Camellia - 18. Gabrian home's

14 3 0
                                    

"DAISY ADISTY!! Kalo lo tau dengan cara lo nyeritain tentang Camellia ke Brian bikin lo sakit hati kenapa masih lo lakuin sih bodo? Biarin aja si Brian cari tau tentang Camellia, buat apa juga lo kasih tau dia. Fix lo bener-bener goblok!"

"Lo tau kan kalo Brian mulai ngincar Camellia? Sekarang lo ngga usah deket-deket apalagi berteman sama dia. Mawar Camellia Garbera itu rival lo! Jadi, jangan sok baik sama dia. Gue ngga suka liat lo harus nyakitin hati lo terus-terusan. Kalo emang takdir ngga menyatukan kalian, lo harus menantang takdir, berjuang! Kalo lo ngga berjuang sampe kapanpun Brian ngga akan jadi milik lo!"

Ini alasan Daisy awalnya enggan menceritakan semuanya dari awal. Ya karna sahabatnya ini pasti akan mencercanya dan mengomelinya.

"Masa iya gue ngga jawab pertanyaan Brian? Ya gue jawab aja setau gue. Al, walaupun nantinya Brian pacaran sama Camellia, itu ngga akan mempengaruhi pertemanan gue dan Lia. Jangan childish, cuma gara-gara cowo gue harus musuhin dia. Ngga mature banget," jawab Daisy santai.

      "Takdir gue ditulis saat gue lahir ke dunia, kalo emang gue cuma bisa berharap Brian jadi milik gue dan akhirnya gue tetep ngga bisa jadi miliknya, ya mungkin itu yang terbaik. Soal perjuangan, gue akan berjuang dengan cara gue sendiri. Tapi, yang pasti cara sehat bukan kotor." sambung Daisy.

Alamanda sampai jengah mendengar jawaban Daisy. "Terus aja lo ngalah sampe Brian berkeluarga nanti. Heran gue sama lo, hati lo terbuat dari apa sih? Wait, tadi lo bilang pas lo ngasih tau Brian kalo Lia itu beda agama sama dia, Brian langsung murung?"

Daisy mengangguk. "Iya, padahal awalnya dia exited banget. Pas gue tanya dia cuma jawab 'ngga papa'. Mungkin dia ngira Lia sama dua sepupunya itu seiman sama kita."

Alamanda kemudian menjetikkan jarinya. "Kesempatan bagus, lo Kristen, Brian juga Kristen. Lo sama dia lebih cocok lah, kalian seiman. Dan udah pasti direstui sama Tuhan. Udah lah lo harus deketin Brian terus. Pepet terus jangan kasih kendor!"

Daisy sampai melongo, memangnya orang yang berbeda agama tidak boleh menjalani hubungan? Menurut Daisy, Tuhan hanya ada satu. Hanya saja, kita menyebutnya dengan banyak nama. Dan, menurutnya tidak ada masalah dengan hubungan beda agama.

"Trus kenapa kalo mereka ngga seiman? Ngga ada yang salah kali dari hubungan beda agama. Kita ini sama, cuma nama agama dan cara ibadahnya aja yang beda."

Alamanda harus ekstra sabar menghadapi sahabatnya yang terlalu baik dan selalu tertindas. "Lo kaya peran utama di ftv tau ngga?"

"Hah? Maksud lo?"

"Baik dan tertindas."

Daisy menggeplak lengan gadis itu. "Enak aja samain gue kaya peran utama ftv. Gue ngga lebay kaya di sinetron itu. Lo sama Gabriel kan juga beda agama. Berarti lo ngga cocok ya sama Gabriel? Aduuhh kasian gue,"

Alamanda kini membulatkan matanya, kenapa seperti epic comeback? "Ngapain lo malah gituin gue sih?"

Daisy mengendikkan bahunya acuh. "Ya bener kan? Gabriel hindu, lo kristen. Makanya jangan asal bilang orang ngga cocok kalo lo ngga mau digituin juga. Udah ah ngga usah bahas itu,"

↪️↪️↪️

'Lo dimana sih anjing? Lo nyuruh kita duluan ke rumah lo, tapi sampe sekarang lo belum sampe dirumah. Jadi tukang sapu lo disekolah?'

Gabrian mendengus sebal karna celotehan dari sahabatnya, Gabriel. "Ya sabar, gue juga baru keluar dari area sekolah. Nanti gue ceritain kenapa gue pulangnya agak telat. Udah ya mending lo anteng aja dirumah gue sama yang lain. Dan inget satu lagi jangan sampe kamar gue jadi kapal pecah dan kulkas gue jadi kosong melompong!"

Gabriel terdengar terkekeh diseberang sana. 'Udah terjadi kali. HAHAHAHAHAH,'

Gabrian membulatkan matanya, baru saja ia akan mengumpat tetapi sambungan telfon sudah terputus. "Sialan, mana cemilan baru beli kemarin lagi. Pantes aja minta dirumah gue, mereka tau kalo gue baru abis beli cemilan!" gerutu Gabrian kemudian fokus dengan jalanan.

Beberapa menit kemudian mobil Gabrian masuk ke pekarangan rumahnya yang luas setelah dibukakan pintu oleh seorang satpam. Mobil teman-temannya sudah memenuhi halaman rumahnya.

Brian kemudian segera masuk, rumahnya selalu sepi karna ibunya menghabiskan waktu di kantor. Brian tidak menuntut apapun atau merasa kurang kasih sayang, ia hanya ingin ibunya masih ada di bumi dalam keadaan sehat.

"Den, Brian. Tumben sore pulangnya, mau bibi siapkan makanan? Atau pengen sesuatu?" tanya pembantu rumah tangganya yang sudah bekerja sejak ia masih bayi. Bisa dibilang bi Ina adalah ibu keduanya.

Brian menggeleng. "Ngga, Bi. Nanti langsung makan malam aja sama temen-temen yang lain. Jadi, tolong siapin makan yang banyak ya. Aku langsung keatas,"

Bi Ina pun mengangguk dan melenggang menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam yang banyak untuk 5 orang teman Gabrian itu. Sedangkan pria tersebut berjalan ke lantai tiga menuju kamarnya.

Terdengar suara gaduh dari kamarnya itu, tak menunggu lama akhirnya ia masuk dan melihat keadaan kamarnya rapi. Tidak berantakan. Tumben sekali. "Kok kamar gue masih rapi? Kata lo udah kaya kapal pecah," tanya Gabrian heran ke Gabriel.

"Kita kasian sama bi Ina, yang rapiin kamar lo kan bi Ina bukan lo." jawab Gevano asal.

"Iya kalo lo yang rapiin baru deh dengan senang hati kita berantakin!" sahut Gavaro yang sedang main playstation dengan Gabriel.

Brian hanya mendengus sebal, "Kalian pulangnya habis dinner aja, gue udah suruh bi Ina masak untuk kita makan malam."

Mereka pun bersorak senang. "Yes! Emang ya rumah Gabriel sama Gabrian selalu surga dunia," sahut Gerald dengan antengnya rebahan di kasur tersayang Gabrian.

"Kalo rumah lo sama Gavin itu mah kosong ngga ada isinya!" timpal Gabriel. Rumah Gabriel jadi satu dengan Gevano dan Gavaro karna mereka sepupu.

"Besok dirumah Gabriel, ya. Udah lama kita ngga main ke rumah lo," sahut Gavin santai.

Sontak Gevano, Gavaro dan Gabriel menoleh secara bersamaan. "Eh, ngga ngga!" sahut mereka bertiga secara bersamaan membuat Gavin, Gerald dan Gabrian menatap bingung kearah tiga sepupu itu.

"Kenapa? Tumben, biasanya lo nyuruh kita nginep karna bokap nyokap kalian ngga ada di Indo. Lo takut kita abisin kulkas lo lagi, ya? Ngga kok, kulkas keras, ngga enak!" sahut Gerald polos.

"Tolol. Isinya! Bukan kulkasnya!" Gavin menggeplak sobinya itu.

"Ehmm, i-itu maksud gue kan kalian ngga kerumah cuma beberapa minggu ini. Trus rumah gue lagi ada renovasi juga, hehehe." balas Gabriel cengengesan.

"Renovasi? Perasaan rumah lo ngga ada rusak-rusaknya deh," gumam Gabrian.

"Ada. Emang rumah ngga bisa rusak juga?" sahut Gevano menimpali.

"Dih, rumah sultan bisa rusak juga!" ledek Gavin sembari tertawa.

"Ya bisa lah!" sahut Gavaro.

MY CAMELLIA

Untuk informasi lebih lanjut tentang 'My Camellia' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!

Instagram : @dtaarianii
WhatsApp : 081236865211

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang