"Bun! Bunda!" Brian dengan cepat berlari masuk ke dalam rumahnya dan berteriak mencari ibunya.
"Kenapa, sayang? Baru dateng udah teriak-teriak!" ucap Theresia menghampiri putranya dan duduk di ruang tamu.
"Aku mau bilang terima kasih karna bunda nyuruh aku anter kue ke rumah Gabriel. Aku jadi tau sesuatu,"
Theresia mengernyitkan dahinya, "Tau sesuatu? Apa tuh?"
"Camellia. Cewe yang aku ceritain waktu itu ternyata saudara Gabriel. Adik kandungnya,"
"Hah? Kok bisa?" tanya Theresia terkejut.
"Bunda kok malah nanya 'kok bisa?' ya bisalah karna orang tuanya buat dan ngelahirin bidadari itu ke dunia ini," sahut Gabrian dengan santai membuat Theresia memutar bola matanya malas.
"Ih, maksud bunda bukan gitu. Kan kita taunya si Gabriel anak tunggal. Kok tiba-tiba punya adik, mana adiknya gebetan kamu lagi." perjelas Theresia.
"Gabriel ngga pernah cerita soal saudaranya. Dia cuma bilang keluarga besarnya ada di Perth. Camellia lumayan lama tinggal di Bali karna ada oma dan opanya, Bun."
Theresia manggut-manggut mengerti. "Oh gitu, bunda jadi pengen tau Camellia sama dua sepupunya itu deh,"
"Kapan-kapan aku kenalin, bun!"
....
Camellia sedang duduk di taman sekolah seorang diri menikmati angin yang menerpa wajahnya. Entahlah kemana dua sepupunya itu, lagi pula ia lebih nyaman seorang diri. Saat tengah duduk, tiba-tiba sekotak susu ada dihadapannya.
"Kak Daisy?" ya kakak kelasnya itu yang telah memberikan sekotak susu vanilla padanya.
"Hai! Ambil, susu buat lo!" suruh Daisy, dan dengan canggung Camellia mengambil susu tersebut.
"Makasih, kak." Daisy duduk di samping Camellia.
"Lo kenapa duduk disini?"
"Cari udara segar aja,""Oh ya, gue ngga tau soal lo adik Gabriel. Gue yakin Alamanda nyesel karna udah ganggu lo," ucap Daisy menoleh ke samping tepat adik kelasnya itu duduk.
"Gue ngga bangga soal kak Al yang nyesel saat tau gue adik dari cowo yang dia suka. Justru gue pengen karna dia sadar kesalahannya. Tapi, gue ngga terlalu mempermasalahkan."
Daisy tersenyum, "Lo anak yang baik, Li. Ngga heran banyak orang yang suka lo. Termasuk... Brian."
Mendengar ucapan Daisy, dengan cepat gadis itu menoleh. "Brian? Kak Brian maksudnya? Dia suka gue?" tanya Camellia balik. Ia tak pernah memikirkan soal itu, atau karna kepekaannya yang rendah?
"Kentara banget, Li. Lo aja yang ngga peka. Beberapa tahun belakangan, Brian ngga pernah tertarik buat deketin cewe atau sampai pacaran karna suatu alasan. Tapi, sekarang gue bisa liat ketertarikan itu lagi. Dan, itu sama lo, Li."
"Alasan?"
"Cepat atau lambat Brian pasti bakal cerita ke lo. Karna, lo akan jadi orang spesial bagi dia,"Camellia semakin bingung dibuatnya. "Mungkin lo salah, kak. Gue sama kak Brian belum lama kenal."
"Apa salahnya sama yang baru kenal? Buat apa kita lama kenal kalo ujung-ujungnya emang ngga pernah bisa bersama?" setelah mengucapkan itu, Camellia bisa lihat raut wajah Daisy yang menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romance"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...