Camellia - 36. Hans dan Gabrian

9 2 0
                                    

"Li, sumpah lo darimana aja sih? Pergi ke supermarket sampe berjam-jam. Lo ngga habisin isi ATM gue kan? Bokap gue belum ada ngirim lagi nih," cerocos Edelweiss menghampiri Camellia yang baru saja datang.

"Sorry, gue cuma beli ini doang. Nih kartu lo. Oh ya, kan El sama yang lain belum balik juga?" tanya Camellia sembari menaruh kantong plastik diatas meja ruang tamu.

"Belum balik dari sore, tapi tadi kak Vano nelfon bentar lagi bakal balik." sahut Sakura sembari duduk di sofa.

"Trus, kenapa lo lama banget?" tanya Edelweiss yang masih penasaran.

"Sa, Del. Gue mau tanya deh, kalo misalnya ada cowo yang nyeritain kehidupan pribadinya padahal mereka belum lama kenal, artinya apa?" gadis itu tidak menjawab pertanyaan Edelweiss melainkan bertanya.

"Ya artinya itu orang berarti dalam hidupnya si cowo. Ya si cowo udah percaya gitu lah sama orang itu." sahut Edelweiss.

Camellia kemudian mengingat kata-kata Daisy di taman.

"Beberapa tahun belakangan, Brian ngga pernah tertarik buat deketin cewe atau sampai pacaran karna suatu alasan. Tapi, sekarang gue bisa liat ketertarikan itu lagi. Dan, itu sama lo, Li."
          "Alasan?"
          "Cepat atau lambat Brian pasti bakal cerita ke lo. Karna, lo akan jadi orang spesial bagi dia,"

"Ini cerita lo sama siapa?" pertanyaan Sakura membuat Camellia sadar dalam lamunannya.

"Hah? Maksud lo?"
"Ini cerita lo kan? Udah lah ngga usah pake inisial segala. Lo kan ngga pernah peduli sama masalah orang. Masa sekarang tiba-tiba nanya begitu, udah pasti lo yang ngalamin!" tebak Sakura membuat Camellia tak bisa berkelit lagi.

"Kak Brian tadi ngajak gue ke pemakaman umum,"

Sakura dan Edelweiss terkejut sekaligus bingung. "Pemakaman? Ngapain? Siapa yang meninggal?"

"Bokap dan pacarnya."

"Hah? Jadi, kak Brian anak yatim?"
"Trus pacarnya?" tanya Sakura dan Edelweiss berturut-turut.

"Ya mereka berdua meninggal. Udah ah ngga usah dibahas. Gue ngga mau bocorin kehidupan pribadi kak Brian," Camellia enggan menceritakan alasan kematian dua orang berharga dari hidup Brian. Karna, itu adalah rahasia orang lain.

Sakura dan Edelweiss pun mengerti itu dan tidak memaksa untuk mencaritahu. "Ya ya kita ngerti. Gue ngga nyangka kak Brian punya cerita menyedihkan kaya gitu."

"Hmm, dua orang berharga di hidupnya harus pergi."

Camellia setuju dengan dua sepupunya itu. "Karna dia ngga pernah menampilkan kesedihannya."

"Ngga salah lagi kalo kak Brian emang punya ketertarikan sama lo, Li." cicit Sakura membuat gadis itu menoleh kearah Sakura.

Mendengar hal itu, Camellia jadi ingat perkataan Brian saat di taman kota tadi.

"Li, lo pernah bilang kan suka dalam waktu dekat itu bukan perasaan, tapi penasaran." ucap Brian tiba-tiba. Lalu, Camellia mengangguk membenarkan itu.

"Iya, kenapa? Ini soal Edelweiss sama kak Gavin?"

Brian menggeleng, "Ini soal gue. Gue awalnya berpikiran sama, tapi semakin hari lo meyakinkan perasaan gue. Kalo ini memang benar perasaan bukan cuma penasaran."

Camellia berusaha mencerna perkataan pria itu. "M-maksud lo?"

Brian menatap Camellia dengan serius, sekaligus tersirat ketulusan dimatanya. "Gue ngga minta lo untuk balas perasaan gue sekarang, Li. Tapi, tolong kasih kesempatan supaya gue bisa buat lo punya perasaan yang sama ke gue."

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang