41. Perasaan Tidak Menentu

1.3K 142 18
                                    

Harap Vote terlebih dahulu sebelum membaca.

Jangan lupa untuk vote dan komen sebanyak banyaknya..

Happy Reading


~Buruan Nikah~

Setelah meneruskan perusahaan milik sang mertua hingga harus ditempatkan di tempat kerja yang baru, bukan hanya suasana kantor yang baru dirasakan oleh Deka tapi juga kebiasaan sahabatnya yang satu ini--yang sangat suka sekali datang ke kantor hanya untuk mengganggu gadis yang dia taksir--siapa lagi kalo bukan Bayu.

Ya, Bayu. Sahabatnya yang kini tengah dimabuk asmara dengan gadis cantik bernama Shanas yang dimana adalah salah satu karyawannya.

Sebagai sahabat serta teman, Deka tentu sangat mendukung jika sahabatnya ini dekat dengan seorang gadis yang Deka ketahui adalah gadis baik-baik, tapi cara Bayu untuk mendekati Shanas itu lah yang membuat Deka lama-lama jengah.

Mungkin bukan hanya dirinya yang jengah oleh cara Bayu dan tingkahnya, bisa jadi Shanas juga. Pantas saja Shanas terlihat tidak tertarik oleh sahabatnya satu ini yang bisa dibilang memiliki tampang yang luar biasa cakep serta bisa dibilang juga sudah mapan. Apa lagi pekerjaan Bayu yang memang hampir semua diinginkan semua orang seperti menjadi direktur utama di perusahaan milik orang tuanya--tapi kini udah berpindah tangan menjadi milik Bayu.

"Bay, apa lu nggak punya pekerjaan?" Itu bukan pertanyaan melainkan sebuah sindiran yang ditujukan untuk Bayu yang sedang asik meminum kopi miliknya.

Posisi mereka sekarang berada diruang Deka--yang Bayu anggap sudah seperti rumah sendiri, bukan cuma ruangan tapi juga kantor--lantaran hampir setiap hari Bayu selalu datang ke sini dengan tujuan utama untuk melihat Shanas. Dan tujuan kedua untuk meminum kopi buatan sekertaris Bayu yang konon katanya rasanya begitu mantap.

Padahal kalo boleh Deka jujur itu cuma akal-akalan Bayu buat bisa ketemu sama Shanas. Lagi pula kopi buatan sekertarisnya itu cuma kopi instan biasa yang ada di warung-warung.

Bayu merapihkan jasnya dan menyisir rambutnya menggunakan jari. "Apa dengan gue pake jas bagus, celana licin, sepatu kinclong serta rambut tapi masih kurang meyakinkan kalo gue punya kerjaan, Dek?"

Oh...shit! Sialan sekali jawaban sahabatnya itu.

Deka berdecak. "Maksud gue bukan penampilan lu, tapi pekerjaan lu Bayu! Emang dikantor lu nggak ada berkas-berkas yang perlu dikerjain apa?"

"Oh bilang dong," Bayu menautkan jari-jarinya yang menaruh diatas paha. "Santuy aja kali Dek, lagian gunanya kelima asisten gue buat apa kalo bukan buat ngurus berkas-berkas yang perlu gue kerjain."

Oh... double shit!

Kenapa jawaban sahabatnya itu jadi membuat Deka ingin mengajak Bayu ribut ya?

Lalu tadi apa katanya, lima asisten? Astaga yang benar saja. Bayu memelihara--ralat memperkerjakan lima asisten sekaligus. Ckckck benar-benar ya si Bayu, Deka tau kalo Bayu memang keturunan anak Sultan tapi tidak seharusnya memperkerjakan asisten sebanyak itu untuk mengurus pekerjaan yang memang sudah tugas Bayu sebagai direktur utama.

Deka menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Bay, gue tau lu banyak duit tapi cara lu nggak gitu juga. Lu boleh kesini buat tengokin Shanas tapi lu juga nggak boleh tinggalin pekerjaan lu ke orang lain gitu aja. Maksud gue, lu kesini kalo pekerjaan lu udah selesai bukan malah pekerjaan masih numpuk tapi lu udah kelayaban udah kaya lonte."

Mata Bayu membulat sempurna menatap tajam kearah Deka. "Lonte pala lu!" Umpat Bayu. "Lagian Dek, lu kenapa dah jadi ngurusin hidup gue? Bokap gue santai aja tuh, menurut dia yang penting pekerjaan gue selesai."

Get Married Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang