Prima dan Mika berlari dari parkiran, adu cepat sampai ke gedung rektorat. Mika yang berhasil sampai duluan langsung berdiri di depan papan pengumuman dekat ruang kemahasiswaan. Tak berselang lama Prima datang menyusul.
Prima dan Mika kompak menelusuri kertas yang tertempel di sana. Kertas pengumuman hasil tes pertukaran mahasiswa.
"AAAAAAAAAH!!!!" Mika berteriak lebih dulu sambil melompat-lompat kegirangan, kemudian memandang Prima yang terdiam dengan mulut sedikit terbuka di sana.
"Ini seriusan?" tanya Prima yang masih tak percaya. "Seriusan?!"
"Serius lah, bodoh!" jawab Mika menoyor kepala cewek itu.
Mereka berteriak heboh berpelukan lalu melompat girang. Membuat mahasiswa dan staff yang ada di sana terkejut karena suara mereka. Tapi mereka masa bodoh, namanya juga lagi senang.
Prima mengambil gambar dari penguman tersebut kemudian mengirimkannya ke grup Keluarga Maung.
Mereka segera pergi dari sana mencari pemeran utama yang membuat mereka bahagia setengah mati seperti sekarang.
Sampai tak perlu waktu lama mereka berhasil menemukan sosok pemuda yang baru saja memasuki area dalam kampus.
"FELIIIIX!"
"LIXIE!!!"
Yang dipanggil menghentikan langkah lalu memandang ke sumber suara, melihat kedua temannya yang berlarian sambil melambaikan tangan. Dahi Felix berkerut heran pada tingkah Prima dan Mika.
Dua cewek itu memang suka aneh-aneh kelakuannya, susah tenang, tapi melihat mereka sebegininya membuat Felix heran juga.
Sekon berikutnya kedua perempuan itu memeluk Felix.
Felix yang terkejut melirik ke sekitar dengan perasaan malu. Satu cowok dipeluk dua cewek tentu saja menarik perhatian.
"Heh, lo berdua kenapa woi?" tanya Felix bingung berusaha melepaskan pelukan mereka berdua. Masalahnya, dia juga tercekik karena dua cewek ini pecicilan.
Beruntungnya kedua gadis itu langsung melepaskannya sambil nyengir lebar yang membuat Felix makin merasa seram ke mereka berdua.
"Lo udah lihat pengumuman tes pertukaran belum?" tanya Prima.
"Belum. Ntar aja abis kelas biar nggak kepikiran kalau nggak lolos," jawab Felix memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. "Kenapa?"
Mika memegang kedua lengan Felix dan memandang pemuda itu dengan mata berbinar. "LO LOLOS, FELIX!!!" teriaknya sambil menggoyangkan tubuh cowok itu.
"YEEEEEEE!!!" Prima mengangkat kedua tangannya ke udara dan melompat-lompat.
Felix yang tadinya biasa saja langsung tenganga tak percaya. Ia memang sudah niat menjalani tes dengan bersungguh-sungguh sampai menambah jam belajar setiap harinya. Tapi waktu menjalani tes kemarin Felix merasa kesusahan menyelesaikan soal yang diberikan. Karena itu dia mengurangi harapan untuk lolos tes tersebut dan memilih menyiapkan batin untuk kegagalan.
Mendengar kabar seperti ini tentu saja membuatnya kesulitan percaya.
"Sumpah?" tanya Felix skeptis.
Mika mengangguk mengiyakan.
"Nih lihat!" Prima menyerahkan ponselnya yang sedang menampilkan foto dari pengumuman tadi.
Felix memicingkan mata mencari nama dan hasil nilai tes. Matanya melebar sempurna setelah mengetahui bahwa dirinya lolos.
"GUE LOLOS!" teriak Felix melompat-lompat kecil, jadi girang.
"YEEEEAAAY!!!"
"Hug me girls!" pinta Felix merentangkan tangan lebar-lebar, Mika dan Prima langsung masuk ke dalam pelukan cowok itu tanpa peduli apa kata orang nantinya.
Ketiganya berpelukan sambil lompat-lompat. Seperti tiga anak kecil yang baru saja mendapatkan hadiah dari orang tua mereka.
Sangking senangnya Felix sampai menangis. Tujuannya sejak awal kuliah dulu akhirnya tercapai.
Felix Yudhistira Lastian akan berangkat ke Korea sebagai mahasiswa pertukaran dari Indonesia.
Akhirnya ada satu hal yang bisa dibanggakan dari diri Felix.
Ini adalah prestasi terbaiknya sejak awal memulai kehidupan sampai saat ini.
**
Berita bagus hari ini membuat Felix ditodong traktiran oleh anak-anak rumah. Karena mereka orang yang menjadi sumber semangatnya selama menjalani persiapan tes, dia memutuskan setuju dan menraktir mereka semua.
Di sinilah dia sekarang. Di supermarket sedang mendorong trolley yang sudah penuh berisi camilan dan beberapa minuman kaleng.
Sialnya Felix ke supermarket bersama dua sahabatnya yang tak tahu diri. Mereka memasukkan banyak ciki-cikian. Prima dan Mika disatukan dalam urusan belanja makanan gini memang klop banget. Klop bikin miskin maksudnya.
"Jangan yang ini, itu aja lagi ada promo beli dua gratis satu," ujar Mika pada Felix yang hendak mengambil minuman bersoda. Cowok itu langsung patuh mengganti pilihannya ke pilihan Mika.
"Beli es krim sekalian kali ya, tiga kotak gitu kan lumayan," kata Felix melihat freezer es krim di dekatnya.
"Lix, katanya mau hemat, tadi lo marah-marah gue masukin banyak cemilan sekarang malah mau beli es krim tiga kotak," omel Mika berkacak pinggang memandang temannya yang satu ini. "Eh tapi gue pengin juga, nggak pa-pa deh, duit lo kan."
Felix mengapit Mika di ketiaknya lalu menjitak kepala cewek itu berulang kali.
Mereka sibuk bercanda sampai tidak sadar ada yang memerhatikan sedari tadi dengan raut yang susah dijelaskan.
"Felix, udahan ah, rambut gue berantakan nih." Mika mendorong Felix menjauh lalu merapikan rambutnya yang jadi korban kejahatan cowok itu. "Ambil sono! Yang ada chocho chips-nya ya."
Felix menurut segera mengambil es krim sesuai keinginan Mika. Bersamaan dengan itu tangan lain juga hendak mengambil barang yang sama.
Felix menoleh sambil mengucapkan maaf, tapi detik berikutnya mengerjap kaget melihat sosok tak asing di hadapannya.
"Aku kira kamu lagi nggak mau pacaran," sosok Nancy tersenyum menatapnya, kemudian melirik Mika yang tengah mengernyit bingung. "Tapi ternyata emang ada orang lain."
Mampus.
Please jangan ngadu ke Bunda gue.
Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak di cerita ini.
Muchlove
Sidoarjo, 20 Desember 2020
-Icha-
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Roman pour AdolescentsRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021