Happy Reading
Klo ada nemuin typo komen
**********
Zahera POV
"Babe, please open the door" ucapnya sambil menggedor pintu kamarku dengan pelan.
Oh God, aku takut dia berbuat yang macam-macam. Apa yang harus kulakukan. Telpon dady Carlos? Ya, telpon dady Carlos. Tapi, kalau aku menghubungi dady Carlos bagaimana nasib Raymond. Pasti nanti akan habis di tangan dady-nya sendiri.
"Please open the door" lirihnya.
"NO!!! I'd want" teriakku dari dalam kamar.
"Sayang please, aku hanya bercanda sayang, please open the door...i'm swear, tidak akan melakukan apapun kecuali tidur"
God bagaimana ini. Kalau aku biarkan, aku tak tega padanya dan juga tak pantas aku menelantarkannya di depan kamar. Andaikan grandma ada di sini. Grandma apa yang harus kulakukan.
Buka saja sayang pintunya. Kekasihmu tadi hanya bercanda.
Suara itu.. .sepertinya aku mengenali suara itu. Ya, itu suara grandma. Kubalikan tubuhku kebelakang dan melihat ke sekitar. Tidak ada siapa-siapa.
"Grandma, Grandma, are you here?" tak ada jawaban. Apa aku hanya halusinasi atau itu memang nyata. Tapi, sepertinya suara itu terdengar nyata. Mungkin saja grandma berada di sini bersama grandpa.
Buka saja sayang. Grandma dan grandpa yang akan menjagamu tidur, kalau Raymond macam-macam maka akan kami ganggu dia.
Suara itu lagi. Sepertinya memang benar ada grandma dan grandpa disini. Aku harus percaya pada ucapan tadi, biarpun aku tak bisa melihat mereka tapi aku bisa merasakan kehadiran mereka. Aku merasakan....nyaman dan tenang.
Klek
Kulihat ke sebelah kanan tak ada orang sebelah kiri tak ada. Bawah...Astaga. RAYMOND. Dia tertidur di lantai. Secepat inikah dia tertidur. Pasti lelah seharian ini karena harus mengurusku dan ketjaannya. Kutatap wajah polosnya ketika tidur. Sangat damai. Dan...mengapa ada air mata menetes disaat kelopak mata tertutup. Kuhapus sebulir air mata yang mengalir menggunakan ibu jariku dengan lembut.
"Raymond bangun" ucapku menepuk pipinya pelan. Tapi, tak ada pergerakan apapun.
"Raymond, bangun tidurnya pindah kamar" aku menggerakkan bahu kirinya.
"Engh... " dia mengucek matanya, "Sayang, mengapa aku bisa di sini?" ucapnya membenarkan posisi duduknya.
"Tadi, kau tertidur disini" dia mengangguk paham, "Ayo masuk, kita istirahat" ajakku.
Aku membantunya untuk berdiri. Sebenarnya, aku tahu kalau dia bisa sendiri tapi anggap saja sebagai permintaan maaf. Setelah dia berdiri sempurna, kupersilahkan dia untuk masuk ke kamar terlebih dahulu. Dia mengangguk dan mencium pipiku. Huh, dasar kebiasaan. Kututup pintu kamar. Kulihat dia sedang berjalan menuju sebuah pintu kayu berwarna putih yang tak lain adalah toilet.
Ku rebahkan tubuhku diatas kasur empuk milikku. Kutarik selimut sebatas dada dan kupejamkan mata. Kudengar suara pintu toilet terbuka. Kurasakan ranjang ini sedikit bergerak karena kekasihku, Raymond naik keatas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lightover
RandomMaafkan aku aku adalah pengkhianat. Aku pria terbrengsek. Aku yang berjanji dan bersumpah memastikan kau selalu bahagia tapi akulah yang membuat luka yang teramat dalam di hidup mu -Raymond Xander Benito- Aku rapuh, aku lemah, aku marah...