Budidayakan vote sebelum atau sesudah membaca
Terimakasih
• • •
"Alsya.." Kepala yang tadi nya menunduk, sontak langsung mendongkak keatas karena sebuah panggilan memanggil nya. Alsya segera menghapus air mata dan menatap Arion yang sekarang sudah duduk disamping nya.
"Lo ngapain disini? Ini masih jam nya untuk belajar. Lo bolos ya?" Tanya Arion, Alsya mengeleng. Alsya tidak bolos, hanya saja Alsya pamit keluar untuk menenangkan pikirannya.
"Nggak kok, aku nggak bolos. Aku cuma mau tenangi pikiran aku" Jawab Alsya, Arion ber'oh ria, menatap kedepan sekejap, lalu kembali menatap Alsya.
"Kenapa? Pikiran lo kenapa? Apa yang ganggu pikiran lo?" Lagi dan lagi Alsya mencoba untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh. Setiap seseorang bertanya pada Alsya perihal sesuatu tentang dirinya, kenapa Alsya ingin sekali untuk terus mengeluarkan air mata nya?
"Nggak papa," Balas nya, Arion membuang nafas nya kasar. Kenapa Alsya selalu berbohong padanya?
"Nggak papa terus nggak papa terus, kemaren lo bilang nggak papa, tapi nyatanya lo pingsan. Coba deh jujur sekali aja sama gue, gue pengen tau apa yang ganggu pikiran lo. Tau tau nanti gue bisa bantu" Alsya kembali menunduk, senyum mengembang tipis, mendengar balasan Arion membuat nya ingin tertawa remeh.
"Kalaupun aku cerita, nggak akan ada yang bisa kamu bantu. Semua orang, hanya ingin tau, tanpa ingin peduli. Aku nggak yakin kamu bisa bantu aku"
"Setidaknya, lo ngebagi rasa sedih lo sama gue. Beban pikiran lo berkurang karena udah cerita ke gue. Setidaknya, buat lah hidup gue berguna sedikit untuk cewek kayak lo" Ucap Arion, Alsya menarik nafas nya panjang.
"Itu nggak bakal berguna, tetap aja aku ngerasain beban nya hidup ini"
"Jujur sama gue, setidaknya hari ini gue tau alasan kenapa lo tadi nangis histeris banget. Bukannya gue mau ikut campur, gue cuma mau tau dan akhirnya nanti gue bakal kasih semangat, atau hal semacam nya. Gue mohon, gue nggak tega lihat cewek baik kayak lo nangis karena seseorang" Balas Arion, mata Alsya kembali berkaca kaca. Air mata nya penuh di pelupuk matanya, ia begitu berharap air mata itu tidak terus keluar tanpa izin dari nya.
"Kata Papa, aku nggak pantas untuk hidup" Air mata nya langsung terjatuh, hati nya kembali terasa sesak, mengingat ucapan itu begitu membuat hati nya hancur berkeping-keping.
"Jangan ngaco deh, mana ada seorang ayah yang tega bilang gitu sama anak nya sendiri" Balas Arion, mana mungkin anak itu cepat percaya dengan ucapan Alsya.
"Ada kok, bukti nya Papa bilang gitu pagi tadi" Balas Alsya, ia langsung menyerkap air matanya disaat air matanya jatuh begitu saja.
"Al, mungkin Papa lo bilang gitu. Tapi percayalah, Papa lo nggak bermaksud untuk ngomong gitu ke lo" Arion berusaha untuk membuat Alsya tidak terus merasa sedih karena Papa nya. Namun, itu hanya percuma. Sekeras apapun Arion mengatakan hal positif, maka Alsya akan terus berpikir negatif.
"Papa ngomong gitu dengan hati nya yang tulus, Papa benar-benar kecewa dan benci sama aku. Kamu nggak bakal pernah tau gimana rasanya dibenci Papa sendiri. Dibentak, nggak diinginkan dan nggak diharapkan sama sekali" Arion mengeleng tidak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSYA | END ✓
Fiksi Remaja❝Cerita hidup yang menyakitkan, namun aku menyukai nya❞ - Alsya 18 juli 2021 #rank 2 in fiksiremaja 18 juli 2021 #rank 1 in kembar 18 juli 2021 #rank 2 in kembaran 21 juli 2021 #rank 1 in alsya 21 juli 2021 #rank 1 in elsa 21 juli 2021 #rank 1 in...