Rumah itu bukan rumah biasa.
Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya.
Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali.
Started : 10 Oktober 2020
End : 14 Januari 2021
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mika : whuatssss??!!!
Felix : katanya mas bayu ada urusan!!!
Prima : ya ini urusannya, jalan bareng mbak nina
Mika : ini dimana woy?
Prima : gramed
Mika : lo masih sama aji?
Prima : iyalah, orang dia yang mau nyari buku
Felix : aji menangis melihat ini
Prima : untungnya gak nangis sih, bisa panik gue kalo dia nangis
Mika : ya dielus doooong
Mika : masih di gramed kan? Gue mau ke sana, kepo!!
Felix : gue juga
Mika : kalo beneran mereka pacaran bakal heboh sih serumah
Selesai membalas, Mika memasukkan ponselnya ingin segera menghampiri mereka ke toko buku.
"Astaghfirullah!" pekik Mika ketika berbalik sudah ada Esa berdiri di dekatnya.
"Itu tadi bahas Mbak Nina kenapa?" tanya Esa yang ternyata diam-diam membaca chat di ponselnya.
"Mbak Nina sama Mas Bayu pacaran."
"HAH?!!" Esa berseru kaget. "Serius lo?"
Esa ini bodoh, harusnya dia tidak sekaget itu sedangkan mereka pernah membicarakan kemungkinan ini beberapa waktu lalu. Itu belum satu bulan berlalu.
"Nggak tau pasti. Makanya sekarang gue mau nyamperin mereka buat cari tau, gue nggak tahan penasaran terus." Mika terlihat sangat antusias dengan ini.
Cewek kayak Mika ini sangat cocok jadi pegawai Dispatch atau Lambe Turah.
"Pakai ini," kata Felix memberikan masker.
Mika langsung mengenakannya lalu mengambil kacamata hitam dari tasnya. Cewek itu selalu menyimpan kacamata dalam tas yang biasa dipakai saat berkendara di siang hari.
"Oke gue siap," kata Mika menepuk tangan.
"Lo berdua ngapain?" tanya Esa menaikkan sebelah alis.