Camellia sedang berjalan menuju ruang ekstra. Sebelum istirahat, yang mengikuti ekstra dancing diharapkan berkumpul di ruangan. "Camellia Garbera, kamu dari kelas X IPS 1 ya?" tanya pelatih dancing.
"Iya, bu."
"Nilai ekstramu bagus. Kamu memang ikut dancing dari dulu?"
"Iya, bu. Saya pernah ikut club dancing diluar sekolah juga."
Pelatih tersenyum bangga. "Wah, pantas aja gerakan kamu bagus. Kalo gitu kamu mau ngga memimpin yang lain dancing? Gerakan dan lagunya bebas, kamu yang nentuin sendiri."
Tanpa ragu gadis itu mengangguk, walaupun sekarang banyak kakak kelas yang menatap tajam kearahnya seakan iri. "Baik, bu. Terima kasih,"
"Yasudah minggu depan ekstra diatur Camellia. Kalian boleh balik ke kelas." ucap sang pelatih kemudian keluar dari ruang dancing. Camellia pun segera bergegas kembali ke kelas.
"Camellia Garbera. Lo baru sebulan sekolah disini dan dua kali ikut ekstra tapi udah gantiin posisi gue sebagai leader? Ngerasa pantes lo sampe nerima tawaran pelatih?" seru seseorang bersama antek-anteknya mencegah Camellia keluar.
Camellia bingung, ia melihat dasi yang terdiri dua garis. Itu berarti gadis-gadis yang dihadapannya ini adalah kakak kelas. "Lo siapa?" bukannya bertanya maksud ucapan kakak kelas itu, ia memilih bertanya siapa gadis itu.
"Lo ngga perlu tau gue siapa. Tapi, yang jelas lo harus bilang sama pelatih kalo lo ngga bisa jadi leader, sebelum lo dapet masalah dari gue. Karna, sebelum lo datang ke sekolah ini, gue yang jadi leader!" tegas gadis itu.
"Kania Karina. Kalo gue yang dipilih jadi leader itu berarti gue pantas. Dan, gue bakal tetap nerima tawaran pelatih. Enjoy your day, kak Kania!" seru Camellia setelah melihat name-tag gadis itu.
"Sialan emang itu adik kelas, sombong banget!"
"Lo kenapa masih cari masalah sama dia sih? Dia dikelilingi orang populer. Kakaknya si Gabriel, trus sekarang lagi deket sama Gabrian. Udah lah biarin aja dia jadi leader, toh emang gerakan dia bagus!" seru temannya membuat Kania bertambah kesal.
"Apa lo bilang? Lo bilang gerakannya bagus? Cih, masih bagusan gue! Lagian, itu posisi gue dari lama, ya gue ngga terima dia ikut ekstra baru dua kali tapi udah kepilih jadi leader!"
"Ck! Trus lo mau menentang pelatih? Yang ada lo dikeluarin dari ekstra dancing!"
....
"Hai, Lia!"
"Hai.."
"Li?"
"Hmm?"
"Ke Bandung yuk!"Camellia menatap Brian yang berjalan di sampingnya itu. "Hah? Bandung?" tanya gadis itu sekali lagi.
"Iya, Bandung."
"Ngapain?"
"Ketemu nyokap gue di Bandung."
Camellia mengernyitkan dahinya, "Bukannya nyokap lo tinggal di Jakarta?""Kemarin nyokap gue ke Bandung. Gue punya villa disana, awalnya bunda sih nyuruh gue libur hari ini karna besok sabtu. Tapi, gue ngga mau kalo libur, gue ngga bisa ketemu lo dong."
Camellia menjadi geli sendiri, "Apaan sih lo kak!"
"Makanya ayo ke Bandung. Lo pasti belum kesana kan? Gue bakal izin ke Gabriel untuk bawa adiknya yang cantik selamat sampai tujuan," sahut Brian dengan tegas.
"Gimana, ya?"
"Ayolah, lo ngga bakal nginep kok disana. Kita berangkat pagi, dan sorenya udah balik!""Minta izin dulu sama kak El. Kalo kak El ngizinin, gue mau. Tapi, kalo engga ya gue ngga bisa." Karna selama orang tua mereka berada di luar negeri, Camellia harus patuh dengan Gabriel. Kakaknya itu diberi tanggung jawab untuk menjaga Camellia.
"Jadi lo mau? Oke, gue bakal minta izin. Tapi, kalo emang dia ngga ngizinin, gue ngga bakal maksa kok!" seru Brian membuat Camellia tersenyum tipis.
"Yaudah gue minta izin sekarang!" sambung Brian lagi.
"Sekarang?"
.....
"Gab! Gabriel Jayn Narazka yang lebih ganteng daripada gue," seru Brian dengan manis duduk di depan Gabriel yang tengah membaca buku.
"Firasat gue ngga enak nih, lo mau minta sesuatu kan?" seakan hafal dengan kebiasaan sahabatnya itu.
"Ngga, gue ngga minta sesuatu. Tapi, gue minta izin."
"Ya sama aja lo minta, oon! Minta izin apaan?"
"Minta izin ajak Lia ke Bandung. Nyokap gue lagi disana, trus nyokap gue juga pengen ketemu Lia. Boleh ya?" mohon Brian.
"Nyokap lo lagi nginep di villa?"
"Iya, karna bunda udah lama ngga kesana. Gue pagi berangkat dan sorenya udah balik kok. Jadi, gue ngga nginep, trus pulangnya ngga kemaleman.""Oke, tapi lo harus terus ngabarin gue lo lagi dimana. Awas aja adik gue pulang lecet. Jangankan lecet, dia digigit nyamuk aja lo harus tanggung jawab!" sikap protektif Gabriel muncul saat bersangkutan dengan Gabrian.
Brian terkekeh dan mengangguk setuju. "Yess! Thankyou sahabatkuuu!"
....
TRRINGGG!!
• Gue udah minta izin ke Gabriel. Gue udah tau dia pasti ngizinin, secara yang nganter lo kan cogan.
Camellia terkekeh melihat pesan teks yang dikirim Gabrian. "Apaan sih, cogan-cogan!" gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Camellia!" panggil seseorang membuat gadis itu menoleh. Camellia pun memasukkan ponselnya ke saku rok.
"Kenapa, Hans?"
"Besok malam lo ada acara ngga? Besok kan malam minggu, gue mau ngajak lo keluar."Camellia mengernyitkan dahinya, "Keluar? Dalam rangka apa?"
"Ngga ada. Gue cuma mau ngajak lo keluar aja. Gimana?"
"Gimana ya? Gue besok ke Bandung."
"Bandung? Ada acara apa jauh-jauh ke Bandung?""Oh ngga ada acara, cuma tadi kak Brian mau ngajakin gue ke Bandung. Trus, kebetulan gue belum pernah kesana."
Terlihat raut wajah Hans tak seramah sebelumnya. "Brian? Kenapa lo mau diajak ke Bandung? Bandung kan lumayan jauh."
"Iya sih, tapi kak El juga ngizinin gue. Maaf ya gue ngga bisa. Bye Hans!" Camellia kemudian pergi meninggalkan Hans.
Lagi-lagi keduluan start. Mana Brian dengan gampang minta izin ke Gabriel. Batin Hans kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romance"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...