Prolog

35.5K 2.6K 108
                                    


Trophy ingin sekali mengutuk pria yang berada di hadapannya kini dengan senyum merekah. Bisa-bisanya dia mendatangi Opy kembali setelah menghancurkan hati Opy. Terbuat dari apa hati pria itu yang datang tanpa memiliki simpati dan empati kepada Opy yang sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

Tapi tidak. Pria itu tak perlu tahu bahwa Opy sedang menanggung kebodohannya atas pria itu. Opy tidak akan membawa berita apa pun untuk diberikan pada pria sialan itu.

"Opy? Hei? Biasa aja bisa nggak? Kamu nggak usah lihatin calon suami aku begitu, dia jelas memukau. Tapi kamu nggak bisa--"

"Mau apa kalian ke sini?" potong Opy dengan cepat, sebelum kembarannya menyelesaikan kalimat. "Kalian bukannya harus menyiapkan pernikahan? Kenapa malah ke Singapura? Memangnya kalian punya banyak waktu untuk liburan pra nikah?"

Trophy terlalu dingin dari luar, tapi siapapun tahu bahwa diantara Opy dan Ery hanya wajah mereka saja yang mirip. Sifat dan watak jelas jauh berbeda.

"Draka yang ngasih usul buat ajak kamu pulang. Pernikahan aku sama Draka sebentar lagi dilaksanakan, kamu sebagai kembaran harusnya datang."

Begitu rupanya. Pria sialan itu yang meminta.

"Aku bakalan pulang. Nanti, sewaktu hari-H pernikahan kalian." Jawaban ringkas Opy membuat Ery sebal.

"Kamu, tuh jahat banget jadi kembaran! Dari kecil kamu cuma bisanya bikin aku--"

"Er, tenang. Kita ke sini untuk membujuk Opy, bukan untuk membuat kamu bertengkar dengan kembaran kamu sendiri." Draka menenangkan.

Opy memilih melihat ke arah lain, supaya tak merekam kejadian tersebut dalam kepala. Itu menyakitkan. Opy tidak akan bisa menyembuhkan lukanya jika masih menyimpan sikap keduanya.

"Udah, kan? Aku ngantuk, kalian bisa pergi dari sini. Selamat malam."

"Op--"

Trophy memilih menutup dan megunci pintunya dengan cepat. Sekalipun dia tahu saudara kembarnya sedang memaki di balik pintu. Opy tak peduli, karena yang dia pedulikan saat ini adalah hatinya sendiri.

"Tuhan... ini sangat menyakitkan."

Jika Draka bukan pasangan yang diciptakan untuknya, kenapa harus ada kisah diantara mereka? Parahnya lagi, ada jejak yang tersisa untuk Opy bingungkan bagaimana nasibnya.

*

Setelah acara resepsi kembarannya terhelat, Opy memutuskan untuk segera kembali ke Singapura. Walau larangan dia dapatkan dari keluarganya.

"Mau ngapain, sih, buru-buru ke sana? Mami nggak paham kamu itu kenapa begini. Kamu sembunyiin apa di sana? Pacar? Calon suami? Ada yang nungguin kamu di sana?" cecar Karyna.

Proda yang menginap bersama Teora di rumah orangtuanya menyela. "Ma, kita harus hargai keputusan Opy. Lagian dia cukup terkenal di sana." Proda memberikan dukungan dan Opy melebarkan senyuman.

"Terkenal apanya? Yang terkenal itu aku! Aku Zeugma Nemesis, aktor--"

"Diam kamu Umay!" Karyna menghentikan racauan Nemesis dengan memanggil nama kecil pria itu. "Jawab mami, Opy. Kamu ini sebenarnya mau ngapain buru-buru ke sana?"

Semua orang menunggu jawabannya. Dan Opy tidak bisa menjawabnya secara jujur. Karena segera pergi adalah jalannya untuk menyembunyikan kehamilan tanpa rencananya.

"Mama dan yang lain tahu, hubunganku dan Ery itu nggak baik. Berjauhan aja ada masalahnya, apalagi deket." Alasan mengada-ngada Opy dimulai.

"Terus kenapa? Toh, Ery nggak akan menghabiskan malam pertama di rumah ini, Opy! Dia nggak berdekatan sama kamu." Karyna masih enggan menuruti kemauan putrinya.

"Justru karena Ery baru menikah, aku nggak mau membuatnya malah bad mood, gara-gara aku yang mancing emosinya kalo ketemu. Selama aku di Indo, maka akan besar kemungkinan ketemu Ery. Aku nggak mau dia bete di hari-hari bahagianya, Mi."

Dan alasan tak masuk akal itu membuat Dave melerai keduanya dengan keputusan bahwa anak-anak mereka memiliki kesempatan memilih sendiri. Tanpa tahu akan hadirnya calon anggota keluarga baru sedang Opy sembunyikan.

HE WANTS TO FIX ME / TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang