Bayu bergegas membayar ketika turun dari ojek. Dilihatnya Nina yang sedang membuka kunci rumah, sudah lebih dulu sampai. Bayu menghampiri gadis itu.
"Na," panggil Bayu.
Nina tidak menoleh sama sekali. Ia mengumpat pelan karena kunci pintu ini sulit sekali dibuka. Atau mungkin terlalu larut dalam kemarahan hingga memasukkan kunci ke lubangnya saja tidak bisa.
Bayu mengambil alih kunci tersebut dan membuka pintu. Pemuda itu menarik tangan Nina masuk ke dalam rumah. Tapi Nina menyentakkan tangan denga cukup kasar.
Bayu berhenti dan berbalik. "Na, gue minta maaf."
"Minta maaf buat apa?" tanya Nina dengan ekspresi datar.
Bayu tidak menjawab. Hanya terdiam menggigit bibir bawahnya merasa gelisah.
"Gue tanya lo minta maaf buat apa? Orang nggak minta maaf tanpa alasan," ujar Nina dengan intonasi meninggi.
"Buat apa yang lo lihat di hp gue," jawab Bayu akhirnya.
"Yang jelas."
Helaan napas Bayu terdengar panjang, mengusap wajahnya gusar. "Gue deket sama cewek lain. Namanya Lia, dia temennya Aji yang pernah kerjasama sama Netfilm. Demi apapun niatnya nggak ngedeketin Na, itu ngalir gitu aja sampai gue sadar kalau itu udah kelewatan. Tapi sekarang gue udah nggak pernah chat dia lagi, udah lama nggak ketemu juga."
Nina tidak menanggapi penjelasan cowok itu. "Pernah jalan bareng berdua?"
"Gue akuin pernah," jawab Bayu mengangguk. Tidak ada gunanya menutupi itu, malah bisa menghadirkan masalah baru di kemudian hari jika tiak mengaku sekarang.
"Tadi dia chat tuh," kata Nina membuang pandangan ke arah lain.
"Dia nge-chat tadi kan nyuruh cek e-mail. Siapa tau mau kerjasama lagi."
"Iya yang tadi. Yang kemarin-kemarin gimana? Sadar nggak kalau cewek itu baper sama lo?" sergah Nina.
"Baper apaan sih, jangan sok tau gitu."
"Bay, kalau lo bosen sama gue nggak gini caranya. Gue mending diputusin daripada dibohongin kayak gini, apalagi lo ke cewek lain."
"Kemarin-kemarin lo juga sama Aji mulu, apa-apa Aji, ini itu Aji. Bahkan jalan berdua sama gue juga bahasnya Aji."
"Jadi lo nyalahin gue sekarang?!"
"Siapa yang nyalahin?!"
"Ngapain bawa-bawa Aji?"
Bayu mengacak rambutnya dengan kasar merasa stres. "Karena gue kesel! Sadar nggak kalau sejak Aji putus, lo berdua jadi makin deket. Apa-apa bareng. Lo pikir gimana rasanya ngelihat lo berduaan sama dia terus. Bahkan waktu itu lo pernah nemenin dia nugas sampai lewat tengah malem, lo pernah nggak kayak gitu ke gue? Gue ajakin syuting nggak sampai setengah hari aja nggak mau."
"Eh masalah kita nggak ada hubungannya sama Aji ya!" tukas Nina yang emosinya mulai tinggi.
"Ada!!" jawab Bayu menatap tajam ke arahnya.
"Apa? Apa hubungannya sama Aji?" tanya Nina terdengar menantang.
"Lo terlalu merhatiin Aji dan lama-lama ngejauh dari gue. Inget waktu mereka mau ke resepsi nikahannya Dina, hari itu gue ngajak lo ke expo pulang kuliah, tapi lo lebih milih ngikutin Aji dan pergi ke resepsinya Dina padahal lo juga nggak kenal sama Dina. Kalau lo mau bilang ikut karena setia kawan, pertemanan kita di sini nggak segitunya, Na. Dan kalau lo bilang karena mau ikut makan gratis sama yang lain, lo juga bukan orang yang memanfaatkan keadaan kayak gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Teen FictionRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021