Camellia - 29. Close friend?

9 2 0
                                    

"Lo marah ya? Gue ngga ada niat buat bohongin lo sama yang lain kok. Ini semua permintaan Lia." ucap Gabriel dengan hati-hati. Ia tak ingin salah paham terjadi diantara mereka berdua. Apalagi sifat Brian yang biasanya pecicilan kini sangat pendiam.

"Gue ngga bakal marah asal lo restuin gue sama Lia," ucap Brian santai membuat Gabriel melongo.

"Hah? Bilang aja dari awal kalo lo emang ngga marah. Lo kaya gini biar bisa buat gue restuin lo sama adek gue kan?" kesal Gabriel membuat Brian terkekeh.

"Secara lo kan kakaknya, ya lebih mudah buat gue dapetin dia. Gue ngga bisa marah lah sama sahabat gue sendiri. Oh ya, jadi lo selama ini pura-pura tertarik sama Lia supaya buat gue takut ya? Dan, lo berani taruhan mobil sport karna emang lo ngga bakal pacaran sama adek lo sendiri!" cerocos Brian cepat.

Gabriel tertawa singkat, "Bener banget. Gue pengen kasih tau karna kasihan lo takut saingan sama gue, tapi karna gue udah janji sama Lia ya gue ngga bisa ingkari,"

"Sialan lo, yaudah balik ke ruang tamu." ajak Brian kemudian mereka berdua kembali berkumpul di uang tamu.

"Lo bawa apaan, Gab?" tanya Gavin saat mereka sudah berada di uang tamu bersama.

"Cake. Bunda buat," Gabrian mengeluarkan semua kue dari tas yang ia bawa kemudian merapikannya diatas meja.

"Wah, buatan tante Theresia ngga pernah gagal nih," seru Gerald dengan semangat ingin mengambil bagian kue namun dengan cepat Gabrian mengambil kotaknya dan mengarahkan kotak itu ke tiga perempuan.

"Ladies number one. Nih ambil dulu," ucap Gabrian menawarkan kepada tiga gadis itu.

"Makasih kak," Sakura dan Edelweiss sudah mengambil, namun Camellia belum.

"Nyokap lo udah balik dari Sydney?" tanya Gevano dan diangguki Brian.

"Udah, ngga ada masalah serius sama perusahaan disana. Li, lo ngga mau? Tangan gue pegel nih," cicit Brian dan akhirnya Camellia mengambil satu bagian kue. Brian tersenyum karna tanpa ia duga Lia bisa makan kue buatan ibundanya.

Banyak hal terjadi diluar dugaannya. Seperti Camellia yang ternyata adik sahabatnya sendiri dan mereka tinggal serumah. Jika ia sering main kerumah Gabriel, maka ia akan lebih sering bertemu dengan Camellia.

Mereka semua menikmati kue tersebut diiringi dengan canda tawa. Sakura dan Edelweiss pun juga ikut dalam pembicaraan mereka, tak ada rasa canggung lagi. Sedangkan Camellia, gadis itu masih di ruang tamu hanya saja jarang menanggapi karna memang sifatnya yang cenderung pendiam.

"Kalian ngga mau nginep disini?" tanya Gavaro kepada Gavin, Gerald dan Gabrian.

"Kita masih bisa nginep disini?" tanya Gerald balik sedangkan matanya melihat kearah tiga perempuan itu.

"Ngga papa, kak. Mereka sering cerita kok waktu kita masih di Bali, kalian bertiga yang nemenin mereka disini," sahut Sakura yang mengerti maksud kakak kelasnya itu.

"Santai aja, ngga akan ada yang berubah walaupun kita sekarang di Jakarta. Ngga usah canggung," timpal Edelweiss tersenyum.

"Camellia?"
"Hah? Iya?" ucap Camellia terkejut saat dipanggil Brian.
"Lo gimana? Ngga masalah?"

Walaupun sempat bingung, tapi Camellia mengerti maksud ucapan Brian itu. "Oh iya, gue juga sama kaya Sakura dan Edelweiss. Ngga masalah kok, kalian bisa nginep kapan aja."

Brian tersenyum, sebenarnya ia tau adik kelasnya itu tidak mempermasalahkan. Hanya saja ia ingin mendengar suaranya lebih sering. Modus. "Yaudah malam ini kita nginep. Gue suruh sopir nanti buat ambil baju sekolah gue, dan kalian berdua."

Gavin dan Gerald tersenyum lebar. "Yeay! Thankyou, Brian!"

.....

🕥 10.30 PM.

Brian masih terjaga malam ini, ia memilih menuju belakang rumah Gabriel yang dihiasi kolam renang dan sebuah ayunan. Ini adalah tempat favorit Brian di rumah sahabatnya itu. "Gue lupa ngabarin bunda lagi," gumam pria itu.

Dengan cepat pria tersebut menghubungi ibundanya lewat via chatting takut menganggu ibunya yang mungkin sudah tidur. Setelah itu, Brian tetap berada dipinggir kolam menikmati semilir angin malam yang sebenarnya tak baik untuk tubuh.

Namun ia ingin merasakan udara segar sebentar sebelum tidur. Ini kebiasaan Brian walaupun sedang dirumahnya sendiri. "Kak? Belum tidur?" suara lembut itu membuatnya dengan cepat menoleh.

"Lia? Iya gue baru abis ngabarin bunda, trus sekalian nyari udara segar sebelum tidur kebiasaan gitu. Lo juga belum? Tidur gih, besok sekolah."

Camellia menuju ayunan di dekat kolam itu dan duduk disana. "Aneh ya, gue juga punya kebiasaan nyari udara segar sebelum tidur. Karna, gue jadi lebih gampang tidur kalo nyari udara segar sebelumnya,"

"Oh ya? Wah, gue kira cuma gue aja punya kebiasaan aneh."

"Hmm, Li. Gue ngga nyangka kalo Gabriel itu kakak lo. Soalnya Gabriel cerita keluarganya semua di Perth. Jadi gue ngga pernah berpikir dia punya saudara," sambung Brian.

"Kak El ngga niat bohongin lo dan temen-temen lo kok. Waktu gue suruh dia rahasiain status gue sebagai adiknya, awalnya dia juga nolak," sahut Camellia masih bermain ayunan.

"Gue ngerti kok. Oh ya sekarang lo ngga perlu sembunyiin identitas lo lagi?"

"Lambat laun murid-murid di sekolah bakal tau kok. Lo tau kan gossip lebih cepet daripada angin," gerutu Camellia membuat Brian terkekeh kecil.

"Karna lo adik Gabriel, dia ngga ada ngomong yang jelek-jelek soal gue kan?" ucap Brian dengan was-was.

Camellia mengulum senyumnya, "Ngga ada kok. Dia nga ada cerita apa-apa karna gue juga ngga nanya apapun ke dia,"

"Yah, kirain lo bakal kepo tentang gue. Secara gue kan murid populer di sekolah," balas Brian dengan bangga.

"Dih, kok jadi sombong gini? Gue kalo pengen tau sesuatu ya langsung ke orangnya lah, ngga baik nanya lewat orang lain." ucap Camellia santai.

Brian manggut-manggut membenarkan hal tersebut.

TRRINGG! TRRINGG!

Brian merogoh saku celananya, "Nyokap gue nelfon. Gue angkat dulu ya," ucap pria tersebut dan Camellia mengangguk.

"Iya, bund?"
"Maaf bun, Brian lupa. Bunda belum tidur? Aku kira udah makanya ngga aku telfon,"
"Sekarang bunda tidur lanjut besok aja,"
"Daisy? Ngapain dia kerumah?"
"Ngga ada."
"Oh yaudah, besok aku bilang makasih ke dia."
"Iya. Malam bunda,"

PIPPP!!

"Kak Daisy deket sama nyokap lo?"

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang