"Edelweiss Anne Gavaro, biasa dipanggil Edelweiss. Salam kenal, kakak-kakak." balas gadis itu dengan senyumannya.
"Meleleh hati ini neng disenyumin bunga Edelweiss," asal Gavin sembari menumpu dagunya untuk menatap Edelweiss dengan baik. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum dan tidak peduli jika Gavin menatapnya terang-terangan.
"Del, lo ada keturunan korea? Kok muka lo rada korea gitu, ya?" tanya Gavin setelah meneliti lekuk wajah gadis itu.
Edelweiss tersenyum membuat Gavin susah payah menelan salivanya, tapi ia berusaha untuk tidak lebay. "Oma dari mama ada darah Koreanya, kak. Kalo papa asli Indonesia,"
Gavin manggut-manggut mengerti. Pantas saja gadis itu mirip orang Korea. "Papa kalian bersaudara, ya?" tanya pria itu lagi dan Edelweiss mengangguk membenarkan."Sakura Agya Lavanya, dipanggil Sakura." balas Sakura tersenyum juga.
"Nyokap lo ada darah Jepang juga ya makanya namanya Sakura? Atau lahir disana?" tebak Gerald asal.
"Gue lahir di Australia, kak. Papa mama Indonesia, cuma Edelweiss aja nyokapnya ada darah Korea." balas Sakura. Gerald jadi kikuk sendiri karna selalu salah, sedangkan kedua sahabatnya sudah menahan tawa.
"Lo? Siapa?" tanya Gabrian membuat Camellia mendongak, gadis itu memang sedang sibuk dengan makanannya. Saat Camellia mendongak, matanya bertabrakan dengan mata hazel Gabrian.
Ya tuhan, kenapa ini cewe cantiknya ngga ketulungan? Trus kenapa dia ngga tersipu-sipu kaya cewe lain ngeliat gue ya? Fix, dia incaran gue. Batin Gabrian terus menatap Camellia.
Camellia menjulurkan tangannya di depan Gabrian, "Mawar Camellia Garbera. Bisa dipanggil Camellia atau Lia." suara lembut itu membuyarkan pikiran Gabrian yang dalam batinnya terus memuji kecantikan ciptaan Tuhan ini.
"Namanya terdiri dari bunga, bunga yang cantik sama kaya pemiliknya," sahut Gabrian tersenyum manis, biasanya senyum maut itu mampu membuat kaum hawa menjerit histeris, tetapi tidak dengan Camellia.
"Makasih," balasnya singkat kemudian fokus lagi dengan makanannya.
"Brian! Kita dipanggil sama bu Lila ke ruangannya. Gue nelfon lo tapi lo ngga angkat!" tiba-tiba Gabriel datang bersama Gevano dan Gavaro.
Gabrian, Gavin dan Gerald yang tengah sibuk memandangi tiga gadis cantik itu harus terganggu. "Ck! Ganggu aja bu Lila, ngga tau apa lagi menikmati ciptaan Tuhan yang indah," kesal pria itu.
"Gabriel, Gevano, Gavaro, lo mending kenalan dulu deh. Nyesel kalian kalo ngga kenalan sama adik kelas itu," suruh Gavin membuat ketiganya menggaruk tengkuknya bingung.
"Nanti aja. Ayo, Brian! Gavin, Gerald lo juga balik ke kelas. Jangan goda adik kelas mulu, gue bilang bu Lila nih!" ancam Gabriel membuat dua sejoli itu mendengus sebal.
"Lo nolak kenalan sama bidadari? Fix sih lo ngga doyan cewe!" celetuk Gerald masih belum beranjak dari tempat duduknya.
Gabriel mendengus sebal. "Varo, Vano, lo seret mereka berdua ke kelas. Jangan dibiarin ada di kantin terus,"
Gevano dan Gavaro pun mengangguk lalu menarik tangan mereka berdua dengan paksa. "Ya ngga usah ditarik juga. Edelweiss, kakak pergi dulu ya. Kalo mau ketemu ke kelas 11 IPS 1. Pintu kelas selalu terbuka untuk kamu," asal Gavin.
"Gue pergi dulu, bunga Jepang. Jangan kangen ya, cantik!" Kini giliran Gerald pamit dengan mengedipkan sebelah matanya. Ia seakan tidak peduli jika seluruh kantin melihat ke meja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romance"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...