Camellia - 59. Agresif

9 2 0
                                    

TINGG NONGG!!

"Kenapa perlu pencet bel sih? Tinggal masuk aja, kan kamu tau kode Apartment aku."

"Ngga enak lah, ngga sopan. Apalagi ini Apartment cowo," Camellia kemudian masuk ke dalam Apartment Brian.

"Udah berapa hari kamu ngga pulang?"
"Tiga hari." Gabrian memang memilih untuk tidak pulang ke rumah ibundanya, selain karna rumahnya yang lebih jauh dari kampus dibanding Apartment pribadinya.

"Udah telfon bunda?"
"Udah, bunda tau kok. Kemarin aku sempet pulang juga ambil beberapa barang."

"Paspormu gimana? Udah selesai?"

Camellia mengangguk pelan, ia mengingat lagi percakapannya dengan Daisy. Apa ia perlu memberitahu Brian? "Kamu kenapa? Kok melamun?"

Camellia tersadar dari lamunannya, "Aa-hh ngga papa. Aku cuma capek aja, urusan paspor udah selesai."

"Tau gitu kamu langsung pulang aja istirahat dirumah."

"Ngga papa, kita tinggal menghitung hari aja sebelum aku berangkat. Harus quality time dong," ucap gadis itu memeluk Brian dari samping. Sebenarnya, mata Camellia mulai memanas, entah perpisahan mereka yang berbeda negara, atau hubungan mereka.

"Aku bakal luangin waktu kok sampe kamu berangkat. Apalagi yang kurang sama urusan keberangkatanmu?" Brian mengelus kepala gadisnya itu.

"Urusan koper."
"Nanti aku bantu ya, kamu chat aja."
"Ngga usah lah kamu kan sibuk kuliah."

"Tapi, kamu kan sendiri ngurus, Sakura sama Edelweiss kan juga lagi urus keberangkatan mereka." Brian sudah tau perihal kedua sepupu Camellia yang juga melanjutkan study ke luar negeri.

"Gabriel, Vano sama Varo gimana? Apa kabar mereka?"

Camellia kemudian menegakkan tubuhnya, "Emang kamu ngga komunikasi sama mereka?"

"Aku sempet chat di grup kok, tapi belum ada yang balas. Cuma Gerald sama Gavin doang yang ramein," terlihat Brian pasti sangat merindukan kebersamaannya dengan ketiga sahabatnya yang berada di negeri orang.

"Sabar, ya. Mereka pasti sibuk, kak El juga kalo di chat lama banget balasnya. Perbedaan waktu juga buat mereka jadi susah dihubungin."

"Iya, aku ngerti kok. Cuma kangen aja main kaya masa SMA," ucap Brian lagi. Setelah melanjutkan ke pendidikan kuliah, pasti perpisahan itu ada. Jika tidak berpisah, waktu akan menjadi kendala untuk bersama.

"BRIAAANNN!!!"

Camellia dan Brian terkejut ketika dua orang masuk ke dalam Apartment seraya memanggil Brian dengan berteriak. "Gila, lagi sama Lia ternyata. Sorry, kita kira sendiri," kekeh tamu itu.

"Gerald Gavin anjing! Ngga sopan banget lo," umpat Brian.

"Ya siapa suruh kode Apartment lo masih sama, makanya ganti!" ya kedua orang itu adalah sahabatnya yang masih berada di Indonesia, mereka kuliah ditempat yang sama dengan Brian namun berbeda fakultas tentunya.

"Ngga papa, kak. Duduk sini!" ajak Camellia.
"Udah lama, Li?" tanya Gerald basa-basi.

"Belum, baru aja. Abis dari kampus? Kok bisa barengan?" tanya Camellia.

"Gue sih dari kampus, tapi Gavin libur. Gue cari deh kerumah mau main sama Brian,"

"Dih, kaya bocah lu!" celetuk Brian fokus dengan laptopnya.

"Li, lo bakal kuliah di Paris ya?"
"Iya, baru aja urus keperluan berangkat."
"Kapan keberangkatannya?"

"Belum tau sih. Setelah urus keperluan langsung berangkat." papar Camellia.

"Oh ya, Sakura bakal ke kampus mana?" sekedar informasi, sampai sekarang Gerald masih mengharapkan Sakura, namun tak pernah berani mencoba untuk berjuang.

"Alaaah, nanya doang lo. Kenapa ngga dicoba sih? Urusan diterima atau nolak ya belakangan. Yang penting Sakura tau usaha lo!" cerca Gavin.

"Bener tuh si Gavin." dukung Brian.
"Udah telat kali, dia bakal ke luar negeri. Yakali baru aja berjuang udah ditinggal aja." sewot Gerald.

Camellia terkekeh, "Sakura lulus di Singapore, kak. Lagi urus keperluan berangkat juga."

Gerald mengangguk mengerti, "Bagus deh. Sampein ucapan selamat gue ya."

"Kenapa ngga lo sendiri aja?"
"Ngga papa, dari lo aja."
"Cih, dulu aja buaya, sekarang deketin satu cewe pake mental tempe!" semprot Brian membuat Gerald mendelik sebal.

"Iya kak, nanti di sampein."
"Kak Gavin ngga mau tanya soal Edelweiss?" pancing Camellia.

"Ngga, Li. Dia mah udah punya pacar," jawab Brian.

"Hah, serius? Dari kampus kalian?"

"Iya, Li. Gue sama Edelweiss sebatas temen aja. Sekarang ada hati yang harus gue jaga. Kebetulan satu fakultas." jelas Gavin dengan bangga dan mantap.

"Berat banget bahasa lo!"
"Wah, selamat ya kak. Semoga langgeng."
"Makasih adik cantik!"

Camellia melihat jam di tangan kirinya, "Kak, aku balik aja ya. Sakura dirumah sendiri, aku lupa Edelweiss lagi ada urusan keluar. Lagian udah sore nih,"

"Oh ya? Yaudah, kamu bawa mobil kan? Hati-hati, nanti telfon kalo udah sampe." Brian beranjak dari tempat duduknya untuk mengantar Lia sampai ke depan Apartment.

"Kak Gavin, Kak Gerald gue duluan ya. Have fun disini,"

"Iya, hati-hati ya cantik!" sahut mereka.

***

Daisy merebahkan tubuhnya di kasur. Ia kembali mengingat permintaannya pada Camellia. "Tenang, Daisy. Apa yang lo bilang itu benar, lo ngga perlu mikirin harga diri atau perasaan orang lain. Daisy Adisty yang dulu udah mati, sekarang lo harus bisa bersikap egois." ucapnya pada dirinya sendiri.

TOK TOK TOK!!

"Non, ada non Alamanda di bawah!!" seru pembantu rumah Daisy.

"Iya, bi!" Daisy kemudian beranjak dari tempat duduknya dan turun kebawah.

"Al? Ngapain?"

"Abis dari kampus mau mampir bentar, lo darimana? Bibi bilang lo baru aja keluar,"

"Abis perpanjang paspor. Bokap gue mau ngajak ke rumah tante gue yang di Berlin."

Alamanda mengangguk mengerti. "Oh ya, gue lagi deket sama cowo loh,"

"Siapa tuh? Setiap lo bilang gitu, gue ngga percaya deh, Al. Gagal mulu,"

"Ih, lo jangan gitu lah. Dia sih dari fakultas hukum. Ganteng banget tau ngga, doain jadi ya."

"Iya lah, apa sih yang ngga buat lo. Mau gue bawain minum?" tawar Daisy.

"Ngga usah, tadi bibi juga udah nawarin minum, cuma gue udah beli coffee tadi."

"Oh ya, gue sempet bilang kalo gue bakal berusaha dapetin apa yang gue mau kan, Al? Gue tadi ketemu Camellia, dan gue mau dia putus sama Brian."

Alamanda yang mendengar itu jelas melongo. "H-hah? Maksud lo?"

"Ya gue suruh Camellia untuk putus sama Brian."

"What? Trus respon dia apa? Ngga mungkin dia mau dengerin permintaan lo yang konyol itu." jelas Alamanda.

"Belum tentu. Kita liat aja nanti,"
"Sumpah, Dai. Lo sekarang lebih agresif."

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang