chapter 15

128 7 0
                                        

Happy Reading

Klo ad typo komen

********

Raymond POV

Aku membuka pintu kamar Zahera. Ketika aku baru masuk, aku langsung disuguhi oleh kamar yang serba berwarna pink, hitam, dan putih. Barang-barang tertata rapi ditempatnya. Aku berjalan ke sebuah dinding yang penuh dengan foto-foto yang tertempel didinding, yang pastinya dipercantik dengan adanya bingkai foto.

Aku menatap satu-persatu foto-foto yang ada di dinding. Pandanganku tertarik pada 3 orang yang sedang berpelukan 2 wanita dan 1 pria bisa ku pastikan mereka bersahabat. Aku berjalan ke arah lemari yang keseluruhan terbuat dari kaca, hanya sisi-sisinya berwarna hitam putih dengan motif zig-zag.

Di dalam lemari itu kupastikan adalah barang-barang yang sangat berharga. Aku melihat banyak piala-piala yang besar-besar, medali, dan ada sebuah laci yang aku pastikan isinya adalah sertifikat pemenang lomba. Aku bangga pada gadisku selain dia berhati malaikat, tapi dia juga gadis yang pintar dan cerdas. Satu hal yang berputar dibenakku. Kenapa dia tidak kuliah?....akan kutanyakan nanti pada gadisku.

Aku berjalan ke kamar mandi dan membersihkan diriku. Aku keluar kamar mandi menggunakan kaos berwarna putih tipis dan boxer. Aku berjalan menuju pintu, sebelum kubuka pintunya. Aku menghirup aroma kamar ini yang sangat khas. Yaitu aroma strawberry.

Bughh...

Saat hendak kubuka pintu. Ternyata pintu sudah didorong dari luar. Aku memegang hidung mancungku yang terkena pintu. Astaga, hidungku sangat, sangat sakit. Aku meringis kesakitan.

"Astaga, Ya Tuhan...Raymond!! " ucapnya khawatir lalu berjalan ke arahku dan memegang hidungku.

"Maaf, aku tak tau kau ada dibelakang pintu...maaf" ucapnya merasa bersalah. Huh, aku tak bisa melihat wajahnya yang seperti ini. Mungkin sedikit bermain-main dengannya akan menyenangkan.

"Apa masih sakit, Ray?" tanyanya mengelus hidungku. Aku tidak menjawab. Aku berpura-pura kalau aku pingsan. Aku jatuh perlahan ke arahnya. Dia langsung menangkapku dan panik. Hahahaha. Dia memapah tubuhku menuju kasur. Aku dibaringkannya di kasur. Kulihat dari sudut mataku yang sedikit terbuka dia terlihat mondar-mandir dan wajahnya panik. Oh ayolah, ini hanya terkena pintu masa iya aku pingsan.

"Apa aku telpon dokter saja ya? " ucapnya mulai berjalan menjauhiku

Aku langsung menarik tangannya. Tak ku sangka ternyata dia jatuh di atas tubuhku. Matanya melotot dan aku tersenyum. Aku melihat wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus. Apakah dia malu atau nervous? Aku tertawa karena wajahnya yang memerah.

"Hahahaha" tawaku.

"Ihhh, dasar menyebalkan" ucapnya turun dari tubuhku.

"Hahahaha, apakah kau malu sayang?" godaku.

"Hell no!!" bantahnya menunjukkan wajah kesalnya.

"Aku hanya bercanda sayang. Apa kau tak mau minta maaf karena telah membuat hidungku mencium pintu hem?"

"Apa masih sakit?" tanyanya khawatir.

"Sedikit" jawabku.

Tanpa kuduga dia mengusap hidungku lagi dengan pelan. Posisi kami sedang duduk di atas ranjang queen size miliknya. Terlihat jelas wajah khawatirnya. Dan sentuhan tangannya. Oh Tuhan, dia membuatku serangan jantung. Apa dia juga mendengar jantungku sedang berlari maraton? Kuharap tidak. Astaga, jantungnya juga berdegup kencang sama sepertiku. Apa ini yang dikatakan saling mencintai? Aku teringat akan pembicaraanku kemarin sore. Huh, rasanya aku ingin cepat-cepat pergi dari mereka dan membawa kekasihku pergi. Apa aku kawin lari saja. Eloping. Sepertinya tak baik jika sebuah pernikahan tanpa restu dan diberkati orangtua maka hasilnya akan buruk.

My LightoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang