Camellia - 63. Sama-sama terluka

20 2 0
                                    

"Hubungan kita sampai disini aja ya..."

Brian berusaha mencerna itu, beberapa detik ia hanya diam. "Kamu apaan sih, Li? Kamu mau ngerjain aku ya? Mentang-mentang 5 hari lagi kamu berangkat?" pria itu menganggap lelucon perkataan yang baru saja ia dengar.

Air mata Camellia menetes, membuat perasaan Brian kian kacau. "Kalo memang bener kita harus putus, tapi kenapa? Apa alasannya? Apa karna aku sibuk dan ngga punya waktu? Aku minta maaf, karna aku sibuk sama kuliah dan perusahaan. Aku janji bakal luangin waktu untuk kamu."

Camellia menggeleng cepat. "Bukan, kak. Masalah sibuk, aku ngga peduli. Karna aku tau kamu punya kesibukan juga, kamu ngga pernah nyakitin aku bahkan berbuat salah. Kamu itu sumber kebahagiaanku, kamu orang pertama yang mengajarkan cinta karna kenyamanan. Selalu berusaha lindungin aku, dan selalu ada saat aku butuh. Dan, yang paling penting kamu udah bantu melepas astraphobia ku."

"Perbedaan agama?"

Camellia hanya diam. Ia menatap mata Brian yang juga terluka. "Ini keputusanku, aku cinta kamu dan sayang kamu. Itu kenapa aku pengen kita berhenti. Berhenti bersama bukan berarti berhenti mencintai, kan?"

"Aku ngga mau perasaan ini semakin hari semakin dalam dan pada akhirnya susah untuk melupakan. Pada akhirnya kita akan berpisah, karna Tuhan kita berbeda. Aku cinta Tuhan ku, tapi aku juga cinta kak Brian. Aku harus pilih siapa? Tapi, yang pasti aku ngga bisa pilih keduanya secara bersamaan. Setiap pilihan pasti ada pengorbanan."

Brian melepas genggaman tangannya pada Camellia. "Dan, kamu milih mengorbankan hubungan yang sudah kita bangun selama 2 tahun?"

"Maaf.."
"Maaf, kak." Camellia menghapus air matanya, gadis itu menatap Brian yang juga berkaca-kaca. Ia tau semua ini juga sulit untuk Brian. Gadis itu menjijitkan kakinya sedikit lalu mencium bibir Brian. Hanya kecupan namun lama.

Brian terkejut, karna ini pertama kalinya mereka melakukan itu. Camellia menyudahinya. "Maaf, terima kasih, dan selamat tinggal."

Camellia berbalik, namun Brian segera memeluk dari belakang. "Jangan pergi, Lia."

Camellia menahan tangisnya, ia rasa Brian juga menangis karna ia merasa baju di bahu kanannya tampak basah. "Kalung salib di lehermu tidak bisa bersatu dengan gelang tri datu di tanganku."

***

"Adik gue minta putus sama lo?"
"Lo pasti udah tau kan? Apa alasannya, Gab?"

Gabriel dan Gabrian sekarang sedang berada di sebuah taman. Gabrian meminta untuk bertemu, begitupun Gabriel. Karna ia melihat adiknya pulang dengan mata sembab. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Dan, sesuai dugaan Gabriel, adiknya memilih untuk melepaskan kekasihnya.

"Gue yakin Camellia udah jelasin alasannya."

"Kenapa lo ngga bilang sih, Gab?!" tanya Brian dengan emosi.

Gabriel tau sahabatnya itu terpukul, ia begitu mencintai adiknya. "Gue ngga berani bilang apa-apa karna gue juga ngga tau apa keputusan Lia. Maaf, gue ngga bisa bantu lo atau pun adik gue. Karna permasalahan ini bukan hal yang sepele, perbedaan agama."

Brian menangis, "Gue ngga bisa kalo harus putus, Gab. Setelah Dahlia, apa harus Camellia juga pergi?"

Gabriel menepuk bahu sahabatnya, "Gue sayang Camellia, Gab. Gue pengen egois."

"Gue tau lo sayang Lia dengan tulus. Tapi, takdir ngga bisa ditebak. Untuk sekarang lo harus bisa terima keputusan Lia. Gue yakin ini yang terbaik untuk kalian berdua."

"Gue yakin kalo memang Tuhan kalian merestui, sejauh apapun kalian pergi, kalian akan bertemu lagi. Saran gue, kalian berdua kejar cita-cita dulu." sambung Gabriel.

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang