Setelah mendengar kabar Bayu dan Nina putus, keadaan rumah sempat agak aneh. Namun seiring berjalannya waktu semua kembali seperti semula. Apalagi Bayu dan Nina tetap terlihat akrab meski sekarang sangat terlihat mereka saling menjaga sikap. Terutama Bayu, dia sangat berusaha menahan diri untuk tidak menempeli Nina seperti yang dulu-dulu.
Ketika keadaan rumah sudah mulai membaik, rupaya ada satu orang yang tidak bisa baik-baik saja. Aji masih bertahan dengan tembok besarnya terhadap Nina. Ia bingung harus mulai dari mana karena jika mengingat kejadian di teras rumah Nina waktu itu, rasanya dia ingin lenyap dari dunia atau minimal lupa ingatan.
Gara-gara itu dia jadi tidak betah di rumah dan memilih main-main ke luar. Entah ke kosan teman, pergi dengan gengnya, sekedar tiduran di ruang sekretariat BEM, atau pergi jalan-jalan ke mall sendirian. Terhitung sudah dua minggu Aji seperti ini.
"Bang, pinjem mobil." Aji membuka pintu kamar Calvin tanpa permisi.
Calvin yang lagi-lagi sedang tiduran sambil main ponsel hanya menoleh sebentar. "Mau kemana lo? Ngayap mulu perasaan. Mana nggak modal lagi pakai pinjem mobil gue."
Aji menutup pintu lalu duduk di kursi meja belajar. "Ini hujan Mas, sumpah deh kalau nggak hujan juga gue nggak minjem."
"Udah tau hujan masih mau kelayapan."
"Kok lo jadi posesif sama gue sih? Lo nggak mendadak belok kan?"
"Enggaklah gila!"
"Yaudah pinjem mobil. Gue cuciin deh kalau mobil lo kotor."
Dengan rasa malas Calvin bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil kunci di lemari. Sekarang kuncinya sudah nggak digantung dekat meja belajar, dia trauma pernah dibodohi Aji dulu.
Sebelum kunci mobil diserahkan, Calvin memandangi juniornya itu dengan mata memicing.
"Ji."
"Apa?"
"Denger-denger dari Mika lo naksir Nina ya?"
Aji langsung mendelik. Bibirnya bergetar sebal. Bisa-bisanya Mika cerita ke Calvin tentang itu, padahal dia sudah mewanti-wanti agar tidak ada yang tahu.
"Nina udah bukan punya siapa-siapa sekarang, jadi kalau mau maju ya silakan," ujar Calvin berusaha memberikan semangat.
"Nggak enak sama Mas Bayu," jawab Aji jujur. Percuma menutupinya dari Calvin yang sudah tahu tentang itu.
"Kenapa harus nggak enak?"
"Masa gue macarin mantannya temen sendiri, kan kesannya gue penikung."
"Terus lo pikir Nina penikung juga?" Calvin mengangkat sebelah alis. Sedangkan Aji mengernyit bingung. "Lo lupa kalau Bayu mantannya Shasha, terus Nina macarin Bayu nggak lama setelah mereka putus. Apa lo mikir kalau Nina nikung Bayu dari Shasha?"
"Yaaa enggak sih," jawab Aji menggaruk dahinya.
"Nah itu. Kalau lo emang punya rasa ke Nina, kejar, mumpung ada kesempatan."
Aji tertawa kecil. "Lihat nanti deh Bang, gue pergi dulu yak, Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam."
**
"Mau nonton apa?" tanya Prima di mobil setelah Haris tiba-tiba mengajaknya pergi nonton.
"Yaa apa gitu. Gue lagi males di rumah," kata Haris nyengir.
"Hujan-hujan gini enaknya tidur aja, ngapain kelayapan," omel Prima.
"Tidur mulu, liburan kemarin pasti lo tidur terus kan, kalau enggak ya galauin Aji," ledek Haris menoleh dengan ekspresi julid khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Teen FictionRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021