Camellia - 40. Orang itu?

9 2 0
                                    

    "Bunda pasti seneng deh kalo tau gue ke Bandung bareng lo." ucap Brian dengan senyum yang terpancar sedari tadi di wajahnya. Bagaimana tidak? Camellia kali ini ikut bersamanya untuk bertemu sang bunda.

    "Nyokap lo tau gue?"
    "Cuma tau lewat foto sih, gue juga banyak cerita sama bunda."

Camellia menoleh kearah pria itu. "Lo ngga cerita aneh-aneh kan?" selidik gadis itu.

    "Gue bilang kalo lo perwujudan bidadari di dunia nyata, trus gue bilang lo susah banget senyum. Tapi, sekalinya senyum damage-nya ngga ngotak."

    Camellia terkekeh, "Itu berlebihan sih."

    "Serius mah gue. Li, kalo lo mau tidur, tidur aja. Perjalanan masih jauh," suruh Brian.

    "Lo mau gantian ngga nanti? Siapa tau lo capek di tengah perjalanan," tawar gadis itu. Demi keselamatan bersama.

    "Ngga lah, yakali cewe nyetir waktu ngedate,"

     "Ngedate?"
     "Iya anggap aja ngedate di perjalanan menuju calon mertua," gombal Brian.

      "Gue tinggal tidur nih, kak!" ucap Camellia membuat Brian tertawa.

      "HAHAHAHA, yaudah sana tidur!"

....

    Dua jam perjalanan sudah berlalu, Camellia tidur dengan tenang, Brian pun tersenyum melihat gadis itu tidur seperti bayi. "Lagi tidur aja tetep cantik. Lo kapan jeleknya sih?" gumam pria itu.

   "Li, gue emang tau kita punya perbedaan besar. Tapi, gue harap itu ngga menghalangi perasaan lo ke gue. Gue akan berjuang demi cinta gue dan gue harap suatu saat nanti kita bisa berjuang untuk cinta kita." ucap Brian pelan agar tidak mengganggu gadis itu.

   "Gue emang pengecut karna berani ngomong kaya gini saat lo tidur. Gue belum siap liat respon lo nanti. Dan, gue juga ngga mau lo semakin terbebani sama perasaan gue. Gue akan nunggu, sampai kapanpun itu." sambung Brian lagi.

   Brian mengelus pucuk kepala Camellia dengan tangan kirinya. Lampu lalu lintas menyala berwarna merah. Mobil yang dikendarai Brian otomatis berhenti. Saat lampu merah tersebut menyala, pria itu menggunakan kesempatannya untuk memandangi wajah Lia yang tenang.

   Tak lama Brian melihat gadis itu berkeringat kemudian tidurnya terlihat tak nyaman, bibir gadis itu seperti ingin berucap sesuatu. Brian yang melihatnya pun menjadi bingung.

    "Li? Lia? Lo kenapa? Lo mimpi buruk?" Brian buru-buru membangunkan gadis itu. Lampu hijau menyala, Brian segera menancapkan gas kemudian menepikan mobilnya dipinggir jalan.

   Lia terus saja berkeringat padahal di dalam mobil Brian menyalakan AC. "Li! Lia bangun!" setelah itu Camellia terbangun dengan nafas tersengal-sengal. Brian kemudian mengambil air putih dan Lia pun segera meminumnya.

   "Li? Lo kenapa? Lo mimpi buruk?" Brian mengambil tisu untuk mengusap dahi Lia yang dipenuhi keringat. Sedangkan gadis itu masih menetralkan nafas dan jantungnya yang terasa sangat cepat.

    Kejadian 12 tahun lalu terulang lagi. Tenang, Li. Itu sekarang cuma mimpi. Batin Lia menenangkan dirinya.

    "Gue ngga papa kok, lo jalan aja. Itu tadi cuma mimpi. Maaf, bikin panik." ucap Camellia setelah dirinya merasa lebih baik.

    "Lo serius? Kita ngga perlu ke rumah sakit? Tapi, lo tadi keluar keringat muka lo pucat padahal di dalem mobil kan dingin."

    "Gue ngga papa. Lanjut jalan aja," suruh Camellia dan Brian pun mulai menancap gas, sesekali melihat kearah kiri memastikan gadis itu memang tidak apa-apa.

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang