13. Katanya Jodoh

1.3K 530 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haris dan Prima tiba di rumah jam enam sore. Mereka jalan kaki dari kampus karena mobil Haris dipinjam Aryan. Padahal tadi Prima sengaja datang ke FISIP karena ingin pulang dengan mobil, eh ternyata malah harus jalan kaki dengan menyedihkan.

Inilah yang dinamakan zonk. Tahu begini dia nebeng ke Esa aja biarpun cowok itu bawa motor.

Jarak kampus dan rumah memang tak jauh, tapi buat mereka yang tidak pernah olahraga kecuali hari Jumat di halaman FKG, perjalanan ini menguras tenaga. Napas mereka tersenggal ketika sampai di rumah.

"ASSALAMUALAIKUM!!" salam Haris berteriak.

"Assalamualaikum," sedangkan Prima mengucap salam dengan kalem.

Haris menghentikan langkah ketika melihat bocah berpiyama di ruang tengah. Sampai membuat Prima menabrak karena tidak sadar cowok itu menghentikan langkah.

Haris dan bocah tersebut saling menatap.

Sama-sama mengerjap polos.

Penasaran akan apa yang terjadi, Prima mengintip ke balik badan Haris. "Ris, lo udah punya anak?!"

Bukan tanpa sebab, Prima berteriak karena bocah yang ada di depan matanya mirip banget sama Haris. Orang mungkin bakal percaya kalau Haris mengakui bocah itu sebagai anaknya.

"Ngaco!"

"Yakin, lo?"

"Eh gini gini gue masih perjaka!"

"Kok gue nggak percaya?"

Haris tidak membalas lagi, dia hanya kembali memandangi bocah itu dengan seksama. Kalau dilihat-lihat memang bocah ini mirip Haris waktu kecil dulu. Dia mengingat jelas foto masa kecilnya yang terpajang di ruang tengah rumahnya di Bali. Bedanya, bocah ini versi Haris kecil dipakaikan wig aja.

"Lo nggak merasa lepas tanggung jawab gitu ke cewek, Ris?"

"Anjing! Ngeselin amat."

Plak

Tangan Prima enteng memukul mulut cowok itu.

"Ada anak kecil!"

Haris juga memukul mulutnya sendiri sadar kesalahannya. Anak kecil akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Itulah mengapa orang dewasa harus menjaga sikapnya di depan anak kecil.

"Janeeee, kita cari makanan yuk!" teriak Calvin keluar dari kamar dengan teriakan sok imutnya. "Lah... kok lo berdua. Mika mana?"

"Di depan noh ngorol sama orang jual putu," jawab Prima yang tadi sempat melihat Mika di depan rumah tetangga bersama penjual putu keliling.

"Bahaya banget bocah begini ditinggalin," keluh Calvin.

"Anak siapa ini, Bang?" tanya Prima penasaran.

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang