Dalam sebuah rumah pasti ada yang namanya drama Tikus Kucing alias dua orang yang susah akurnya.
Di kosan Babeh Jaya juga ada dan hampir setiap hari mereka punya drama sendiri.
Salah satunya di Minggu pagi ini. Hari Minggu adalah waktu yang pas untuk bermalas-malasan, tidur sampai siang, dan bangun saat lapar. Setidaknya untuk beberapa orang yang tidak tertarik berolahraga di Minggu pagi.
Tapi minggu ini semua agenda tersebut musnah karena sejak pukul tujuh pagi tadi—setelah pulang jogging—Aji malah menyalakan musik galau menggunakan speaker dengan volume keras di dalam kamarnya. Walau pintu kamar sudah ditutup, suaranya tetap sampai ke seantero rumah yang tak seberapa luas ini.
Berhubung semua tahu Aji dalam masa sedih setelah hubungannya kandas, seisi kosan sepakat tidak mengganggu cowok itu dulu. Sebetulnya mereka tidak pernah menyepakati secara langsung, ini sejenis pengertian antar manusia aja sih.
Gara-gara musik Aji yang terlalu keras, mereka yang biasanya bisa memanggil dengan hanya berteriak kini tidak bisa. Mereka harus mendatangi seseorang yang dituju.
Seperti Esa sekarang yang harus mendatangi Haris ke kamarnya. Ia sedang membutuhkan mangkuk tapi di rak sama sekali tidak ada. Kalau sudah begini tersangkanya cuma ada dua, kalau bukan Haris ya Aji. Biasanya mereka bisa menyimpan dua sampai tiga mangkuk kotor di kamar.
Memang dua orang itu joroknya tiada tanding.
"Ini mangkok kenapa pada habis sih, Yiiiis?!" omel Esa sambil membuka pintu kamar cowok jangkung itu.
Haris terkejut dan menoleh ketika pintu kamarnya tiba-tiba dibuka. Tapi yang lebih kaget di sini adalah Esa yang melihat kekacauan di kamar Haris dan wajah ganteng cowok itu sembab. Oh, jangan lupakan soal lendir yang mengintip dari lubang hidung. Ewh!
Haris menyedot ingusnya kembali ke hidung. "Apa?"
"Lo kenapa woi?"
"Tolong tutup."
"Anjir lo kenap—ASU, DRAMA?!"
Esa mendelik kaget lihat layar laptop Haris. Haris menangis karena drama Korea dan itu membuatnya tidak habis pikir. Ini sudah bukan kabar baru, tapi Esa baru pertama kali melihat wajah Haris sembab begini gegara drama.
"Kasihan banget sumpah, suaminya selingkuh tapi nggak mau disalahin. Bajingan banget lakinya!" curhat Haris masih sesenggukan.
"Astaghfirullah, bapak lo tau kalau lo kayak gini?" tanya Esa menggeleng keheranan. "Kamar lo... seketika gue nyesel masuk kamar lo."
Memang ini juga pertama kalinya Esa memasuki kamar Haris. Kamar cowok itu dihiasi pernak-pernik berbau Korea. Kalau dilihat memang memanjakan mata dan estetik, tapi Esa nggak bisa paham kenapa Haris memajang poster Jun Jihyun berukuran jumbo di tembok depan meja belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Roman pour AdolescentsRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021