Camellia - 22. Pendekatan

17 2 0
                                    

        "Sejak kapan lo deket sama Camellia? Bukannya waktu hari pertama mereka dateng, lo jelas-jelas nolak buat kenalan?" tanya Gabrian saat melihat Gabriel masuk ke dalam gerbang sekolah bersama dengan Camellia, gadis yang ia incar.

         "Gue bukan nolak, cuma waktu itu timingnya     kurang pas." sahut pria tampan itu.

"Trus, jangan bilang lo tertarik?" tanya Gabrian dengan hati-hati. Raut wajahnya sudah was-was. Bukan tidak percaya diri jika harus bersaing dengan sahabatnya.

"Kenapa? Lo takut saingan sama gue? Takut kalah? HAHAHAHA," ledek Gabriel membuat Gabrian memukul bahu pria jangkung itu.

"Ya ngga lah, ngapain juga gue takut saingan sama lo. Dimana-dimana gue jauh lebih cakep dari elu!" ucap Gabrian dengan gaya songongnya. Melihat kepercayaan diri Gabrian kembali lagi, samar-samar Gabriel tersenyum. Karna, kemarin sahabatnya itu sempat tak percaya diri untuk mencari Camellia.

"Trus kalo bukan itu, alasannya apa? Oh, kalo gue suka sama Lia, gue jadinya ngasih lo mobil sport series terbaru? Lo ngincer itu?"

"Sialan lo, ya kaga lah! Kalo gue disuruh milih Lia atau mobil sport dari lo, gue lebih milih Lia. Mobil sport masih bisa minta ke oma atau bunda. Ya kalo Lia limited edition!" seru pria tersebut dengan bangga. Gabriel pun terkekeh kecil, ia yakin Gabrian kini benar-benar serius dengan Lia.

"Gue seneng liat lo tertarik lagi sama cewe,"
"Anjir ucapan lo kaya gitu, gue berasa doyan cowo!"

"Bukan gitu, tolol! Maksud gue setelah.. maaf kematian Dahlia. Gue seneng aja lo sekarang bisa buka hati buat yang lain," ucap Gabriel hati-hati karna takut mengungkit masa lalu Brian yang kelam itu.

Brian tampak tersenyum tipis, walaupun tak dipungkiri raut wajah sedih masih terlihat. Memang tak semua orang tau, tapi Gabriel bisa lihat itu. Namun, Gabriel juga lihat raut sedih kali ini sedikit berkurang, tak lagi separah dulu.

"Ngga tau kenapa mata Lia mirip kaya Dahlia, gue kaya liat Dahlia di dalam diri Camellia. Walaupun mereka orang yang berbeda dan ngga ada hubungan saudara."

"Tapi, lo ngga bisa suka sama Camellia cuma karna mengingatkan lo dengan Dahlia. Bukannya gue pengen lo lupain masa lalu dan kenangan lo sama Dahlia. Sama sekali bukan, justru gue pengen lo tetep mengingat Dahlia, karna bagaimanapun kalian pernah bahagia bersama. Cuman gue ngga mau Dahlia jadi alasan lo untuk menutup atau membuka hati lo untuk perempuan lain. Itu semua keputusan lo, jangan jadiin Dahlia sebagai alasan perasaan lo untuk ngejar Camellia. Cintai Lia karna dia adalah Mawar Camellia Garbera, bukan Radahlia Anarawles."

Brian manggut-manggut, ia juga mengerti akan hal itu. "Gue paham kok, tapi selain alasan gue tadi. Ada yang berbeda antara Camellia dan Dahlia. Gue bukan membandingkan mereka. Mereka memiliki keistimewaannya masing-masing. Cara Dahlia dan Camellia natap gue. Dahlia dengan matanya yang ramah, sedangkan Camellia dengan matanya yang kosong."

○○○

"MAWAR CAMELLIA GARBERA!"

Langkah Camellia terhenti saat suara lantang dan berat itu memanggil nama lengkapnya. Mau tak mau gadis itu membalikkan tubuhnya untuk mengetahui siapa yang telah memanggilnya. Gadis berambut pirang itu menatap bingung sekaligus bertanya.

"Lo ngga lupa perkenalan kita di kantin, kan?" tanya pria itu karna tidak mendapat tanggapan dari si pemilik nama.

"Gabrian Rayn Arion," untung saja ingatan Camellia sangat baik. Sehingga ia bisa mengingat nama pria dihadapannya ini. Ya, Brian adalah pria yang telah memanggil adik kelas itu. Untuk apalagi? Permulaam baik untuk pendekatan.

Brian tersenyum, hatinya menghangat ketika suara lembut yang kata Gerald seperti nyanyian rohani di gereja itu menyebut nama lengkapnya dengan benar. "Ngga tau kenapa gue seneng waktu lo nyebut nama gue, bisa diulang lagi ngga?"

"Ada apa?" tanya Camellia menghiraukan permintaan Brian. Hal itu membuat Gabrian kikuk sendiri.

"Hmm, ngga ada kok. Gue cuma nanya, gue boleh manggil lo Mawar, ngga?"

Camellia tampak kebingungan, "Mawar? Kenapa?"

"Ngga apa-apa. Boleh atau ngga?"

Camellia hanya mengangguk bingung. Kemudian Brian tampak senang. "Makasih, sampai jumpa!" setelah itu pria tersebut berbalik pergi.

"Kak Brian!" ini pertama kalinya Camellia memanggil pria itu. Saat mendengar namanya dipanggil oleh sang pujaan hati dengan senang hati Brian berbalik.

"Ya?"
"Kenapa panggil Mawar saat semua orang manggil gue Camellia atau Lia?"

"Biar beda dari yang lain," Brian melambaikan tangannya dan melangkah pergi. Camellia yang masih dengan raut kebingungan, juga ikut melangkah meninggalkan koridor. Sedangkan dari jauh, Daisy melihat itu semua. Bahkan percakapan dua insan itu dari awal.

Hatinya mungkin teriris, tapi Daisy hanya bisa tersenyum miris. "Apa gue harus mundur lagi kali ini? Mungkin akan selalu mundur, karna kesempatan itu ngga akan pernah ada."

○○○

"Selamat pagi Sakura Agya Lavanya.." sapa Gerald saat ia melihat gadis yang kini bertahta dihatinya baru saja memasuki gerbang sekolah. Camellia dan Edelweiss terkekeh melihat ekspresi Sakura yang jelas-jelas sangat tidak nyaman.

"Pagi, kak!" balas Sakura seadanya.
"Pagi juga buat Camellia dan Edelweiss." salam Gerald kepada calon sepupu iparnya. Menurut Gerald dalam batin.

"Pagi kak Gerald." balas Camellia dan Edelweiss serempak.

"Ke kelasnya bareng sama kak Gerald aja, Sa. Gue sama Lia mau ke kantin dulu, nanti gue bawain makanan ke kelas. Bye!" Edelweiss langsung menarik tangan Camellia untuk segera pergi dan membiarkan Gerald bersama Sakura.

"DEL! LIA! Ih emang ya pagi-pagi udah buat kesel aja," gerutu Sakura. Niatnya ia tidak ingin berurusan dengan kakak kelas buayanya ini.

Duh memang ya adik Lia dan Edelweiss sangat peka. Terima kasih adik-adikku. Batin Gerald terkekeh.

"Sa? Kok diem? Ayo jalan ke kelas," ajak Gerald kemudian Sakura mengangguk ragu. Banyak pasang mata yang melihat mereka.

Ini semua pasti fans kak Gerald, atau mungkin ada doinya juga? Kak Gerald niat buat gue mampus di tangan korban-korban phpnya atau gimana sih? Batin Sakura melihat gadis-gadis yang tengah menatapmya tajam.

"Lo kenapa pindah ke Jakarta? Gue belum sempet nanya-nanya, dan pengen kenal lo lebih jauh,"

Sakura menoleh ke samping dan menatap mata pria tersebut. Kak Gerald cakep juga, ah astaga. Gue ngga boleh terbuai sama mukanya dia! Batin Sakura. "Awalnya gue tinggal di Jakarta, tapi karna oma sama opa ngga ada yang urus karna semua keluarga di Perth. Jadi, kita bertiga memutuskan buat tinggal di Bali."

Gerald manggut-manggut. "Kalian anak tunggal? Atau punya saudara?"

"Hmm, kak. Udah sampe, aku masuk kelas dulu. Kakak juga balik ke kelas," Sakura kemudian segera masuk ke dalam. Gerald pun hanya tersenyum tipis dan melangkah menuju kelasnya.

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang