Part 1

3K 81 1
                                    

Selamat Membaca💋

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!!
SAHRE JUGA KE TEMAN-TEMAN KALIAN!!!

Love dulu buat part ini💜

🌻🌻🌻

Seorang gadis cantik masih asik bergelung di bawah selimut hangatnya. Sinar matahari menerobos masuk melewati celah-celah gorden putih itu tapi tak mampu membuat gadis itu enggan membuka matanya karena semalaman penuh ia begadang. Gadis itu baru saja tertidur setelah melaksanakan ibadah shalat subuh tadi. Gadis itu adalah Nadia Aulina.

"Nadia! Bangun!" teriak Sunny yang sedari tadi menggedor-gedor kamar putrinya.

Nadia malah semakin merapatkan selimutnya enggan untuk terbangun.

"Mama berisik!" sahut sebuah suara membuat Sunny menoleh ke arah kamar sebelah. Suara itu dibuat oleh Adam--Adik Nadia.

Adam kini sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan. Adam yang baru saja lulus dari SD itu menatap mamanya dengan pandangan kesal.

"Dobrak aja pintunya kalau Kak Nad nggak bangun, Ma," ujar Adam membuat Sunny melototi anaknya.

"Kamu juga! Mentang-mentang libur sekolah, kerjaannya game mulu," kata Sunny yang kini menatap Adam dengan berkacak pinggang.

Adam menelan ludahnya susah payah. Niat hati menegur mamanya agar tidak terlalu berisik. Tapi sekarang malah dia yang kena omelan mamanya.

"Awas kamu, kak," batin Adam.

Adam menatap Sunny sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Apa? Mau bantah kalau perkataan mama nggak benar!?" tanya Sunny galak.

"Bu-bukan gitu, Ma," balas Adam gugup. "Mak-maksud Adam itu mama bisa bangunin kakak pelan-pelan," katanya. "Yang ada yang bangun bukan kakak tapi Adam," imbuhnya.

Sunny menatap anak bungsunya ini dengan tatapan heran. "Pelan gimana? Pintunya digedor-gedor sampai tangan mama panas aja kakakmu masih belum bangun!"

"Siapa juga suruh gedor-gedor pintu pagi-pagi," gumam Adam.

"Apa!?" tanya Sunny.

Adam kelabakan. "Nggak, Ma. Adam mau mandi dulu habis itu main ke rumahnya Udin," katanya lalu kembali masuk ke dalam kamarnya sebelum kena omel mamanya lebih panjang lagi.

Sunny yang melihat itu menghela nafasnya pelan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Punya anak dua tapi susah bangun pagi semua," ujarnya. "Kalau tukerin anak sendiri ke pasar loak kira-kira laku nggak sih?" tanyanya.

Sunny kemudian beranjak dari depan kamar Nadia dan melenggang menuju lantai bawah untuk menemani suaminya. Baiklah, kali ini Sunny mengalah jika anaknya itu bangun siang. Tak apa, hanya sesekali. Biarkan anaknya bahagia.

Sementara itu di dalam kamar Nadia, gadis itu masih setia memejamkan matanya dan berkelana di mimpi indahnya. Namun mimpi indahnya buyar seketika ketika mendengar dering ponselnya.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang