56. Tertampar Kenyataan

853 271 38
                                    

-Selamat Membaca-

-Selamat Membaca-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Selesai kelas. Felix, Prima, dan Mika janjian makan siang di kantin gedung rektorat.

"Gue bener-bener ngerasa nggak enak sama Mas Rino. Udah dua hari dia nggak kelihatan sama sekali."

Prima menutup cerita panjangnya dengan kalimat pengalih topik sambil menyilangkan lengannya di depan dada.

Setelah hari dimana Rino terlihat sangat marah dan trio bocah mengetahui rahasia cowok itu, sosoknya tidak terlihat sama sekali di rumah. Namun ketika bertanya pada Bayu atau Calvin, katanya Rino ada di kamar.

Felix yang ada di antara dua perempuan ini hanya menghela napas panjang. Tidak bisa dipungkiri kalau dia juga merasa tidak enak, apalagi terakhir kali terlihat Rino sangat marah pada mereka.

"Minta maaf aja yuk," ajak Felix sambil bangkit dari tempat duduk. "Kita beli kue atau apa gitu sebagai tanda permintaan maaf."

Sebelum mendapat jawaban, Felix langsung meraih tasnya dan keluar dari kantin. Mau tak mau Prima dan Mika mengikuti.

**

Mika tengah memilih kue di etalase, sedangkan dua manusia lainnya malah sibuk memilih roti untuk diri mereka sendiri. Lagi ada diskon sih, jadi mereka mau beli banyak sekalian.

Pilihan Mika jatuh ke kue tart cokelat. Ia berpesan agar tulisan di atasnya rapi dan estetik. Gadis itu ingin tulisan 'Mas, kita minta maaf' di atas kue tersebut. Tentu saja dengan nama mereka bertiga ikut ditulis di sana.

"Lo beneran nggak mau nyetok roti? Mumpung murah." Felix datang dengan keranjangnya yang sudah penuh roti.

"He'em, sayang kalau nggak beli, ini murah banget Mik," disusul Prima yang juga membawa keranjang roti.

"Ngapain beli roti banyak-banyak? Mau dibagi sama anak kos yang lain?" tanya Mika mengangkat sebelah alisnya.

"Enggaklah. Buat stok pribadi," jawab Felix meletakkan keranjangnya di atas meja.

Sambil menunggu proses pembayaran, Mika mengedarkan pandangan ke seluruh arah. Pergerakan bola matanya berhenti tepat pada cowok yang sedang berdiri di depan kulkas display kue tart.

Mika memukul lengan Prima. "Bang Dimas, bukan?" tanyanya pelan.

Felix yang mendengar jadi ikut menoleh ke arah yang ditunjuk sahabatnya ini.

"Iya kayaknya." Prima mengangguk. "Samperin sono."

Mika menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Tangan gue dingin njir," katanya sambil menggenggam tangan Prima.

"Kenapa masih gini sih? Lo kan udah sering jalan sama Bang Dimas belakangan ini," heran Prima merasakan suhu tangan temannya ini benar-benar dingin.

"Nervous gue!" jawab Mika.

Perfect HousematesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang