Mampir ke Ruang kalau mau tau cerita Rino & Shasha yang lebih lengkap.
Cek profil aku ya.
"Anjing! Tega lo pada ninggal gue!" maki Aji murka ketika melihat teman-temannya ada di kantin sedang enak-enak makan sementara dirinya kebingungan mencari mereka. "Mana yang katanya selalu bersama? Lo malah niggalin gue makan sendiri!"
Rino yang mengusap bibirnya dengan tisu kemudian menoleh. "Apa faedahnya kita-kita nunggu orang yang mati suri di ruang kesehatan? Nggak guna."
"Minimal dibangunin kek!"
"Ji," panggil Esa.
"Apa?!"
Esa langsung menyuapkan sepotong ayam geprek ke mulut cowok itu. "Rese lo kalau lagi laper."
Aji mendengkus tapi tak banyak protes langsung pergi pesan makanan dan kembali dengan menarik sebuah kursi, duduk di antara Calvin dan Rino.
"Gebetan lo mana, Yan? Kok nggak diajak makan bareng," tanya Aji menoleh pada si bungsu yang makan soto ayam dengan lahap.
Aryan tersedak mendengar pertanyaan Aji. Cowok itu langsung meraih gelasnya dan meminum es tehnya sampai tenggorokan terasa lega.
"Pelan-pelan atuh, cuma ditanyain gitu aja sampai keselek," ledek Aji yang menyangka Aryan malu karena ditanyai perihal perempuan.
"Gue lupa!" kata Aryan segera mengeluarkan ponselnya. "Lah kan telepon dari tadi! Mati gue!" ocehnya panik sendiri mengetahui ada belasan panggilan tak terjawab.
"Goblok, kok bisa sih lupa ngajak cewek?" tanya Esa sambil tertawa. Tak habis pikir, bagaimana bisa seseorang lupa kalau pergi dengan orang lain.
Sebelum Aryan benar-benar meninggalkan kantin utama, dia sudah melihat sosok Dina terlebih dahulu memasuki kantin. Mereka berpandangan, Dina bergegas menghampiri meja tempat Aryan berada.
"Ya ampun, Deeeek, tega banget lo ninggalin gue! Gue plonga plongo di depan Graha tadi!"
"Maaf Kak. Lupa."
"Gue teleponin nggak diangkat-angkat. Sok ngartis banget di-silent segala hapenya."
"Iya Kak, maaf beneran maaf. Tadi dari toilet langsung diajak makan sama Mas Esa, jadi lupa."
"Eh apaan gue dibawa-bawa!" protes Esa langsung menoleh dengan tampang galaknya ke Aryan. Membuat cowok itu langsung menciut dan refleks menunjukkan wajah ketakutan.
Melihat ekspresi Aryan membuat Dina tertawa kecil. "Huh, untung lo imut ya, kalau enggak udah gue betot lo."
Sementara Aryan kebingungan, anak-anak rumah malah menahan tawa. Melihat bagaimana Dina mengomel pada Aryan, rasanya seperti melihat ibu yang mengomeli anaknya yang bandel. Keduanya terlalu menggemaskan sampai-sampai membuat yang lain lupa kalau posisi muda-mudi itu adalah orang yang sedang pendekatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Genç KurguRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021