30. Seperti Game

1.3K 141 12
                                    

Harap Vote terlebih dahulu sebelum membaca!

Jangan lupa komen sebanyak banyaknya.

Happy Reading

~Buruan Nikah~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Buruan Nikah~


"Sini biar gue yang cuci," ujar Zain mengambil alih piring kotor yang Shanas pegang. Awalnya Shanas ingin menolak, tapi ini juga menguntungkan. Bagaimanapun pekerjaannya sedikit berkurang karena bantuan Zain.

"Emang lu bisa?" Lagi-lagi Shanas meragukan kemampuan Zain. Laki-laki lantas tersenyum seraya berjalan wastafel lalu mulai mencuci piring yang tidak terlalu banyak.

Bagi Zain mencuci piring bukanlah hal yang sulit karena dia sering melakukannya dulu hingga sekarang, walaupun sudah jarang. Hanya sesekali. Itu disebabkan karena Inayah memang mengajarkan semua anak-anaknya agar bersifat mandiri, ditambah dulu Inayah tidak memiliki ART jadi untuk membantunya membersihkan, maka dari itu dia serahkan kepada ketiga putranya untuk membantunya membersihkan rumah.

Zain mulai menggosok permukaan piring dengan sabun hingga bersih dan berbunyi seperti pada diiklan sabun cuci piring.

"Gimana hebatkan gue? Udah cocok dong jadi calon buat lu." Kekeh Zain langsung dihadiahi dengusan dari Shanas. "Alah, yang ada lu cocok jadi tukang cuci piring!" Shanas hendak membersihkan meja makan, tapi Zain langsung menahannya hingga Shanas berbalik badan dan siap mengumpat kepada Zain.

"Masa jodoh sendiri dibilang tukang cuci piring sih, jangan gitulah."

"Apa sih jodoh-jodoh, nggak usah halu deh, masih pagi soalnya! Lagi ogah banget gue jodoh gue lu."

"Nggak boleh gitu, nanti kemakan omongan sendiri tau." Zain mencolek hidung Shanas dengan tangan yang berbusah lantaran mencuci piring. Shanas mendelik karena tindakan Zain. "Songong banget sih lu!" Dia menepis tangan Zain. "Lagi pula gue jamin gue nggak bakal pernah kemakan omongan sendiri. Tuhan juga sayang kali sama gue sampai nggak tega kirim jodoh yang nyebelin kaya lu!" Tegas Shanas sambil menghapus busah sabun dihidungnya. Dia pun melengos dan langsung meninggalkan Zain yang geleng kepala sambil tersenyum.

"Padahal Tuhan lebih sayang sama lu kalo diciptakan untuk mengisi ruang dihati gue dan sebagai titipan yang bakal gue jaga baik-baik. Bahkan rasanya lecet sedikitpun nggak bakal gue biarin menghiasi diri lu, Nas."

Tentu ucapan Zain tidak terlewatkan begitu saja dari telinga Shanas.

Tiba-tiba dia merasa desiran aneh didadanya.

Tapi Shanas langsung menepis jauh prasangkanya. Nggak-nggak, gue nggak boleh baper karena Zain cuma lagi gombal hal basi.

🍀🍀

"Masih ngambek?" Tanya Zain saat berada di ruang tengah dimana ada Shanas yang sedang menonton TV sok fokus. Zain mengambil posisi tepat samping Shanas di sofa yang semalam tubuhnya dibaringkan.

Get Married Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang