38; Ancaman

146 9 0
                                    

Sikap egois dan keras kepala pria tersebut sama sekali tidak berubah, Dia tidak peduli omongan orang, prinsipnya tetap sama jika menurtnya begitu akan terus begitu. tidak peduli alaska berhadapan dengan siapa, ya kecuali oleh sosok aliza dia akan mengikuti apa perkataan ibunya tersebut, walaupun bertentangan dengan ke inginannya.

Alaska melangkahkan kaki nya menuju lapangan olahraga, cuaca kali ini benar benar terik, rasanya matahari sedang tidak bersahabat kali ini.

"bro lo ko masuk sekolah si" kata rael sambil menepuk bahu alaska.

alaska tak memberi jawaban, pria tersebut memang sudah terlahir dengan watak "irit bicara".

"kangen ya lo" balas alaska beberapa detik kemudian.

"yaelah, udh pinter ngejawab ae" sambung alano sambil memasukan bola basket ke dalam ring.

"buruan sini main" lanjut alano sambil melambayakan tangan.

"yo" saut rael.

alaska hanya menaiki satu alisnya mempertandakan iya, mereka bermain basket hingga jam pelajaran olahraga usai, beruntung mereka hari ini guru olahraga killer sedang ada udusan mendadak.

Tampaknya suasana kantin kali ini sedang benar benar sepi,3 pria tampan tersut menyeruputi minumanya.

aileen,aqilla dan edria mulai muncul dan datang ke arah kantin.

"eh gue ke my kudaponi dulu yak" ucap rael di iringi senyum.

"najis anjing" decak alano.

rael sungguh tidak peduli dengan hal hal seperti itu, dia menatap aileen sekejap lalu membuangkan muka. lagian alaska sadar diri aileen sudah milik orang lain, jadi untuk apa di kejar.

"ka" panggil alano

"hm"

"lo bakal nemuin lunar?" tanya alano.

alaska hanya mengangkatkan bahu.

"menurut gue mungkin lunar lupa akan kejadian itu, dan menurut gue itu bisa jadi ancaman besar buat mafia kaya mereka buat jatohin lu" jelas alano.

"gue kaga peduli" balas alaska sambil memasangkan airpods nya.

"lah, lu jangan mau terus terusan gini, emang nya lo kaga cape? lo harus bisa buktiin semakin lo gini semakin lo di anggap salah" imbuh pria tersebut dengan serius.

"ada waktunya kan? liat aja nanti" jelas alaska meyakinkan bahwa dia akan baik baik saja.

sahabatnya cukup mengerti, alano memang tidak banyak bicara dia lebih tidak mau mengikut campuri urusan pribadi kedalam pertemananya.

tetapi bukan berarti alano dan rael tidak akan membantu alaska, mereka akan membantu sewajarnya dan tidak akan melewati batas.

aileen menghampiri meja alaska dan alano, sontak membuat alaska sedikit terkejut, untuk apa gadis tersebut mendekat itu hanya membuat dia lebih susah melupkanya karena faktanya move on bukanlah proses kerja satu malam.

"ka" ucap aileen menghadpkan ke adah alaska.

alaska tak menjawab.

"gue ke sana dulu ya, kayanya kalian butuh bicara berdua" tutur alano sambil meninggalkan mereka berdua.

"mau apa?" balas pria dingin tersebut ketus.

"aku cuma mau minta maaf, kalo selama ini"

"lo ga salah, mungkin gue nya aja yg terlalu ngangep lo lebih" potong alaska.

aileen hanya terdiam, lalu dia kembali menatap alaska,kedua mata mereka saling beradu, saling menatap satu sama lain.

"bukan hanya iu aja, aku mau nanya boleh?" ujarnya dengan polos.

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang