"Tunggu di ruang tamu, gue mau ganti baju terus bawain beberapa baju untuk lo."
Camellia pun menurut, ia melihat-lihat sekitar. Terdapat satu foto besar. Theresia, Gabrian dan papanya? "Bener-bener mirip sama yang di mimpi gue. Apa memang dia orangnya dan kebetulan papa kak Brian?" gumam gadis itu.
"Li, pake baju gue. Kebesaran sih kalo di pake lo, tapi ngga papa jadi hangat. Oh ya nih minyak juga biar badan lo hangat,"
Camellia menerimanya. "Makasih, tapi gue ganti dimana?"
"Tuh di kamar gue! Gue telfon Gabriel dulu bilang kalo lo pulang telat." ucap Gabrian dan disetujui Camellia. Tak lama gadis itu keluar dengan setelan yang diberikan Brian.
"Gue bakal balikin besok ya bajunya," ucap Camellia.
"Iya santai aja. Gue udah telfon Gabriel tadi jadi lo tenang aja. Mau makan dulu ngga?"
Camellia mengangguk dan tersenyum. "Boleh. Gue juga laper," mereka berdua pun segera keluar dari Apartment.
"Loh, Brian?" seru seseorang membuat mereka berdua menoleh.
"Naya?"
"Kalian berdua dari Apart—"
"Jangan salah paham, Nay. Gue mampir bentar sama Camellia,"
Gadis berambut pendek itu terkekeh, "Oke-oke santai. Gue ngga berpikir nethink."
"Gue pergi dulu, Nay."
"Hmm, hati-hati!" sahut Naya. Brian dan Camellia pun melanjutkan perjalanan mereka.
"Dia satu sekolah sama kita kak?"
"Naya maksud lo? Ngga, dia bukan dari sekolah kita. Dia tetangga gue dulu, trus sekarang hidup sendiri di Apartment itu, kebetulan gue juga punya Apartment disini."
"Hidup sendiri?"
"Bokap nyokapnya meninggal karna kecelakaan mobil. Jadi, dia harus lanjutin hidupnya sendirian."
Camellia benar-benar terkejut, "Dia bisa lalui itu semua?"
"Ya sama seperti orang normal lainnya, sulit jalani hidup seperti semula setelah ditinggalkan orang yang kita sayang. Tapi, yang namanya hidup selalu bersifat egois, siapapun yang ngga mau maju, hidup ngga akan pernah mau menunggu. Jadi, dia berusaha untuk bangkit, kebetulan dia anak tunggal dan warisan jatuh ke tangan dia, jadi dia pake uang itu untuk sekolah, dan hidup mandiri."
^^^
"Dek, kamu abis kemana sama Gabrian? Kok pulangnya terlambat? Trus kamu udah makan?" tanya Gabriel setelah melihat kedatangan Camellia.
"Wah, itu bukannya baju Brian, Li? Lo abis ngapain sampe ganti baju?" terka Gevano penuh selidik.
"Jadi, lo mampir ke Apartment Brian?" tanya Edelweiss.
"Li, rambut lo kok basah?" seru Sakura kali ini.
"Li, lo masih anak kelas 10, jangan macem-macem deh!" peringat Gavaro.
Camellia berdecak sebal, "Ck! Bisa satu-satu ngga sih nanyaknya? Gue ngga seperti yang ada dipikiran kalian semua. Gue habis hujan-hujanan sama Brian, trus dia ngga mau gue kelamaan pake baju basah, jadi mampir ke Apartmentnya dia yang deket sekolah."
"HAH? HUJAN-HUJANAN?" pekik mereka semua.
"Lo kan takut hujan, kok main hujan?"
"Iya, kamu di kamar pas lagi hujan aja masih takut gimana main hujan," seru Gabriel.
"Terserah kalo kalian ngga percaya," gadis itu dengan senyum riangnya masuk ke dalam kamar. Sedangkan mereka berlima menjadi kebingungan.
"Kalian liat ngga sih si Camellia senyum?" ucap Edelweiss.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romance"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...