambil melirik sekeliling dimana banyak anak kecil berlarian dengan riang bersama teman-temannya.

"Saya malah mikir kamu bakal marah karena saya ajak kesini. Padahal bilangnya mau kencan pertama eh taunya cuma duduk dibawah tiang lampu, mana nggak ada romantis-romantisnya."

Sontak Shanas menoleh dan tertawa melihat Zain mencibir dirinya sendiri. "Ya ampun kamu...aku nggak marah kok. Jujur aku nggak peduli mau romantis atau nggak, karena bagiku apapun yang kamu lakukan bakal aku terima, terutama buat aku bahagia." Ucap Shanas sambil tersenyum manis. "Jadi kamu bahagia?" Tanya Zain menggoda Shanas. Jarang lho dia bisa melihat Shanas tersenyum manis gini, eh atau malah nggak pernah.

"Ya iyalah bahagia, kalo nggak masa aku bisa ketawa kaya gini." Shanas memukul lengan Zain sambil terkekeh. "Aduh kamu KDRT ya, masa belum apa-apa saya udah di pukul aja sih." Keluh Zain dengan wajah yang dibuat memelas. Shanas dibuat panik, dia pun langsung mengusap lengan Zain yang tadi dia pukul. "Maaf ya, aku tadi cuma bercanda tau eh malah bikin kamu kesakitan ternyata," kali ini Shanas meniup-niup lengan Zain berharap rasa sakitnya mereda. Padahal Zain hanya berakting saja tapi respon Shanas sungguh luar biasa.

"Sebenarnya saya juga bercanda eh malah kamu panik beneran." Kekeh Zain langsung dihadiahi pukulan keras di lengan yang sama dari Shanas.

"Aduh! Sakit Nas, tapi kali ini beneran sakit." Keluh Zain benar kesakitan.

"Alah aku tau kamu bohong, udah ah kamu lebay banget padahal cuma gitu doang."

Shanas tidak lagi terperdaya oleh Zain dan memilih untuk memperhatikan anak-anak kecil yang sedang bermain lampion berwarna-warni. Sangat cantik, apalagi suasana sangat mendukung, gelap dan sangat disinari oleh lampion berwarna-warni tersebut.

"Kamu kayanya senang banget ya sama anak kecil? Abis dari tadi yang diliatin mereka terus padahal ada saya disamping." Tanya Zain ikut memandangi apa yang Shanas liat.

"Tau dari mana aku senang sama anak kecil?" Shanas menoleh kearah Zain. "Emm.. nggak tau dari mana-mana sih, cuma tebak aja. Apalagi kalo diingat-ingat kamu sama Al kan lumayan dekat waktu kita ketemu di Mall, makanya sampai bikin saya salah kira kalo kamu Mamahnya Al."

"Aku emang suka dan senang sama anak kecil, tapi yang baik bukan yang nakal. Abis yang nakal kadang suka bikin emosi." Sahut Shanas. Zain terkekeh. "Pantes aja kamu galak ya, eh tapi nanti kalo kita punya anak kamu jangan galak-galak ya? Kasian mereka." Ujar Zain sambil mengelus rambut Shanas dengan lembut.

"Emang aku mau ya punya anak sama kamu?"

Seketika raut wajah Zain berubah jadi murung, tapi itu tidak berlangsung lama karena Shanas langsung terkekeh dan mencubit hidung Zain. "Astaga baru tau kamu ternyata baperan ya, aku bercanda kali. Masa kalo nggak mau punya anak sama kamu, aku malah terima lamaran kamu sih, Zain."

Get Married Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang