Camellia, Edelweiss dan Sakura berdiri dihadapan seorang gadis. Mereka menatap bingung kearah gadis dihadapannya ini. "Hai. Kenalin, gue Daisy Adisty dari kelas 11 IPS 1. Gue follow instagram kalian dari dulu loh, kalian aslinya ternyata cantik banget. Selamat bergabung di SMA International High School. Semoga betah, ya."
Mereka bertiga pun tersenyum, Camellia yang jarang menunjukkan senyumnya ke semua orang kini memunculkan itu di depan Daisy. "Salam kenal juga, kak. Kita perlu sebut nama lagi, nih?" tanya Edelweiss basa-basi.
Daisy menggeleng sembari tertawa kecil. "Ngga usah lah, gue kan udah ikutin kalian dari lama. Pas kalian baru-baru di Bali dan jadi selebgram. Kita bisa jadi teman kan? Oh, gue ngga temenan sama kalian untuk cari popularitas kok. Ini tulus, gue juga ngga nyuruh kalian untuk followback gue."
Daisy tampak takut jika mereka bertiga salah paham dengan niat Daisy untuk berteman. Daisy memang selebgram tapi hanya memiliki followers 50 ribuan. Mereka bertiga tampak terkekeh. Camellia kemudian mendekat dan memegang bahu kakak kelasnya itu.
"Santai aja, kak. Kita ngga bilang lo panjat sosial kok. Nanti gue cari account lo ya, kalo ngga lupa kita pasti bakal followback. Dan sekarang kita teman, makasih karna udah nyambut dengan baik disini." ucap Camellia lembut membuat Daisy juga ikut tersenyum.
Gabrian pantas tertarik sama Camellia, dia memang cewe yang baik, cantik dan nyaris sempurna. Sebenarnya Camellia sempurna, tapi sempurna cuma milik Tuhan. Batin Daisy.
"Selain cantik lo juga baik, Lia. Haters lo emang salah besar menilai orang sebelum mengenal," ucap Daisy dengan senyum manisnya. Karna selama jadi pengikut Camellia, gadis itu sering melihat komentar pedas yang dilontarkan untuk Camellia.
Camellia tersenyum tipis, kakak kelasnya ini sangat cantik. Mereka memiliki perbedaan, jika Daisy lebih sering menampilkan senyumannya, beda dengan Camellia. Sangat jarang.
"Namanya juga netizen, kak. Apalagi netizen +62!" sahut Sakura membuat mereka terkekeh.
"Dai! Lo ngapain sih sok baik dan sok ramah ke mereka? Heh, kalian! Gue ingetin ya, walaupun kalian bisa deket sama anggota SIX G, bukan berarti kalian bisa pacaran sama mereka. Gue ingetin kalian ngga boleh deketin Gabrian atau Gabriel! Gue bakal bikin perhitungan kalo sampe salah satu dari kalian deketin dua orang itu!"
Camellia menaikan sebelah alisnya menatap gadis yang sekarang bersedikap dada dan berdiri di samping Daisy. Sakura dan Edelweiss juga menatap bingung karna gadis itu tiba-tiba datang lalu berbicara tidak jelas.
"Al, apaan sih? Ngga usah cari masalah deh, gue cuma kenalan doang kok. Ngga usah isi acara ngancem-ngancem gitu. Lia, Sakura, Edelweiss, gue minta maaf ya sama kelakuan sahabat gue. Dia Alamanda Isabelle," ucap Daisy tidak enak.
"Ngapain lo yang minta maaf, kak? Lo ngga salah kok," ucap Edelweiss membuat Daisy lega, namun tetap saja ia tidak enak karna kelakuam Alamanda.
"Buat apa coba lo minta maaf? Kita ngga salah disini. Gara-gara kalian most wanted perempuan dan attention terarah ke kalian bertiga! Mending kalian ngga usah sekolah disini!" bentak Alamanda membuat tiga bidadari ini bingung sendiri.
"Siapa lo ngatur-ngatur kita untuk ngga sekolah disini? Anak kepala sekolah? Keponakan kepala sekolah atau anak pemilik sekolah?" gertak Sakura membuat Alamanda diam.
"Mentang-mentang kakak kelas lo bisa seenaknya nunjukin sikap senioritas gitu? Dengan lo kaya gini, lo berpikir kita bakal takut trus minta maaf sama lo? Atau lo bakal berpikir dengan gertakan lo ini, kita bakal jauhin kakak kelas SIX G itu? Sorry aja kita bukan kaum tertindas," sengit Edelweiss menatap nyalang kakak kelasnya tanpa takut.
Alamanda mengepalkan tangannya, wajahnya merah padam karna kelakuan adik kelasnya itu. Koridor sudah ramai dipenuhi orang-orang yang ingin menonton drama ini. Lebih tepatnya menatap kagum kearah bidadari itu yang berani melawan Alamanda, si cassanova perempuan.
Alamanda semakin malu karna dipermalukan ditempat umum. Daisy sudah bingung ingin menyudahkan ini. Dengan terpaksa ia menarik tangan Alamanda untuk masuk ke kelas, namun dengan cepat Alamanda menghentakkan tangannya.
"Al, udah ayo. Jangan cari keributan," bisik Daisy namun sama sekali tidak dipedulikan.
Sedangkan disisi lain Gabriel dan Gabrian masih senantiasa berada di balik tembok. Bahkan kini anggota mereka bertambah. Ya ada Gavin dan Gerald yang juga ikut mengintip. Entah Gevano dan Gavaro sekarang berada dimana.
"Ngga bisa gue biarin si Alamanda, cewe lo barbar juga, Gab! Masa dia nyuruh tiga bidadari itu untuk jauhin kita. Gila kali si Alamanda," Gabrian sudah ingin menghampiri dan berusaha menyelesaikan drama itu. Tapi, lagi-lagi lengannya dicekal.
"Ngaco lo, dia bukan cewe gue. Lagian dia bukan tipe gue, nyuruh adik kelas untuk jauhin gue. Gue tau dia suka sama gue sejak SMP, tapi bukan berarti dia berhak nyuruh cewe-cewe yang lain untuk jauhin gue atau pun anggota SIX G yang lain. Dan lo ngga usah sok pahlawan di siang bolong mau nolong adek kelas itu. Kita liat aja," balas Gabriel enteng.
Gabrian pun hanya bergumam kesal dan mengikuti sahabatnya untuk menonton lebih lama lagi. Gavin dan Gerald juga sama. "Calon pacar gue hebat banget ngelawannya, jadi sayang!" asal Gavin yang memang tertarik dengan Edelweiss.
Gerald, Gabriel dan Gabrian yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas. Sedangkan Alamanda, Daisy, Sakura, Edelweiss dan Camellia masih di dalam lingkungan yang panas.
Alamanda tidak terima jika harus dipermalukan oleh adik kelas yang baru pindah hari ini. Dengan spontan gadis itu mengangkat tangannya ingin menampar Edelweiss, semua yang ada disana menjerit karna takut jika tangan itu berhasil menampar Edelweiss.
🧶🧶🧶
a bonus chapter to see the shadows of the characters in the story!
Daisy Adisty
Alamanda Isabelle
NP : Di sekolah ini diperbolehkan siswa/siswi untuk mewarnai rambut.
MY CAMELLIA
Untuk informasi lebih lanjut tentang 'My Camellia' kalian bisa hubungi penulis melalui via sosial media. Mari kita sharing seputar penulis dan novel!
Instagram : @dtaarianii
WhatsApp : 081236865211
KAMU SEDANG MEMBACA
My Camellia
Romans"Kamu Astungkara, aku Amin. Kamu Pura, aku Gereja. Kamu Weda, aku Injil. Bisakah aku menyempurnakan semuanya tanpa ada lagi perbedaan diantara kita walaupun aku tau itu tak mungkin?" "Apa aku bisa menjadikan dirimu milikku, meski aku tau dunia tak...