75. Menyelesaikan

788 239 51
                                    

Hari ini ada kerja bakti besar-besaran karena belakangan banyak warga yang kena demam berdarah. Maka dari itu jam tujuh pagi cowok-cowok sudah siap di teras menunggu aba-aba kerja bakti dimulai. Khusus Minggu ini mereka libur jogging demi kepentingan bersama sebagai warga kompleks Melrose perumahan Puri Kirana RT 13 RW 04.

Para perempuan tidak diminta melakukan apapun, tapi anak rumah berinisiatif untuk membuatkan gorengan dan minuman.

Di lokasi kerja bakti, rupanya banyak ibu-ibu yang mendadak oleng ke Bayu. Mereka bilang kalau Bayu keren meski keringatnya sudah banjir. Sedangkan Haris yang biasanya dilirik-lirik kini mulai kehilangan popularitasnya di kalangan ibu-ibu. Kini menantu idaman mereka bukan lagi Haris tapi Bayu.

Felix dari tadi sudah berhasil berbaur. Ia turut mendengarkan humor khas bapak-bapak dan ketawa ngakak meskipun sebenarnya tidak lucu. Kalau Aji justru dangdutan di pos bareng bapak-bapak yang lainnya lagi.

Esa, Calvin, dan Rino lagi ngaso dekat sana sambil minum nutrisari kiriman ibu-ibu. Mereka tidak kebagian gorengan yang dibuat cewek-cewek rumah, jadi sekarang mereka cuma bisa ngemil roti goreng.

**

Selesai kerja bakti. Cowok-cowok langsung pulang ke rumah. Kedatangan mereka menimbulkan suara gaduh. Yang paling terdengar adalah tawa Calvin yang begitu puas serta amukan Bayu dan disusul seruan dari tim hore Haris, Aji, dan Felix.

"Heh berisik, udah siang waktunya orang istirahat!" omel Shasha keluar dari rumah dengan wajah yang masih dilapisi masker. Cara bicaranyapun ditahan-tahan.

"Hehe sori sori," ucap Haris segera masuk ke dalam rumah.

"Udah sana pada masuk. Mandi dulu terus makan, Nina udah masak."

"Siap!" jawab mereka kompak.

Gadis ramping itu berbalik kembali masuk rumah dibuntuti oleh cowok-cowok. Membuatnya tampak seperti Putri Salju yang diikuti kurcacinya.

"Aryan!" panggil Rino menghentikan langkah Aryan yang hampir melewati pintu depan.

Aryan menghentikan langkah dan menoleh. "Apa, Mas?"

"Gue perlu ngomong sama lo," kata Rino dengan ekspresi datar. Sengaja memasang ekspresi tak ingin dibantah karena tahu Aryan akan menghindar lagi. "Ikut gue bentar."

Mau tak mau Aryan mengangguk lantas membuntuti langkah Rino yang berjalan keluar rumah.

**

Mereka berdua ke warung kopi pojok yang sekarang sedang sepi. Mungkin karena bapak-bapak masih pada capek setelah kerja bakti, jadi lebih memilih pulang dan istirahat ketimbang nongkrong di warkop.

"Bang, kopi item satu," pesan Rino. "Lo mau apa, Yan?"

"Tora Bika cappuccino, Bang," kata Aryan.

Keduanya duduk di bangku panjang menghadap ke jalan raya. Untuk beberapa saat membiarkan jiwa mereka tenggelam dalam keheningan.

Rino berdehem memecahkan keheningan. "Waktu itu lo ngelihat photo strip gue kan," katanya memulai percakapan. "Gue yakin lo udah baca semua dan paham apa maksudnya."

Aryan mengangguk saja menjawabnya.

"Itu semua bener. Gue pernah pacaran sama Dina." Rino mengakui sesuatu yang tidak diketahui oleh sebagian besar anak rumah. "Gue mulai pacaran sama Dina sejak lulus SMP. Hubungan kami lancar-lancar aja dan sebenernya gue sama Dina baru putus beberapa hari sebelum dia nikah sama Bang Okan."

Aryan masih diam hanya fokus mendengarkan cerita dari Rino karena yakin ada banyak hal yang ingin pemuda itu sampaikan padanya.

"Kami sempat lost contact kurang lebih sebulan dan akhirnya ketemu lagi pas lo bawa Dina ke seminarnya Felix. Dari sana gue sama Dina mulai ngelurusin sesuatu dan nyelesein masalah yang kita punya. Masalahnya itu... gue yakin lo udah paham."

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang