Camellia - 27. Bertepuk sebelah tangan

13 3 0
                                    

"Hi, Lia! Lagi belajar di perpus juga?" Hans baru saja datang ke perpustakaan untuk meminjam buku, lalu ia tak sengaja bertemu dengan Camellia yang tengah berkutat dengan buku-bukunya.

"Hai, iya." balas Camellia singkat. Hans bisa lihat wajah serius Camellia yang sedang mengerjakan tugas.

"Lo pasti ngga perlu bantuan untuk jawab-jawab soal ya? Lo kan pinter banget,"
"Lo juga sama," balas Camellia.

Kemudian, Hans memilih untuk mengeluarkan bukunya dan ikut belajar bersama. 30 menit berlalu, Camellia merapikan buku-bukunya. "Hans, gue udah selesai. Gue duluan ya?"

"Eh, Li. Gue boleh nanya satu hal ngga?" ucap Hans mencegah gadis itu bangun dari tempat duduknya.
"Apa?"

"Waktu hari senin, lo buru-buru ke kantin karna mau kasih makanan dan minuman ke Brian? Lo kenal dia?" tanya Hans hati-hati. Sedangkan, Camellia mengangguk santai.

"Iya, kenal. Gue cuma bales kebaikannya karna udah bantu gue saat itu."

"Bantu? Bantu apa?"

"Lo tadi bilang cuma mau nanya satu hal. Kalo gitu gue balik dulu," balas Camellia tanpa menjawab pertanyaan Hans. Sedangkan dalam pikirannya, banyak pertanyaan yang menghantui pria itu.

"Apa Brian juga tertarik sama Camellia?"

🌅🌅🌅

"Dai, lo masih ngga ngelakuin apa-apa?"
"Maksud lo?"
"Lo ngga denger gosip dari anak-anak lain kalo kemarin Camellia nganter Brian pulang?" ucap Alamanda membuat Daisy terkejut dan menoleh kearah sahabatnya untuk meminta penjelasan.

"Nganter pulang? Kok bisa?"

"Katanya sih mobil Brian kemarin kempes, trus si adik kelas songong itu pura-pura baik hati nawarin Brian pulang," sahut Alamanda dengan nada tak sukanya.

"Pura-pura baik hati?"

"Lo masih ngga ngerti juga? Astaga, ya siapa tau dia cuma modus doang supaya bisa deketin Brian, Daisy Adisty! Lo di kelas itu paling pinter, tapi kenapa masalah ini lo lola banget?"

Daisy hanya bisa termenung, sebenarnya bukan Lia yang modus. Tapi, emang Brian yang pengen selalu ada di deket Lia. Batin Daisy.

"Dai, kok melamun? Gimana? Lo mau berbuat apa? Gue bakal bantu lo," seru Alamanda dengan semangat. Apapun akan ia lakukan demi sahabatnya.

"Berbuat apa? Gue ngga pengen ngelakuin apa-apa," balas Daisy seadanya.

"Ish, semacam gertakan untuk adik kelas itu. Labrak dia, atau mungkin kunciin dia dikamar mandi? Oh atau bikin mobilnya kempes? Eh kalo mobilnya kempes terus Brian nawarin anter pulang, ngga bagus juga." cerocos Alamanda.

"Lo gila ya? Lo manusia atau bukan?" kesal Daisy, bagaimana bisa ia berbuat jahat kepada adik kelas yang tak punya masalah dengannya? Bahkan jika memiliki masalah pun, lebih baik mereka bermusuhan daripada melakukan hal keji seperti itu.

"Gue bukan manusia. Gue kan bidadari," balas Alamanda santai membuat Daisy semakin jengah.

"Intinya lo jangan berbuat aneh-aneh sebelum lo kena masalah!"

🏠🏠🏠

"Li, satu sekolah gosipin kalo lo sama Brian deket. Emang bener lo anterin dia pulang?" tanya Edelweiss saat mereka tengah berolahraga di lapangan sekolah. Kelas 10 IPS 1, selalu memiliki jadwal yang sama untuk mata pelajaran olahraga bersama kelas 11 IPS 1, kelas hits.

"Ngga usah dibahas. Gue sama Brian ngga ada hubungan apa-apa," balas Camellia sembari menghapus keringatnya dengan tissue.

"Eh eh, lihat! Kak Daisy pingsan!" seru Sakura menunjuk kearah Daisy yang jatuh ketanah. Banyak orang menghampiri, terutama Brian yang langsung menggendong Daisy menuju UKS.

"Anjir kak Brian gendong! Keren banget," cicit Edelweiss. Tak lama Camellia berdiri membuat dua sahabatnya keheranan.

"Lo mau kemana, Li?"
"Nyamperin kak Daisy ke UKS lah," balas gadis itu santai kemudian melangkahkan kakinya menuju UKS yang tak jauh dari lapangan. Edelweiss dan Sakura pun ikut menyusul.

Sesampainya di UKS, hanya ada Brian, petugas UKS dan Alamanda, sahabatnya. Brian dengan telaten melepas sepatu gadis itu. "Li, emang kak Brian sama kak Daisy itu deket ya? Perhatian banget kak Brian," bisik Edelweiss.

"Kata murid-murid disini sih mereka temenan dari SMP. Trus katanya kak Daisy suka sama kak Brian dari SMP, tapi kak Brian ngga pernah bisa balas perasaan kak Daisy." bukan Lia yang menjawab, melainkan Sakura.

"Cinta bertepuk sebelah tangan," cicit Edelweiss manggut-manggut.

"Heh! Kalian bertiga ngapain disini? Pergi sana! Daisy ngga perlu dijenguk sama adik kelas songong kaya lo, ngga usah sok kenal juga sama sahabat gue," cerca Alamanda menghampiri mereka bertiga.

Brian yang mendengar bentakan Alamanda pun menoleh kearah pintu, pria itu sedikit terkejut melihat kedatangan Camellia. Lia ngga bakal berpikir gue ada hubungan apa-apa sama Daisy kan? Batin pria itu.

"Al, lo ngga boleh gitu lah. Apa salahnya mereka bertiga kesini? Lagian ngga ganggu juga," bela Brian kepada tiga gadis itu. Brian sempat saling tatap dengan Camellia, namun gadis itu lebih dulu mengalihkan pandangannya kearah Alamanda.

"Oke. Tolong bilang ke kak Daisy semoga cepet sembuh," balas Camellia.

Alamanda mendekat kearah Camellia. "Lo ngga usah sok baik kalo nyatanya lo sendiri yang udah nyakitin temen gue. Mending lo ngga usah deket-deket sama Brian kalo ngga mau berurusan sama gue. Lo pasti udah denger soal Daisy dan Brian kan?"

Edelweiss dan Sakura bisa dengar apa yang Alamanda bisikan pada Camellia. "Maksud—" ucapan Sakura terpotong karna Camellia segera menarik tangan kedua sepupunya untuk menjauh dari UKS dan tidak memperkeruh suasana.

"Li, lo ngapain narik tangan gue sih? Gue tuh mau nanya apa maksud Alamanda bilang kaya gitu ke lo!" kesal Sakura menghentakkan tangannya yang dicekal oleh Camellia.

"Lo mau ribut di UKS sedangkan kak Daisy masih belum sadar? Udah lah, berdebat sama dia ngga akan habis." sahut Camellia.

"Tapi, lo ngga kemakan omongan kakak kelas itu kan?" tanya Edelweiss. Walaupun ia tau sepupunya tipe orang yang tak mudah terhasut ucapan orang lain.

"Ya ngga lah, gue kan ngga gampang terpengaruh orang lain. Lagi pula gue sama kak Brian emang ngga ada apa-apa. Gue juga ngga peduli ada apa diantara kak Daisy dan kak Brian."

"Si Alamanda tuh emang ngeselin banget ya? Siapa dia yang berhak ngatur-ngatur lo untuk jauhin kak Brian?" kesal Sakura, apalagi saat ia membayangkan wajah kakak kelasnya yang seperti ingin menerkam mereka.

"Kak Daisy suka sama kak Brian sejak SMP dan mereka ngga pernah pacaran. Wajar sih si Alamanda itu kesel kalo nyatanya kak Brian tertarik sama Lia," sahut Edelweiss.

"Tertarik apanya," sahut Camellia sembari geleng-geleng.

"Li, kalo misalnya lo suka kak Brian, gimana? Apa yang bakal lo lakuin saat tau kalo kak Daisy suka sama kak Brian sejak lama? Nah, kak Daisy kan tipe orang yang baik, kali aja lo ngga tega dan akhirnya ngerelain kak Daisy untuk Brian," ucap Sakura membuat Camellia terdiam.

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang