Camellia - 03. Siapa mereka?

33 3 0
                                    

      "Selamat pagi, Om!" sapa tiga gadis cantik memasuki ruangan pribadi kepala sekolah. Pria paruh baya tersebut menoleh sembari memperbaiki letak kaca matanya dan menatap ketiga gadis itu.

      "Camellia? Sakura? Edelweiss? Itu beneran kalian, kan?" tebak kepala sekolah SMA International High School. Pria paruh baya tersebut tampak berdiri dari kursi kebesarannya dan menghampiri ketiga bidadari itu.

      "Iya, Om. Kita kesini karna mau tau kita dapet kelas apa. Aku harap kita bisa satu kelas, Om!" ucap Camellia sembari cengengesan. Karna ia bukan tipe orang yang mudah bergaul, jadi ia enggan untuk mencari teman.

      "Wah iya kalian beneran keponakan, Om. Kalian benar-benar tambah cantik. Kita terakhir ketemu saat kalian kelas 2 SMP, ya? Jadi, kalian pindah ke SMA ini setelah 6 bulan di Bali, ya? Itu berarti kalian sekarang kelas 10 semester 2."

      "Iya, Om. Benar sekali," jawab Edelweiss dengan senyumnya.

       "Kalian sampai di Jakarta, kapan? Om belum sempat ke Bali karna banyak urusan. Oma sama opa sehat, kan?" tanya Abby.

      "Kemarin malam, Om. Sehat, mereka berdua sehat." balas Sakura mewakili jawaban kedua sepupunya.

      "Baik kalo begitu kalian mendapat kelas 10 IPS 1. Kalian sekelas, om sudah atur semuanya. Mau om antar sekarang atau gimana?" tawar Abby sebagai kepala sekolah SMA tersebut sekaligus paman mereka.

      "Boleh deh, Om. Soalnya pasti ada sesi perkenalan, om ngga papa direpotin untuk nganterin kita bertiga?" tanya Camellia tak enak.

      "Ngga papa, cantik. Kalian kan keponakan tercantik yang om punya. Direpotin sama kalian itu anugerah, lagi pula kedua orang tua kalian nitipin kalian ke om kok,"

      Mereka bertiga terkekeh, pamannya satu ini memang sangat humble dan juga humoris. "Ah, om bisa aja. Yaudah deh om, makasih ya!" ucap Edelweiss tersenyum ramah.

      Abby kemudian mengantar mereka bertiga menuju kelas 10 IPS 1. Keadaan sekolah sepi karna memang ini jam pelajaran. Mereka bertiga memutuskan untuk berangkat jam 8 pagi, lagi pula mereka murid baru dan tidak masalah. "Om yakin kalo misalnya koridor ini ramai, pasti banyak yang gosipin kalian. Ada yang iri, ada yang kagum."

      Sakura, Edelweiss dan Camellia saling tatap kemudian mereka tersenyum kecil mengerti maksud dari pamannya itu. "Udah biasa kita, Om. Kita ngerti apa yang om Abby bilang, karna disekolah kita di Bali juga sama kok. Bahkan ada kakak kelas yang labrak kita cuma karna pacarnya suka sama salah satu dari kita. Aneh kan?" cerocos Sakura.

      Om Abby pun terkekeh, "Ya gimana ngga pacarnya berpaling ke kalian, orang bidadari jatuh dari surga kok! Kaya lagunya coboy junior!"

      "Apalagi si Lia, om. Sering banget malah, tapi itu anak tetep tenang. Mau dilabrak juga ngga bakal emosi, si Lia paling sering dicari-cari cogan, trus paling sering dilabrak juga!" Sahut Edelweiss dengan heboh.

      Camellia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sepupunya yang berlebihan. Om Abby memang sosok paman pendengar yang baik. "Si Lia kan emang cantik banget. Dia juga orangnya tenang, ngga gampang emosi ya walaupun susah senyum." balas om Abby sembari melirik Camellia yang fokus dengan jalannya.

      "Udah, Sa, Del. Inget loh om Abby kalo disekolah itu kepala sekolah, bukan paman kita. Jadi, harus jaga sikap! Ngga enak kalo diliat sama guru lain," ucap Camellia lembut walaupun tanpa senyuman namun mampu membuat kedua sepupunya mengunci bibirnya rapat.

       Om Abby salut dengan salah satu keponakannya ini, pembawaannya tenang, wajahnya sangat cantik, ya bisa dibilang idaman semua pria. Tapi, keponakannya itu belum mendapat kekasih juga. "Li, kamu belum punya pacar juga?"

       Camellia belum sempat menjawab tetapi kedua sepupunya yang laknat itu sudah dulu menyela. "Ya ngga punya lah, Om! Padahal yang deketin dia bejibun banyaknya. Most wanted sekolah di Bali juga kecantol sama pesona Mawar Camellia Garbera,"

      "Edelweiss jadi bingung sebenarnya Lia ini doyan cowo atau ngga sih?" sahut Edelweiss menimpali ucapan Sakura. Camellia harus bersabar menghadapi kedua sepupunya ini. Ia bahkan merasa ruangan kepala sekolah dengan kelasnya begitu jauh.

      "Del, ya kali keponakan om ini doyan perempuan. Dia cuma belum nemu yang bisa buat dia jatuh cinta aja." sindir om Abby kepada Camellia.

      "Aku masih doyan cogan kok, cuma belum mikirin soal pacar aja, Om. Fokus ke sekolah aja dulu, kalo misalnya nemu ya syukur." balas Camellia lagi-lagi dengan tenang dan santai dan tanpa senyuman.

      Bukan tidak bisa senyum, hanya saja ia memang seperti ini dari lahir. Senyum dalam situasi tertentu.

      "Semoga disini dapet jodoh deh kalian. Kalo kalian ada masalah, kalian bisa bilang sama Om. Terserah mau dibilang pilih kasih atau ngga, tapi yang pasti keselamatan kalian adalah tugas om. Jangan sungkan untuk minta bantuan,"

       Edelweiss, Sakura dan Camellia menatap om Abby dengan haru, mereka senang bisa berada dibawah lindungan om Abby. Itu sama saja seperti bersama kedua orang tua mereka. "Makasih om," balas mereka bertiga.

      Kemudian kelas yang awalnya ribut langsung hening ketika om Abby masuk, begitupun dengan guru yang mengajar. "Ada apa pak, Abby?" tanya guru yang mengajar tersebut.

      "Begini, bu. Saya membawa murid baru, mereka pindahan dari Bali. Tidak apa-apa kan, bu?"

      Guru tersebut mengangguk lalu tersenyum, "Kebetulan kelas ini memang kurang 3 murid dari jumlah yang seharusnya. Silakan saja, Pak!"

      Om Abby tersenyum, "Selamat pagi semuanya, kalian kedatangan teman baru. Saya harap kalian bisa mengajak mereka bertiga berteman dengan baik, ya? Silakan perkenalkan diri kalian."

      "Perkenalkan nama saya Edelweiss Anne Gavaro, biasa dipanggil Del atau Edelweiss. Pindahan dari Bali, semoga kalian bisa berteman baik dengan saya." ucap Edelweiss dengan senyum cantiknya.

      "Perkenalkan nama saya Sakura Agya Lavanya, biasa dipanggil Sakura. Nice too meet you," ucap Sakura, kemudian terakhir adalah Camellia.

       "Hai, perkenalkan nama saya Mawar Camellia Garbera. Biasa dipanggil Lia atau Camellia, salam kenal." ucap Camellia, tanpa senyuman saja sudah mampu membuat semua terpikat dan menjadikannya pusat perhatian.

      "Astaga, ini kenapa bidadari nyasar ke sekolah kita, ya?"

      "Ngga tau gue, Han. Anjir Camellia cakep banget! Harus berterima kasih sama pak Abby, karna mereka dimasukin ke kelas kita. Seneng bisa liat bidadari tiap hari!"

      "Nama mereka semuanya bunga,"

      "Bening, cakep!"

      "Glad, ini bukannya selebgram ya? Mereka bertiga selebgram kan? Yang difollow sama Gabriel, Gavaro dan Gevano. Ya kan?"

      "Iya lo bener, San. Pantes aja gue kaya ngga asing, ini serius selebgram sekolah disini? Aduuh, bisa bisa mereka kecantol sama most wanted kita!"

      Pak Abby, guru yang mengajar dan ketiga bidadari ini hanya tersenyum menanggapi apa yang mereka katakan. "Ada yang ditanyakan mungkin?" tanya pak Abby, kemudian kaum adam berebutan bertanya.

      "Camellia, tipe pacar kamu kaya gimana? Saya mau memantaskan diri," ucap seorang pria membuat mereka semua menyoraki pria tersebut. Lia lagi-lagi tenang dan santai.

      "Gue ngga punya tipe untuk bisa jadi pacar gue. Gue bisa jatuh cinta kalo orang itu berhasil buat gue nyaman. Cinta karna nyaman, nyaman karna terbiasa." balas Lia lembut dan tegas.

      Mereka semua menatap kagum kepada Camellia.

MY CAMELLIA

Untuk informasi lebih lanjut tentang 'My Camellia' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!

Instagram : @dtaarianii
WhatsApp : 081236865211

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang