Camellia - 64. Berusaha ikhlas

22 2 0
                                    

"Dai! Dai! Brian sama Lia kayanya putus deh. Foto-foto Brian di akun Camellia udah ngga ada. Yang ada cuma satu foto mereka berdua doang, tapi di akun Brian masih ada. Fanbase mereka berdua pada ribut nih,"

"Dai? Lo kok biasa aja? Jangan bilang?"

Daisy kemudian mengalihkan pandangannya dari laptop ke Alamanda. "Gue tau. Gue memang bilang ke Camellia untuk putusin Brian, tapi gue ngga tau kalo Lia bakal setuju dan secepet ini putusin Brian."

Alamanda bahkan tak bisa berkata-kata. "Ha-h? Semudah itu? Kok bisa? Ya maksud gue, selama ini lo suka cemburu sendiri ngeliat kedekatan Lia sama Brian, dan sekarang lo cuma minta ke Lia untuk putusin Brian, and berhasil?"

Daisy menutup laptopnya. "Ya, sebelumnya gue sempet ngeliat informasi di sosial media kalo orang tua Lia pengen anaknya bisa dapet pasangan seiman. Gue lupa deh darimana dapet info itu, yaudah gue bilang aja secara ngasal ke Lia kalo orang tua dia ngga setuju, dan ternyata rumor itu bener."

"L-lo ngga merasa bersalah atau gimana gitu?" tanya Alamanda pelan.

"Why? Bukannya lo yang selama ini nyuruh gue untuk berjuang dan lupain sifat gue yang berperasaan dulu?"

"Iya sih, cuma gue ngga nyangka aja lo bakal ngelakuin ini."

"Ya itu bukan salah gue lah, kan Lia sendiri yang mutusin Brian. Gue cuma minta doang, ngga ada hubungannya. Ya mungkin memang hubungan mereka emang udah ngga bisa dipertahankan lagi." sahut Daisy.

Alamanda memang percaya bahwa sahabatnya telah berubah. Gadis itu pun tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa mendukung yang terbaik. "Lo yakin emangnya bisa deket sama Brian? I mean, deket bukan sebagai teman doang."

Daisy menghembuskan nafas pelan, "Entahlah. Belum coba belum tau."

***

"Lia.."

"Untuk apa lo ngajak gue ketemu lagi? Gue udah putusin Brian kan?" Camellia, gadis itu kembali diajak bertemu oleh Daisy. Padahal, gadis itu hanya ingin diam dirumah menunggu hari keberangkatannya.

"Gue tau lo putusin Brian bukan karna gue."

Camellia terdiam, memang benar bukan Daisy satu-satunya alasan ia memutuskan Brian. Tapi, entah kenapa ia ingin menyalahkan orang untuk itu. Rasa penyesalan dan kesedihan yang besar membuatnya tak bisa berpikir dengan baik.

"Lo cuma pengen nyalahin gue yang kebetulan minta lo untuk putus sama Brian. Gue ngga serius saat itu, karna gue tau lo sama Brian match. Tapi, lo pasti punya alasan lain kenapa akhirnya mutusin buat melepaskan. Alasan itu pasti bukan alasan kecil dan udah lo pikirin jauh sebelum gue minta lo untuk putus sama Brian. Gila kali kalo cuma permintaan gue aja dan lo dengan rela putusin orang yang lo sayang."

Camellia hanya bisa diam, ia tak tau harus berbicara apa. Semua yang dikatakan gadis itu adalah faktanya. Daisy mengenggam tangan Camellia. "Saat ini memang berat, mungkin selama beberapa waktu akan berat. Tapi, ingat satu hal, apapun yang dikehendakan Tuhan akan selalu terjadi termasuk takdir."

"Gue ngga yakin Brian bisa sama gue bahkan setelah putus sama lo. Tapi, gue akan coba untuk itu." sambung Daisy.

Camellia kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Walaupun hubungan gue sama Brian udah berakhir, gue yakin sekalipun lo sama Brian bersama, perasaan dia untuk gue ngga akan berubah." gadis itu kemudian pergi meninggalkan Daisy.

"Gue harap masih punya kesempatan bahkan sekecil apapun akan gue hargai."

***

H-3 sebelum keberangkatan Camellia menuju Paris..

"Semua udah kamu siapin, Li? Bawa berapa koper?"

"Dua aja, kak. Bajunya ngga semua aku bawa, nanti aku beli beberapa disana." Camellia menutup kopernya. Semua sudah siap karna tertinggal tiga hari lagi.

"Kamu yakin baik-baik aja nanti disana?" Gabriel sedikit khawatir karna adiknya belum pernah tinggal di luar negeri seorang diri.

Camellia tersenyum, "Yakin, kak. Jauh sebelum aku apply universitas, aku pasti udah pikirin resiko dan konsekuensinya. Jadi, kakak ngga perlu khawatir."

"Kakak tau kamu disana akan baik-baik aja, tapi gimana soal hati? Kamu sayang banget sama Brian kan? Brian juga sebenarnya ngga rela putus sama kamu. Dia selama ini dukung kamu walaupun dia tau kalian akan LDR. Kalian selalu saling dukung dalam hal apapun."

"Siapa yang rela sih, kak? Aku juga ngga rela, aku ngga tau rasa penyesalan ini sampai kapan akan aku bawa. Tapi, kalo kepercayaan jadi perbedaan aku bisa apa?"

Gabriel merasa bersalah karna mengatakan hal tersebut. "Maaf, Li. Kakak minta maaf karna ngga tau apa yang kamu rasain. Kakak yakin kalian berdua pasti akan bahagia nantinya, entah karna bersama atau dengan jalan masing-masing."

***

H-1 sebelum keberangkatan Camellia menuju Paris..

"Bro, hubungan lo sama Camellia beneran kandas?"

"Jadi, rumornya bener?"

Gavin dan Gerald bertanya kepada Brian yang hanya diam. "Lo tau darimana?" tanya pria itu.

"Akun fanbase lo. Camellia udah hapus semua foto lo yang sendiri, tapi foto lo yang berdua sama Camellia ada satu doang."

"Lo tau kan opini publik lebih menarik."

Brian sudah tau berita itu pasti akan menyebar tanpa diberitahu. Brian tidak aktif sosial media dalam beberapa hari ini, ia ingin menenangkan pikiran tanpa ponsel.

Pria itu hanya menggunakan laptopnya untuk mengerjakan tugas. "Camellia putusin gue beberapa hari lalu."

"Serius?"
"Gila, tapi kenapa? Perasaan beberapa hari lalu lo sama dia baik-baik aja."

Brian sekarang tau mengapa belakangan ini Camellia sering mengunjungi Apartmentnya, ia kira satu-satunya alasan karna gadis itu akan pergi dalam beberapa waktu, ternyata karna ia sudah memikirkan hal ini sebelumnya.

"Lo tau kan kita ngga seumat. Gue tau Lia udah pikirin ini jauh-jauh hari. Ngga ada alasan lain selain itu, dan ternyata gue baru tau kalo bokap nyokapnya juga ngga setuju, gue ngga pernah tau karna Lia ngga pernah cerita dan bokap nyokapnya selalu friendly ke gue."

"Maksud lo tante Amel sama om Arazka? Mereka ngga setuju? Tapi, mereka kaya suka sama lo."

"Bro.. gue yakin tante Amel sama om Arazka sebenarnya suka sama Brian, mereka juga pengen restuin hubungan Lia sama Brian, cuma karna keyakinan yang berbeda, jadi bokap nyokapnya nyuruh Lia untuk cari yang seiman." opini Gavin.

"Gue juga berpikir gitu." sahut Brian.

"Trus lo gimana? Lo ikhlas?"

"Siapa yang ikhlas sih, Ger? Apalagi hubungan kita berjalan dua tahun tanpa masalah. Gue kira Camellia bakal jadi cinta terakhir gue, tapi kalo memang ini jalannya, gue ngga bisa apa-apa. Tapi, yang pasti susah buat gue untuk buka perasaan lagi. Sekali pun gue punya pasangan, perasaan gue ngga akan sebesar perasaan gue ke Lia."

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang