"Gabriel, gue udah minta maaf ke adik lo dan dua sepupunya. Mereka juga udah maafin gue, lo mau kan maafin gue juga?" Alamanda menghampiri Gabriel yang tengah membaca buku di bangkunya.
"Lo ngga ada salah sama gue, jadi ngga ada yang perlu di maafin."
Alamanda mengulum senyumnya, "Oh ya, Gab. Lo mau ngga anterin gu—"
"Sorry, gue ngga bisa. Gue udah ada janji sama temen-temen. Lain kali," potong Gabriel cepat, namun matanya masih fokus dengan buku yang ia baca. Sebenarnya ia tak benar-benar membaca saat Alamanda datang. Hanya saja ia malas harus tatap-tatapan dengan gadis itu.
"Gab, lo selalu bilang lain kali setiap gue suruh anterin. Tapi, ngga pernah jadi-jadi!" kesal Alamanda, ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama Gabriel, itu saja.
"Lo bisa minta tolong ke Daisy kan? Lagian gue bukan supir lo yang bisa lo suruh anterin kesana-kesini." ucap Gabriel dengan santai tapi sukses membuat Alamanda sangat kesal sehingga tak bisa berkata-kata.
.....
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, SIX G dan tiga perempuan tersebut tengah berkumpul di basement. Mereka memang berniat jalan bersama, awalnya Camellia menolak. Karna, ia tak ingin menganggu kakak-kakaknya yang akan nongkrong bersama teman-temannya.
Hanya saja Gabrian mengatakan justru lebih menyenangkan jika tiga gadis itu ikut bersama. Sebenarnya itu hanya modus Brian yang ingin lebih lama bersama Camellia.
"Kita mau nongkrong kemana?" tanya Sakura di dalam mobil. Gabriel membawa mobilnya bersama tiga gadis itu. Sedangkan yang lain menggunakan mobilnya sendiri.
"Ke starbucks,"
"Iya, gue juga tau kan lo bilang bakal ke starbuck kak El," desis Sakura.
"Ya trus kalo lo udah tau kenapa nanya lagi, bunga jepangku?""Kalo mau nongkrong di starbuck kan kita bisa ke Mall deket sekolah, kenapa sekarang jauh banget perginya?" kini giliran Edelweiss yang bertanya. Camellia hanya santai mendengar obrolan sepupunya itu.
"Kita kan ke starbuck bandara,"
"HAH?" pekik Camellia, Sakura dan Edelweiss terkejut. Baru saja terlihat santai, kini Camellia terkejut.
"Starbuck bandara? Ngapain? Apa bedanya sama starbuck di Mall?" tanya Camellia berturut-turut.
"Suasananya. Kalo di bandara kita bisa liat orang-orang dateng. Trus bisa liat bule-bule cantik. Sekalian cuci mata," kekeh Gabriel membuat tiga gadis itu keheranan.
"Astaga, jangan bilang lo sering ngelakuin ini sama temen-temen lo?" curiga Edelweiss.
"Ngga sering sih, biasanya seminggu sekali. Refreshing liat bule-bule," sahut Gabriel.
"Oke, kayanya sebentar lagi setiap minggu akan jadi kebiasaan kita bertiga."
"Buang-buang bensin banget!"
Setelah menempuh waktu yang cukup lama, mereka semua sampai di bandara Soekarno-Hatta. "Ayo langsung ke starbucknya!" seru Gabrian semangat. Mereka semua pun beriringan masuk menuju minuman yang akan mereka beli.
Di perjalanan mereka banyak bertemu orang asing, baik keberangkatan atau kepulangan ke tanah air. "Liat-liat tuh ada yang pelukan sambil nangis, pasti mereka bakal LDR!" ucap Gavin.
"Kasian ya, pasti susah jalanin hubungan jarak jauh," timpal Gerald. Edelweiss jadi ingat saat keberangkatannya menuju Jakarta, sangat berat harus menjalani hubungan jarak jauh dengan Rein karna mereka belum pernah merasakan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romance"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...