Hancurlah mood Alamanda kali ini. Yang pertama ia harus sadar bahwa kedatangan adik kelas baru yang ia akui memang sangat cantik itu telah menyingkirkannya. Alamanda sadar jika ia memang gila 'attention' dan gelar most wanted perempuan di SMA International High School yang terkenal elite di ibu kota.
Dan yang kedua, ia sangat insecure dan takut jika Gabriel Jayn Narazka, pria yang sudah ia sukai sejak SMP itu nantinya kecantol dengan adik kelas yang cantik. Apalagi setelah melihat instagram Camellia, yang followersnya berkali-kali lipat dengannya. Ditambah lagi, Gabriel mengikuti akun tersebut.
Bahkan mengomentari setiap postingan Camellia dengan kata-kata manis, seperti sayang, i love you, atau cantik. Dan, parahnya Camellia yang katanya memiliki account fanbase bernama "Camellialovers" menjawab semua komentar Gabriel dengan jawaban yang manis pula.
Hal itu semakin membuat Alamanda kesal, dan anehnya lagi komentar Gevano dan Gavaro juga dibalas oleh Camellia. Padahal, gadis itu sangat jarang membalas komentar. Itu berarti Gabriel, Gevano dan Gavaro mengenal Camellia dan dua sepupunya itu? Semua itu ia ketahui dari Daisy. Karna tidak mau mati penasaran, Alamanda memutuskan men-stalking menggunakan handphonenya sendiri.
Dan yang terakhir, ia tau jika Gabriel dan Gabrian tidak makan bekal yang mereka berikan. Justru diberikan oleh Gavin dan Gerald. Oke, sudah cukup hari ini adalah bad day untuk Alamanda. "Gue bener-bener kecewa, Dai. Makanan yang gue harap bisa dimakan sama Gabriel, tapi justru dimakan dua sahabatnya."
Daisy menghela nafas panjang, ia juga sama dengan Alamanda. Kecewa. Tapi, ini lebih baik jika dibuang, kan? "Masih mending bekelnya dimakan, Al. Daripada dibuang? Itu justru lebih menyakitkan, kan? Udah ngga usah sedih mending kita habisin makannya trus kembali ke kelas, ya?"
"Tapi, ngga bisa dibiarin! Mereka harus tau menghargai makanan pemberian orang!" sentak Alamanda ingin menghampiri meja Gabrian dan teman-temannya namun pergelangan tangannya segera dicekal oleh Daisy.
"Al, stop! Lo mau bikin Gabriel ilfeel sama lo? Udah lah ngga usah diperpanjang. Mungkin emang mereka lagi pengen makan yang lain. Ngga usah cari keributan di kantin," mendengar ucapan Daisy membuat Alamanda kembali menghempaskan bokongnya dengan kasar dan mulai makan bekalnya itu dengan tak selera.
Daisy pun tersenyum karna Alamanda mau menuruti permintaannya, gadis itu melihat kearah meja Gabrian. Daisy sama, ia kecewa. Tapi, ia bisa menutupi hal itu dengan senyumnya. Gue kecewa karna lo ngga makan masakan gue, padahal gue berusaha memberikan yang terbaik supaya lo tau, gue disini selalu menunggu. Batin Daisy tersenyum miris.
🔮🔮🔮
"Nah itu dia adik kelasnya, gila cantik banget woy!" Gavin menghentikan makan semua teman-temannya, mereka semua pun mengikuti arah pandang Gavin.
"Iya iya bener, anjir dari deket gini cakep banget!" Gerald sampai menganga membuat mienya menggantung dimulutnya. Gabriel pun menggeplak pipi pria tersebut.
"Jijik banget gue liatnya, telen dulu!"
Gabrian pun ikut melihat ke objek yang diliat oleh sahabat-sahabatnya. "Vin, Ger! Itu tiga bidadari yang lo bilang tadi? Anjir, mata gue udah lama ngga nangkep yang bening gini! Gimana bisa nyasar ke sekolah woy? Itu yang ditengah paling cantik. Gila bisa pingsan gue,"
Gabriel mengerutkan dahinya melihat sahabatnya itu menganga dan mengeluarkan kata pujian yang lebay jika seorang Gabrian Rayn Arion yang mengucapkan. "Brian, lo kenapa gini dah? Biasanya juga ketemu yang bening biasa aja. Malah yang repot Gavin sama Gerald,"
"Yang ini beda, Gab! Eh kayanya mereka lagi bingung cari tempat duduk. Vin, Ger! Lo pergi deh kasih mereka duduk disini!" usir Gabrian tanpa melepaskan tatapannya kepada tiga adik kelas yang tengah bingung mencari tempat duduk kosong.
"Enak aja lo, gue juga mau kali deket sama mereka!"
"Tau tuh, gue juga mau tau namanya, mau kenalan! Malah diusir!"
Gabrian berdecak kesal, Gabriel kemudian beranjak dari tempat duduknya, "Udah biar gue aja yang pergi sama Gevano dan Gavaro. Kalian disini puasin sama adek kelas itu, tapi inget godainnya inget batasan! Gue percaya sama kalian,"
Gabrian pun menoleh kearah sahabatnya, "Seriusan lo? Ah lo emang sahabat terbaik gue. Tenang aja, gue bakal urus buaya Gavin dan Gerald ini. Gue paling nanya nama doang,"
Gabriel pun mengangguk dan memberi kode kepada Gevano dan Gavaro untuk pergi dari area kantin. "DEK! KALIAN BISA DUDUK DISINI!" teriakan Gavin yang menggelegar itu mampu membuat kantin hening dan menoleh kearah Gavin.
Gabrian dan Gerald benar-benar malu dan menutup wajah mereka menggunakan tangan. "Sialan lo! Kalo mau pdkt ngga usah isi acara malu-maluin." dumel Gerald.
Ketiga bidadari itu juga sontak diam, mereka menatap aneh kearah Gavin. Mereka juga tidak tau siapa yang dimaksud pria tersebut. Mengerti kebingungannya, Gabrian pun berdiri. "Iya kalian bertiga, murid baru! Sini!"
Mereka yang ada di kantin berteriak histeris karna geng SIX G, tidak pernah mengizinkan seorang perempuan duduk di meja mereka. Tapi, sekarang? Adik kelas itu? Ah sudahlah, sepertinya sebentar lagi adik kelas itu akan dekat dengan geng populer.
Sakura dan Edelweiss menunjuk dirinya sendiri, Gabrian pun mengangguk. "Gimana nih? Kita samperin? Itu kayanya kakak kelas deh, kalo samperin ngga enak karna belum kenal. Tapi, kalo ngga disamperin gue udah pegel berdiri," gumam Edelweiss.
"Lo gimana, Li? Gue ikut lo aja, tapi kenapa semua orang pada natap kita kaya gini ya?" tanya Sakura. Camellia juga bingung, ia rasa pria-pria yang ada di meja itu sangat populer disini. Terbukti kaum hawa menjadi menatap mereka bertiga dengan sinis. Tapi, namanya bukan Camellia jika tidak tenang, santai dan cuek.
"Ada untungnya kita duduk disana, cogan semua anjir!" umpat Edelweiss membuat Camellia mendengus.
"Yaudah, ngga ada pilihan." Camellia terpaksa berjalan mendekati meja tersebut. Gabrian diam-diam tersenyum kecil karna akhirnya bidadari itu mau menghampiri mejanya.
MY CAMELLIA
Untuk informasi lebih lanjut tentang 'My Camellia' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!
Instagram : @dtaarianii
WhatsApp : 081236865211
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Roman d'amour"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...