Mika terbangun bukan karena alarm dari jam weaker atau Esa yang menggedor pintu kamar menyuruhnya sholat Subuh, tapi karena ponselnya berdering terus. Tersangkanya tak lain dan tak bukan adalah Felix yang terkunci di depan rumah.
"Ish ganggu orang lagi tidur aja, ini masih jam empat nyet!" Mika langsung mengamuk begitu pintu rumah terbuka.
"Iya iya sori!" jawab Felix ikutan nyolot.
"Tidur dimana lo semalem?" tanya Mika sambil mengunci pintu kembali.
Jadi, semalam Felix benar-benar tidak ditemukan di klub sehingga Mika dan Prima akhirnya pulang berdua saja sementara Calvin mencari cowok itu yang berujung nihil. Felix seolah hilang tanpa jejak. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi sama sekali.
Beruntung Felix sudah kembali ke rumah meski harus mengganggu ketenangan Mika.
"Tidur di rumah temen gue."
"Lo nggak tau aja gue, Prima, sama Bang Calvin panik nyari lo di klub."
"Bang Calvin?"
"Iye, semalem gue ketemu sama Bang Calvin di sana."
"Ah iya, gue lupa kalau itu tempat nongkrongnya Bang Calvin." Felix berdehem, perasaan takutnya mulai muncul. "Marah nggak? Mas Bayu nggak tau kan?"
Mika menggeleng. "Bang Calvin agak marah awalnya apalagi pas tau lo ilang, sekarang udah enggak kok. Tapi lo harus tetep minta maaf, Bang Calvin nyari lo sampai jam satu pagi tau!"
Felix mengusap wajahnya frustrasi. "Iya nanti gue minta maaf. Mm... sori juga bikin lo sama Prima repot."
"Hmm." Mika mengangguk saja. "Lo kenapa bisa minum sih Lix? Gue kira lo cowok baik-baik."
"Khilaf Mik. Janji nggak lagi deh."
"Beneran?"
"Iya bener. Janji." Felix mengacungkan kelingking dan menggerakkannya. "Pinky swear."
Kalau Felix sudah bertingkah imut seperti ini, siapapun akan sulit mengatakan 'tidak'. Jadi Mika bergegas mengaitkan kelingkingnya sambil tertawa kecil.
"Udah sana istirahat."
"Iya."
**
"Mik, ada salam dari temen UKM gue, namanya Jeno," kata Haris menyenggol lengan gadis di sampingnya.
"Hm," jawabnya menggumam saja karena sibuk melukis tulang ikan di punggung Felix di depannya, sementara Haris tiduran di sofa ruang tengah.
"Dia nanyain lo terus, minta disalamin juga. Minta nomer lo tapi belum gue kasih, boleh gue kasih nggak?" tanya Haris meminta izin.
Mika tak merespon banyak. Fokus membuat lukisan estetik di punggung Felix.
"Udah nggak usah, kasihan temen lo kalau dikasih nomernya," sahut Felix gerah karena temannya tidak menjawab sama sekali. "Ujung-ujungnya dicuekin, Mika hatinya udah ketutup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Teen FictionRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021