22. Efek Rindu?

1.4K 159 21
                                    


Harap Vote terlebih dahulu sebelum membaca!

Jangan lupa follow diriku terlebih dahulu!

Komen sebanyak banyaknya yaaa juga ya.

Happy Reading

~Buruan Nikah~

Dengan senyum yang mengembang sempurna diwajahnya, Zain menatap meja kerjanya yang sudah tidak ada berkas-berkas atau dokumen yang harus dia kerjakan.

Dia menyandarkan kepalanya pada punggung kursi kerja yang diduduki sekarang. Zain menguap sebentar, lalu dia memilih untuk memejamkan matanya.

Rasa lelah karena seharian harus berkutat dengan komputer serta berkas-berkas penting membuatnya lelah dan tentunya ngantuk.

Handphone Zain bergetar membuat laki-laki yang tadi hampir terlelap terpaksa membuka kembali matanya. Tentu Zain tidak akan marah kepada sang penelpon, karena berkat telpon tersebut dia tidak jadi menginap dikantor yang tentunya sudah mulai sedikit sepi karena ditinggal satu-satu oleh para karyawan.

Syera.

Nama gadis itu yang tertera dilayar handphone Zain. Padahal dia mengira bahwa Shanas lah yang menelponya, tapi apa Shanas mau menelponnya lebih dulu? Sudah pasti nggak akan pernah, karena mengangkat telepon darinya saja gadis itu begitu enggan.

Tanpa menunggu lama, Zain langsung mengangkat teleponnya dan menempelkan tepat ditelinganya.

"Halo Syer?"

"Halo Zain!" Seru Syera begitu semangat.

"Iya, kenapa Syer telpon aku?" Zain beranjak dari duduknya mengarah kepada kaca besar tembus pandang ruangannya yang menampilkan pemandangan sore hari kota Jakarta yang padat dari ketinggian kira-kira sepuluh meter dari tempat Zain berdiri sekarang.

Bahkan langit berwarna jingga begitu indah menghiasi langit kota Jakarta yang terbilang banyak polusi.

"Udah makan belum, kamu?" Tanya Syera membuat Zain tersenyum tipis. Jarang sekali ada seseorang yang menanyainya seperti itu, kalo bukan hanya sang Mamah.

Bolehkah Zain disebut serakah karena dia menginginkan Shanas bertanya seperti itu juga? Ya, Zain menginginkan Shanas yang bertanya seperti itu.

"Makan apa dulu nih? Pagi, siang, atau malam? Kalo pagi sih kan namanya sarapan, kalo siang tentu udah, kalo malam...ya belum. Ini aja baru selesai kerja."

"Bisa tepat banget aku telponnya."

"Eh?" Zain tidak mengerti ucapan Syera.

"Makan malam bareng yuk, selagi malam Minggu. Bosen tau makan di apartemen sendirian terus." Ajak Syera.

"Makanya pulang, sekali-kali makan bareng keluarga." Ucap Zain berniat bercanda. Tapi siapa sangka bahwa itu sedikit menyinggung perasaan Syera.

"Ih nggak usah bahas keluarga ku lah Zain, males banget."

Zain sebenarnya nggak sengaja menyinggung tentang keluarga Syera, ya, dia sedikit tau tentang apa yang terjadi didalam keluarga Syera, karena gadis itu pernah beberapa kali bercerita tentang keluarganya.

"Syer, maaf ya? Tadi salah bicara." Ujar Zain. Berharap Syera memaafkannya.

"Nggak ah, aku nggak maafin." Sahut Syera judes sambil menahan ketawa agar Zain taunya bahwa dia marah karena ucapan laki-laki itu, tapi siapa sih yang bakal kuat marah sama orang yang kita sayang? Hayo lah udah pasti hanya sedikit yang seperti itu, karena rasa cinta mengalahkan segalanya.

Get Married Now!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang