42 | Bye bidadari cantik!!

2.1K 215 24
                                    

"Kak?" Angel menoleh kearah Alsya, berhenti menatap handphone nya yang tertata jelas nama Gino. Pacar nya

Alsya meletakkan pena nya diatas meja, karena sekarang mereka berdua tengah belajar bersama diruang tamu.

"Ya?" Tanya Angel, menatap Alsya dengan senyuman dibibir nya.

"Lagi chatan sama siapa?"

"Gino. dia lucu banget tau nggak sih al. Masa dari tadi dia ngegombali kakak terus, muji diri sendiri. Sumpah deh, Gino tuh humoris banget. Sekali romantis, hati kakak tuh langsung deg-degan" Alsya terkekeh pelan mendengar nya. Sesederhana itu kah kebahagiaan Angel?

Kenapa sulit untuk nya menemukan kebahagiaan nya? Walau dengan cara sederhana, kenapa Alsya tidak bisa?

Angel kembali dengan handphone nya, mengabaikan Alsya yang sekarang tersenyum simpul melihat Elsya bersama dengan Eno dan juga Alin. Dan ya, senyuman itu menandakan bahwa Alsya benar benar iri.

Semudah itu kah Elsya tersenyum?. Tanya Alsya dalam hati, hati nya begitu sakit. Melihat Elsya dan kedua orang tua nya begitu membuat hati nya merasa rapuh.

"Kak? Nggak mau gabung ke mereka?" Tanya Alsya, namun Angel tak menjawab nya. Dan masih sibuk untuk mengetikkan sesuatu di handphone kesayangan nya. Jangan lupakan satu hal, senyum Angel yang terus mengembang dengan sempurna.

Alsya membuang nafas nya kasar, dan menatap kembali Elsya dan kedua orang tua nya.

Elsya mendekat, berlari pelan menuju nya dan mulai meraih tangan Angel.

"Ayo kak, gabung sama kita" Ajak Elsya, Angel berdiri dari duduk nya. Mengiyakan ajakan Elsya tanpa melihat Alsya yang sekarang menahan cemburu.

Karena sangking bahagia nya membaca pesan Gino, Angel sampai mengabaikan Alsya. Dan tetap bergabung dengan Elsya dan Mama Papa nya tanpa mempedulikan Alsya.

Hanya kak Angel?. Tanya Alsya, dan tentu saja itu hanyalah sebuah batinan.

Air mata Alsya terjatuh begitu saja.

Menundukkan kepala nya mungkin sebuah ide yang bagus.

Keempat keluarga tersenyum ria disana, bercanda ria, tertawa keras tanpa melihat Alsya yang menangis disini karna ingin ikut bercanda bersama dengan mereka.

Menganggap Alsya seperti dinding yang pantas untuk di acuhkan.

Layak nya Alsya tidak ada didunia ini.

Layak nya Alsya bukan anggota keluarga mereka.

Bersikap seolah tidak ada orang dirumah ini selain mereka berempat.

Kenapa mereka sekejam itu?

"Kalo aku nggak diinginkan, kenapa nggak bunuh aku aja?" Lirih Alsya pelan, Alsya benar-benar tidak bisa menahannya. Luka dihati nya kembali tergores, kenapa semuanya semakin menyakitkan?

Alsya kembali meraih pena yang sempat ia lepaskan dari tangannya. Anak itu kembali menulis, tapi tidak bisa. Tangannya benar-benar tidak bisa bergerak, tenaga nya tidak ada. Melihat mereka begitu membuat diri nya benar-benar lemah.

Alsya benar-benar tidak bisa menahannya, keluarga nya benar-benar begitu jahat padanya.

Alsya kembali menunduk, bibir bawah nya sengaja ia gigit agar ia tidak menimbulkan suara isakan. Ia tidak mau keluarganya melihat nya dan ia akan menjadi sorotan untuk mereka berempat.

"Semua nya bahagia, tapi kenapa aku nggak?" Tanya nya pelan.

"Ma, Pa. Alsya mau gabung.."

Bi Mirna menghentikan langkah nya, meletakkan apa yang ia bawa diatas meja. Dan mulai duduk disamping Alsya.

ALSYA | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang