38. Tamu Tidak Diundang

1.3K 140 29
                                    

Harap Vote terlebih dahulu sebelum membaca.

Jangan lupa untuk vote dan komen sebanyak banyaknya..

Happy Reading

~Buruan Nikah~


Hari sudah semakin larut, udara dingin yang disebabkan oleh angin malam begitu menusuk kulit hingga menembus tulang walaupun sudah memakai baju tertutup.

Bahkan jika tetap diluar maka bisa menyebabkan penyakit. Tapi disaat orang-orang merasakan dingin, ada satu orang yang terlihat begitu santai duduk ditepi kolam renang dengan bertelanjang dada karena baru saja selesai berenang.

Orang itu adalah Zain. Ntah apa yang sedang dia pikirkan tapi sepertinya rasa dingin yang baru saja digambarkan tidak sama sekali berpengaruh kepada Zain.

Malah dengan santainya, dia masih saja duduk di tepi kolam dengan kaki yang dicemplungkan kedalam air.

Dari kejauhan, Inayah memperhatikan putranya tersebut. Dia bingung sendiri dengan apa yang Zain lakukan. Padahal jelas-jelas itu membahayakan kesehatan dirinya sendiri.

Inayah menghela nafasnya, dia tau Zain sedang mempunyai masalah tapi saat Inayah tanya apa masalahnya Zain tidak mau mengaku dan selalu mengelak.

Dengan membawa sebuah handuk ditangannya, Inayah berjalan mendekat kearah Zain dan langsung menyelampirkan handuk tersebut di bahu Zain yang terbuka.

Merasakan ada sesuatu yang menempel pada tubuhnya, Zain lantas mendongak dan mendapati Inayah berdiri disampingnya dengan menggunakan baju tidur yang sangat tertutup serta kerudung instan senada dengan baju tidurnya.

"Mamah?" Ucap Zain lantas berdiri. "Mamah kok belum tidur? Terus juga kenapa keluar, disini dingin Mah. Masuk kedalam rumah lagi ya?" Ujar Zain sambil memegang kedua bahu Inayah agar kembali masuk kedalam. Namun bukannya mendengarkan perintah Zain, Inayah malah berbalik hingga berhadapan dengan sang Putra yang tinggi melebihinya.

"Udah tau disini dingin tapi kenapa kamu malah berenang terus juga kenapa nggak masuk kedalam juga?" Inayah membalikkan ucapan Zain yang hanya diam sambil menundukkan kepala.

Zain ingin menjawab tapi dia bingung harus jawab apa.

"Kamu pengen sakit? Masuk angin gitu?" Inayah berucap dengan nada marah. Ya, sebagai seorang ibu, dia khawatir jika Zain sakit, bukan hanya Zain tapi kedua putranya yang lain pun. Memang mana ada orangtua yang ingin anaknya sakit atau kenapa-kenapa.

"Zain, jawab Mamah! Kenapa kamu ngelakuin hal yang bisa bikin kamu sakit? Kamu mau bikin susah Mamah?"

"Nggak Mah," akhirnya Zain buka suara dan langsung menatap Inayah. "Terus kenapa kamu malah berenang malam padahal tau itu bakal buat kamu sakit?"

"Zain..." Bibirnya tiba-tiba keluar untuk menjawab.

"Kamu kenapa?" Tanya Inayah sambil menangkup kedua pipi putranya. Inayah bisa melihat dengan jelas dari mata putranya itu bahwa ada yang sedang Zain sembunyikan darinya. "Zain cuma butuh sesuatu buat mengurangi pikiran Zain, Mah."

"Kamu lagi ada masalah?"

"Nggak Mah, Zain lagi nggak ada masalah kok, cuma lagi banyak kerjaan aja," Inayah memegang kedua lengan Zain dan menatapnya lekat. Dibalik mata hitam milik putranya itu, Inayah bisa melihat ada sebuah kebohongan didalamnya. "Mamah kenal kamu dari masih didalam kandungan hingga kamu dewasa Zain, jadi kamu nggak perlu lagi berbohong untuk menutupinya. Cerita aja sama Mamah, udah berapa kali Mamah bilang kalo ada masalah cerita jangan pendam sendiri. Lagi pula dulu kamu juga sering cerita masalah-masalah kamu, tapi kenapa sekarang malah kamu tutup-tutupi?"

Get Married Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang