Camellia - 25. Balas budi

13 2 0
                                    


    Sudah 10 menit berlalu, 5 menit lagi kelas akan dimulai. Tapi, Brian belum juga kunjung datang. Lia menunggu dengan was-was, takut terlambat masuk ke kelas. Dan, takut jika kakak kelasnya itu mengalami masalah.

    "Camellia!" panggil seseorang sembari berlari, dengan cepat gadis itu menghampiri Gabrian.

    "Lo dihukum, kak?" tanya Camellia cepat.

     Gabrian menurunkan tasnya, dan mengeluarkan buku-buku Camellia. "Lo mending cepet ke kelas sebelum terlambat." pria itu memberikan buku-buku Camellia dan segera diambil oleh gadis itu.

    "Selamat ngerjain ulangan, gue tau lo pinter, pasti bisa dapet nilai bagus." ucap Brian dengan senyum manisnya.

   "Tapi lo--"

   "Cepet, Lia!" titah Brian, dan Lia pun segera berlari menuju kelasnya. Sedangkan, Brian tersenyum menatap kepergian adik kelasnya itu.

○○○

      Brian dihukum di lapangan bersama beberapa murid yang ketahuan terlambat. Mungkin hanya Camellia yang selamat. Camellia tidak fokus dalam ulangannya, beberapa kali gadis itu melihat ke jendela, dan pria tampan itu masih senantiasa berada di bawah tiang bendera.

     Terik matahari kini terasa sangat panas. Camellia takut jika kakak kelasnya itu jatuh pingsan karna terlalu lama berdiri. Dengan cepat gadis itu menyelesaikan ulangannya, bahkan panggilan dari kedua sepupunya yang ingin meminta jawaban pun tidak dihiraukannya.

     Setelah selesai, Lia segera memberikan lembar jawabannya kepada guru bersamaan dengan Hans, teman sekelasnya. "Bu, saya udah selesai. Saya boleh keluar kan, bu?" tanya Lia.

    "Iya kamu sama Hans boleh keluar, tapi jangan buat keributan, ya." ucap guru tersebut dan Camellia mengangguk cepat kemudian segera keluar kelas.

    "Li! Lo mau ke kantin bareng ngga?" tanya Hans saat mereka sudah diluar kelas.

   "Iya, boleh. Tapi, cepet ya!" Lia berlari menuju kantin membuat Hans kebingungan dan ikut berlari.

   Sesampainya dikantin, kondisi kantin masih sepi karna jam belum menunjukkan istirahat. "Li, kenapa lo lari-lari? Lo laper banget, ya?" kekeh Hans.

   Camellia mengambil air putih, minuman dingin lainnya, makanan ringan seperti roti dan lain-lain. "Oh ngga, ini buat temen gue." setelah selesai, gadis itu membayar semua makanan yang ia beli.

   "Kenapa banyak banget?" tanya Hans heran, karna ditangan gadis itu kini memegang sekantong plastik besar.

    "Gue duluan ya, Hans!" Camellia kemudian berlari keluar dari kantin. Hans pun dengan cepat menyusul Camellia.

    Camellia kemudian pergi ke lapangan, untung saja pria itu masih berasa disana. Dengan cepat ia menghampiri Brian. "Kak, kita neduh dulu!" ucap Lia tiba-tiba membuat Brian terkejut.

    "Lia? Tapi, istirahat lagi 5 menit."

    "Udah ngga papa," Camellia menarik tangan Brian menuju UKS. Samar-samar Brian tersenyum melihat tangannya yang ditarik oleh gadis cantik incarannya itu.

    Sesampainya di UKS, mereka duduk di kursi. Camellia mulai mengeluarkan semua yang ia beli. "Nih, hapus keringet lo dulu," gadis itu memberikan tisu kepada Brian dan diterima baik oleh pria tersebut.

    "Gue udah beliin banyak minuman sama makanan," Camellia menyerahkan sebotol air mineral. Brian pun menerimanya dengan senang hati. Ternyata usahanya membantu Camellia, membuahkan hasil manis.

   "Makasih. Lo kok jadi perhatian gini, sih?" goda Brian.

   "Apaan sih, gue kaya gini karna mau balas budi. Kalo gue tadi ikut dihukum, mungkin gue ngga bisa ikut ulangan sejarah. Kalo gitu gue balik ke kelas," Camellia baru saja hendak pergi namun tangannya segera dicekal oleh Gabrian.

   "Kok lo udah mau pergi aja sih? Makan dulu, lo pasti belum sempet makan kan?" Brian membuka plastik roti dan memberikannya kepada Camellia.

    "Ngga usah. Itu semua gue beliin untuk lo,"

    "Li, gue ngga bakal bisa habisin ini semua. Lagian lo beliin ini semua kaya gue ngga makan berhari-hari aja." sahut Gabrian.

"Yaudah, kalo lo ngga mau. Gue bisa bagiin ke temen kelas," ketus Camellia berniat mengambil makanan dan minuman yang ia bawa. Namun, Brian segera mengambil alih.

"Ngga bisa lah. Lo udah kasih ke gue, ngga boleh diambil balik lagi. Nih, makan rotinya!" pria tersebut memberikan satu buah roti.

Dengan ragu, Camellia pun mengambil roti itu dan kembali duduk. Brian yang melihatnya pun tersenyum, ia bisa melihat adik kelasnya lebih lama.

    "Gimana ulangan lo? Bisa jawab?"

    Camellia mengangguk. "Oh ya lo ngga pusing kan?" dengan spontan gadis itu menaruh tangannya di dahi Gabrian. Karna perlakuan gadis cantik itu membuat Gabrian terkejut dan jantungnya berdetak tak biasanya.

    Camellia menyadari perbuatannya, sempat terjadi tatap-tatapan sampai akhirnya Camellia menurunkan tangannya dengan cepat. "Maaf," cicit gadis itu.

   "Makasih karna udah nolong gue hari ini. Kalo gitu gue balik dulu," untuk pertama kalinya Camellia tersenyum kepada Gabrian. Ingat, pertama kalinya. Dan hal itu membuat Gabrian diam tanpa berkata-kata. Bahkan ia tidak sadar jika Camellia sudah pergi dari ruang UKS.

   "Gabrian?"

   "Apa, Li? Eh, Daisy. Sorry-sorry," ucap Brian malu. Ia kira, Camellia yang memanggilnya. Sedangkan, Daisy kembali merasakan sakit hati.

   "Bisa-bisanya ngira gue Lia. Oh ya tadi Lia kesini? Gue ketemu di depan tadi." Daisy melihat sekantong plastik makanan yang pasti dibawakan oleh Camellia. Daisy juga berpura-pura baik-baik saja saat Gabrian salah memanggilnya.

   "Iya. Dia bawain makanan sama minuman. Lo bawa apa?" tanya Brian melihat tas kecil yang dibawa oleh Daisy.

   "Oh ini makanan. Lo kayanya udah kenyang, biar gue bawa ke kelas aja. Gue cuma mastiin lo ngga papa, soalnya tadi di lapangan panes banget." Daisy memilih untuk tidak memberikan bekal nasi yang sengaja ia buat.

   "Ya ngga papa, Dai. Lo kan udah buatin untuk gue. Sini!" suruh Brian. Daisy pun memberikan kotak nasi tersebut. Brian akan menghargai pemberian orang lain. Dalam bentuk apapun.

   "Makasih ya, Dai. Gue ngga papa kok, lagian gue sering dijemur kaya tadi," kekeh Brian sambil memakan nasi goreng yang Daisy berikan. Gadis itu pun tersenyum karna Brian mau mengambil bekalnya.

   "Sama-sama. Oh ya, gue tadi liat lo di gerbang sama cewe deh kayanya. Tapi, pas gue mau nyamperin, ngga ada siapa di gerbang," ucap Daisy. Karna memang benar saat gadis itu mencari keberadaan Brian, ia sekilas melihat di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup.

   "Lo liat? Gue telat bareng Camellia." sahut Briam membuat hati Daisy kembali sakit hati. Bisa dibilang ia menyesal sudah menanyakan hal itu.

   "Bareng Lia? Kok bisa? Lo telat karna apa?" tanya Daisy berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

   "Kebetulan. Gue telat karna kemarin main game sampe jam 2 pagi. Trus, pas paginya gue kesiangan. Mana tadi gue lupa naruh kunci mobil dimana, sampe satu rumah ikut cari juga."

   Daisy tersenyum kecil, "Trus, kenapa... Camellia ngga dihukum juga?" tanya gadis itu pelan.

   "Oh itu, gue ajak dia ke ruang kecil tempat SIX G kumpul biasanya, trus gue bantu dia untuk keluar tanpa dihukum karna dia jam pertama ada ulangan. Gue juga ngga tega kalo dia ikut dihukum, image dia jadi jelek juga karna murid baru. Kalo gue kan udah terkenal sering terlambat upacara jadi ngga masalah,"

   Daisy merasakan dadanya sangat sesak. Kalo gue ada di posisi Camellia, apa lo ngga tega juga? Batin Daisy. "Oh gitu, yaudah lo selesaiin makannya. Gue mau balik ke kelas,"

   Brian mengangguk. "Oke, makasih nasi gorengnya. Oh ya, kalo lo ketemu salah satu temen gue, tolong pada suruh ke UKS, ya."

  Daisy mengangguk mengiyakan kemudiam pergi dari ruangan tersebut. Hatinya terlalu sakit untuk mendengar cerita dari pria tersebut. Apalagi saat Brian bercerita, ia terlihat sangat senang. Memang Daisy takkan pernah menjadi alasan tawa dan senyum Brian.

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang