"Daisy? Lo bisa kasi tau gue kan? Gue soalnya ngga tau harus nanya tentang Camellia ke siapa lagi. Masa iya gue nanya ke orangnya langsung, kita kan baru kenalan tadi pagi." Brian kini memegang tangan Daisy membuat tubuh gadis itu menegang.
Daisy melihat tangannya yang dipegang Brian dan juga tatapan mata pria tersebut memohon kepadanya. Apa sepenting itu sekarang Camellia buat lo, Brian? Bahkan sampe lo mohon-mohon kaya gini ke gue? Dan--megang tangan gue? Tapi, sekarang gue sama sekali ngga baper, karna lo megang tangan gue sambil memohon untuk menceritakan tentang-- Camellia yang gue tau. Batin Daisy miris.
"I-iya, gue bakal kasih tau tentang Camellia yang gue tau. Tapi, gue ngga yakin apa yang gue bilang 100 persen benar, karna kehidupan seseorang cuma orang itu sendiri yang tau," lirih Daisy sembari memaksakan untuk tersenyum.
Apa lo ngga sadar juga kalo gue lagi sakit hati, Brian? Kenapa lo nanya ke gue? Gue ngga akan se-sakit ini kalo lo nanya ke orang lain. Lanjut Daisy dalam batinnya. Dadanya sesak seperti ingin mengeluarkan semuanya, matanya memanas tapi ia berusaha untuk menahannya.
Tidak. Ia tidak boleh menampilkan kesedihan di depan orang yang ia suka. Ia tidak boleh terlihat mengenaskan sehingga Brian memiliki perasaan iba dan kasihan.
Brian tampak senang dan mengangguk cepat, kini tangannya sudah bertumpu di meja bersiap untuk mendengarkan cerita Daisy yang pastinya akan membuatnya senyum-senyum sendiri. Ya begitulah, sepertinya moodboster Brian kali ini all about Camellia.
Daisy menghela nafasnya sesaat untuk mengurangi rasa sesak di dadanya, lalu tersenyum. "Gue udah follow Camellia waktu dia masih di Bali. Dia memang populer dikalangan cewe-cewe. Ya karna cantik, tajir dan hampir sempurna. Camellia dan dua sepupunya itu lahir di Australia, asal mereka dari Bali. Tapi, mereka besar di Jakarta. Sejak SMP kelas 1, Lia pindah ke Bali bareng dua sepupunya. Setau gue sih karna Oma sama Opanya ada disana dan cuma berdua. Jadi, mereka pindah ke Bali untuk nemenin kakek neneknya."
Daisy menjeda ucapannya, terlihat Brian sangat antusias mendengar cerita selanjutnya. Semakin ia perpanjang cerita ini, semakin sakit pula hati Daisy. "Tapi, gue ngga tau alasan mereka kembali ke Jakarta lagi. Lia emang paling banyak pengikut dan fanbasenya, tapi dia juga banyak haters. Lia juga ngga ambil kesempatan dari followersnya yang banyak untuk ambil endorse apapun dan bisa dapet uang. Lia bahkan pernah ditawarin jadi Brand Ambassador produk kecantikan yang lagi hits, tapi sama sekali ngga diterima."
"Dari situ banyak yang judge dia bilang kalo dia sok tajir lah, sombong lah karna ngga nerima kesempatan besar yang cuma dateng sekali dalam hidup." sambung Daisy lagi. Semua yang ia katakan mengandung fakta, ia hanya berbicara sesuai dengan informasi yang ia ketahui selama menjadi pengikut Camellia.
"Lo serius? Kesempatan buat jadi Brand Ambassador ditolak juga? Biasanya orang-orang yang punya pengikut banyak kan pastinya memanfaatkan tawaran endorse untuk jadi terkenal lagi atau dapet duit. Camellia memang berbeda," ucap Brian sembari senyum-senyum membayangkan wajah adik kelasnya yang cantik.
Walaupun pertemuan mereka terbilang singkat saat di kantin tadi, tapi mampu membuat seorang Gabrian Rayn Arion seperti orang gila. Daisy bisa lihat kebahagiaan Brian yang belum lagi ia lihat beberapa tahun belakangan ini.
Belum dibuat bahagia saja, Brian sudah se-senang ini. Kapan gue bisa jadi alasan lo senyum dan bahagia, Brian? Batin Daisy.
"Ya gue juga sama kaya lo, awalnya emang bingung dan ngga ngerti kenapa Lia ngga terima itu. Ya gue tau sih dia emang tajir, tapi lumayan lah bisa jadi tenar. Siapa tau nanti justru jadi artis, kan? Tapi, akhirnya kita sebagai pengikut sosial medianya dia tau jawabannya. Waktu itu Lia lagi live, jarang-jarang banget dia live gitu karna dia menutup privasinya banget, jadi kadang pengikut Lia atau fanbasenya itu dapet info tentang Lia ya dari dua sepupunya. Atau kegiatan sehari-hari Lia,"
Brian mendengarkan dengan baik, persis seperti mendengarkan seorang ibu menceritakan dongeng agar anaknya diam dan tertidur. "Apa jawaban dia? Lo masih inget? Ceritain gue dong, gue juga pengen tau apa alasan dia nolak kesempatan besar itu,"
Daisy tampak berpikir, "Gue ngga inget semua yang dia bilang sih,"
Brian mendesah kecewa. Padahal ia sangat penasaran dengan jawaban Camellia. "Tapi, gue kayanya punya cuplikan video live yang di record sama account fanbasenya trus di publish di feeds instagram akun itu supaya haters bisa ngerti," sambung Daisy membuat Brian berbinar.
"Lo serius, Dai? Yaudah mana kasih tau gue!" ucap Brian dengan semangat.
Daisy pun tersenyum kecut lalu mengeluarkan ponselnya. Gadis itu mengotak-atik ponselnya. "Mana ya? Nah ini!" seru gadis itu kemudian memberikan ponselnya ke Brian. Dengan senang hati pria tersebut mengambilnya.
Tampak seorang gadis dengan rambut terurai sedang asik melihat komentar-komentar di livenya, ya itu adalah Camellia. Brian menarik sudut bibirnya melihat gadis itu walaupun dalam layar ponsel.
Video tersebut terus berlanjut. Di dalam ponsel Camellia berkata,
"Kak, kenapa kakak tolak endorse dan tawaran Brand Ambassador produk kecantikan yang lagi hits? Kalo kakak terima kan ini peluang besar dapet penghasilan dan kepopuleran. Klarifikasi dong biar ngga dihujat mulu sama netizen yang sok tau," Camellia membaca komentar tersebut.
Brian dan Daisy sama-sama menonton. "Aduuh, klarifikasi gimana ya? Aku sih ngga mau dibilang lebay, sombong atau buang-buang rezeki yang udah ada di depan mata. Tapi, aku punya jawaban sendiri, guys. Oke, karna ada yang minta untuk diperjelas, aku bakal perjelas disini supaya ngga ada yang nanya-nanya lagi dan hujat sana-sini."
Brian tersenyum mendengar suara lembut gadis itu. Apalagi saat ia menggunakan kata aku-kamu. Aah ini biasa saja, tapi bagi Brian luar biasa menggoyahkan hidup Brian yang semula hampa. Diam-diam Daisy melirik Brian yang tak pernah melunturkan senyumnya.
MY CAMELLIA
Untuk informasi lebih lanjut tentang 'My Camellia' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!
Instagram : @dtaarianii
WhatsApp : 081236865211
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romance"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...