-Selamat Membaca-
"Hai Mbak!"
Nina terkejut melihat sosok Felix ada di depan kelasnya sambil melambaikan tangan.
Bagaimana tidak, keadaan rumah masih keruh setelah pertengkaran di FISIP tempo hari. Sejak Nina berusaha menghindar semuanya terasa berbeda. Dan melihat Felix senyum-senyum di depan kelasnya sambil melambaikan tangan sekarang terasa sangat mengejutkan.
"Mbak, gue udah selesai kelas."
"Terus?"
"Ayo pulang bareng, gue lagi minjem mobilnya Bang Calvin!"
"Pulang bareng?"
Felix mengangguk membenarkan.
Nina menggaruk kepalanya sambil tersenyum kikuk. "Gue pikir lo semua marah sama gue dan nggak mau ngomong."
Felix tertawa lalu mengamit lengan Nina mengajaknya berjalan meninggalkan depan kelas. "Wacana dari mana tuh? Nggak ada yang marah sama lo, Mbak. Justru kita ngerasa lo yang lagi nggak mau diajak ngomong."
"Gue nggak pa-pa kok."
"Yakin?"
Nina tidak menjawab lagi.
Keduanya berjalan tanpa pembicaraan sama sekali ke parkiran kampus.
Felix yang sedang super baik hati membukakan pintu untuk Nina dan mempersilakannya masuk dengan manis. Nina mengerutkan kening heran karena hari ini Felix terlihat sangat berbeda. Lebih ceria dari biasanya tapi cewek itu merasa ekspresi juniornya ini terlalu dibuat-buat.
"Jadi, gimana?" Felix membuka percakapan saat menutup kaca jendela setelah menyapa Pak Supri di pos satpam.
"Gue udah nggak pa-pa. Tapi sekarang gue malah ngerasa bersalah udah bikin keadaan rumah jadi keruh. Apalagi belakangan ini Haris jadi sering pulang malem, gue jadi makin ngerasa bersalah sama anak itu."
"Jadi lo udah mau ngobrol sama Haris kan?" tanya Felix sambil menginjak rem di jalanan yang macet.
Nina mengangguk. "Gue sadar sikap gue kemarin udah kekanakan banget. Yang salah kan pacarnya, kenapa gue harus jauhin Haris?" tanyanya terlebih pada diri sendiri. "Iya gue emang sakit hati gara-gara dia kelihatan lebih peduli sama pacarnya sehabis kami berantem, tapi gue juga nggak bisa mungkir kalau itu hal wajar karena status mereka pacaran."
Felix mengangguk sambil tersenyum lega. "Syukurlah kalau lo udah sadar. Kita-kita orang rumah pada heran karena lo nggak biasanya marah selama ini. Orang yang paling kesel sama keadaan di rumah itu Mika. Nggak keitung berapa kali dia ngumpat sambil nyebutin nama pacarnya Haris."
"Itu juga yang bikin gue nggak enak hati," kata Nina menghela napas panjang sekali lagi. "Nggak cuma keadaan rumah yang gue rusak, tapi hubungan persaudaraan Haris sama Mika."
"Yaudah pokoknya sekarang udah nyadar, jadi cepetan minta maaf biar keadaan balik kayak biasa."
"Pasti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Housemates
Teen FictionRumah itu bukan rumah biasa. Tersimpan banyak kisah dari para penghuninya. Disclaimer : semuanya hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan realita sama sekali. Started : 10 Oktober 2020 End : 14 Januari 2021