Rumah itu bukan rumah biasa.
Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya.
Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali.
Started : 10 Oktober 2020
End : 14 Januari 2021
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Anak-anak pada kemana sih, rumah sepi amat," tanya Shasha ketika keluar dari kamar hanya terlihat Bayu sendirian di ruang tengah, duduk selonjoran di atas sofa.
Biasanya jam sepuluh gini masih banyak yang berkeliaran di sekitar rumah. Entah itu nongkrong di dapur, nonton televisi di ruang tengah, atau duduk-duduk di teras sambil mendengarkan lagu-lagu galau yang cocok dengan suasana sejuk ini.
Bayu yang makan rengginang sambil main ponsel menoleh sejenak. "Trio bocah lagi ke ulang tahun temennya, Aryan lagi main sama Dori di belakang, Nina nginep di kosan temennya, Esa udah tidur, Haris lagi ngedrama di kamar."
"Wow, lo bener-bener kayak bapak mereka ternyata, ngerti banget mereka lagi ngapain." Shasha menguncir rambut panjangnya sembarangan. "Waaah kaki lo bersih dari bulu ya," katanya random setelah melihat kulit kaki Bayu yang mulus.
Bayu cuma tertawa mendengarnya. "Mau duduk?"
"Iya."
Bayu merubah posisinya dari duduk selonjoran jadi duduk bersila tanpa mengubah arah posisinya. Sementara itu Shasha juga duduk bersila menghadap ke televisi. Benda kotak itu menyala setelah Shasha menekan tombol power-nya.
Brak
Pintu ruang tamu tertutup dengan keras hingga membuat dua sejoli yang duduk di ruang tengah terkejut. Mereka berdua kompak memandang ke sumber suara. Sekon berikutnya muncul Rino dengan raut wajah masam melangkah cepat menuju ke kamarnya.
Sama seperti saat menutup pintu ruang tamu, lelaki itu menutup pintu kamarnya dengan sangat kasar.
"Itu orang belakangan jadi uring-uringan mulu ya," kata Shasha menghela napas panjang.
"Iya. Nggak paham gue," jawab Bayu memandang pintu kamar B02 yang tertutup. "Apa dia stres gara-gara skripsi?"
"Itulah Bunda akibatnya mengerjakan sesuatu sebelum waktunya," kata Shasha dengan nada yang dibuat seperti iklan.
Bayu tertawa menanggapi cewek yang satu ini. "Matkul riset jurnal lo gimana?"
"Jangan tanya itu!"
Bayu mengubah posisinya menghadap ke televisi. "Kemarin gue tanya Bambang katanya lancar-lancar aja."
"Iyalah dia lancar-lancar aja! Orang dia pakai jasa jokinya Rino gimana mau nggak lancar! Gue juga bisa lancar kalau pakai jasanya Rino, Bu Fitri nggak akan ngomenin gue ini itu sampai bikin telinga gue panas."
Shasha tanpa sadar mengeluhkan perasaannya pada Bayu. Bayu menanggapinya dengan tawa kecil. Masalahnya muka Shasha waktu mengeluh itu menggemaskan sekali.
"Pakai jasa Rino juga lah biar lo lancar."
"Gue sih sebenernya mau-mau aja pakai jasanya Rino buat ngerjain tugas, tapi masalahnya gue takut kalau Bu Fitri nanyain sampai detail kan gue jadi nggak bisa jawabnya. Lo tau sendiri Bu Fitri ke gue beda kayak ke mahasiswa yang lain. Pertanyaan yang diajuin ke gue selalu berat dan minta jawaban detail banget padahal kapasitas gue nggak sampai segitunya."