46; Menggali luka

140 11 0
                                    

"lama ga ketemu laska" ucap lunar sambil tersenyum kearahnya alaska tak membalasnya, sama sekali.

"mau lo apa ajak gue ketemu disini" sambung alaska menghadap gleen.

"gue yang nyuruh, gue perlu dan harus ngobrol ama lo ka" potong lunar.

"gue harus tau, apa yang sebenarnya terjadi sebelum dan sesudah gue koma" gadis tersebut mulai menintikan air matanya.

Aileen mengeluarkan tissue dan mengusap mata lunar yang sudah mengalir air mata. alaska menatap gleen sedikit tajam, gleen menyedari jika alaska sudah mencapai puncak kekesalahanya, selama ini dia selalu menyembunyikan rasa kesanyalnya dan memilih bungkam.

"gue udah bohong ke semua orang lun" kata gleen sambil megarahkan wajahnya ke arah lunar.

"maksud lo?, jelasin gleen"

alaska benar benar diam seribu bahasa dia tak mau banyak bicara biar orang yang selama ini playing victim di depanya yang menyuarakan.

"beberapa tahun lalu sebelum lo koma, saa itu lo dan alaska pergi ke sebuah danau, gue yang tau akan hal itu benar benar tidak terima saat mengetahui hubungan kalian keluar dari kata "persahabatan" gue bener bener kecewa, menurut gue alaska udah ngambil lo dari hidup gue. gue datang ke danau tersebut dan timbulah perdebatan cukup besar, lo yang lebih memilih alaska membuat gue benci kepada sosok alaska, lebih baik alaska dan gue ga dapet lo sama sekali, menurut gue dulu itu sebuah keadilan, lo tanpa sengaja jatuh danau tersebut dan alaska hendak menolong lo tapi gue lari saat itu, gue bilang ke keluarga lo bahkan ke reno dan yang lainya alaska yang sengaja nenggelamin lo" tutur gleen, tidak hanya lunar yang terkejut akan pengakuan gleen. tetapi aileen yang berada di sampingnya pun terkejut.

Aileen sudah mengetahui jika alaska sudah mulai naik pitam dia kemudia menahan lengan alasaka dan memberikan kode agar jangan.

"gue udh cukup menerima semuanya, gue udh jalani hidup gue yang baru, gue harap lo ga ganggu"

alaska menarik tangan aileen untuk pergi meninggalkan cafe tersebyut, lunar masih tidak beranjak ataupun mencegah, dia sudah terlanjur kecewa dengan semuanya. terutama kepada sosok di sampingnya.

gleen terus mencoba menenangkan lunar tapi gadis tersebut tampak menolak, dan terus meneteskan beberapa guliran air matanya.

alaska dan aileen pergi meninggalkan cafee tersebut, alaska tidak tahu sekarang dia harus pergi kemana. tak ada tujuan.

"ke puncak ka" pinta aileen.

alaska membelokan vespanya ke arah puncak bogor, di setiap perjalan alaska mulai melupakan tentang semuanya karena dia asik mengobrol bahkan bercanda dengan aileen.

merekeka sampai di sebuah rumah pohon, rumah pohon tersebut berada di dalam villa milik keluraga aileen shakiara.

"tenangin diri ka, teriak aja sekencang nya"

alaska berteriak kencang mengikuti perintah aileen, dia meluapkan kekesalanya beberapa tahun kebelakangan ini, aileen tersenyum dan memandangi pemandangan rumah pohon yang langsung menghadap ke perkebunan teh.

"maafin aku ya ka, udh ngejauhin kaka waktu..." omongan alieen terpotong dengan kedua tangan alaska yang memegangi pipi aileen sambil menatapnya.

"itu bukan salah lo, siapa yang tau dengan perasaan seseorang, semua berhak suka kesiapapun dan yang kemarin lo lakuin itu semua hak rasa lo"

Aileen menatap alaska bibirnya kelu tak mampu menjawab. "cinta,suka,dan patah hati semua udah ada porsinya masing masing, lo harus bisa mencintai seseorang karena orang tersebut ada di setiap hidup lo, mau susah ataupun sebaliknya" jelas alaska bijak.

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang