Camellia - 21. Satu minggu

11 3 0
                                    

        Satu minggu sudah berlalu, dimana Camellia, Sakura dan Edelweiss bersekolah di Jakarta. Alamanda baru saja kembali dari toilet, ia tidak sengaja melihat Gabriel, pria yang ia suka tengah berjalan dengan Camellia, adik kelas yang sangat ia benci. Setiap melihat gadis itu, ia selalu mengingat kejadian dimana Camellia mempermalukannya di koridor.

"Gab, kok lo deket sama adik kelas ini sih? Kalian udah saling kenal?" tanya Alamanda dengan nada kesal dan melirik sinis ke arah Camellia. Sedangkan yang dilirik hanyalah menatap gadis itu dengan santai, seolah tidak pernah terjadi masalah.

"Kenapa? Dia kan adik kelas gue juga. Lagian gue baru liat dia dari perpustakaan." balas Gabriel dengan santai. Berbanding terbalik dengan Alamanda yang seperti kebakaran rambut. Bagaimana tidak? Ia melihat pria yang ia suka berjalan dengan rivalnya sendiri.

        "Kalo gitu aku balik ke kelas dulu ya, kak. Bentar lagi bel sekolah bunyi," pamit Camellia karna merasa suasana sebentar lagi akan runyam.

          "Iya. Hati-hati kamu ke kelasnya." ucap Gabriel sambil melambaikan tangannya. Tanpa melirik kearah Alamanda, gadis itu berjalan lurus menuju kelasnya, 10 IPS 1 yang letaknya tak jauh dari 11 IPS 1, kumpulan para murid hits.

          Alamanda menatap keduanya aneh, apalagi saat mendemgar cara bicara mereka. "Aku-kamu?" tanya gadis itu ketika Camellia sudah pergi dari hadapan mereka berdua. "Gab, maksud lo pake aku-kamu sama si anak baru itu, apa?"

        Gabriel dengan santai berjalan menuju kelasnya yang tinggal beberapa langkah. "Ngga ada maksud apa. Apa pentingnya soal kosa kata? Lagian gue ngomong sama adik kelas, dan dia ngomong sama kakak kelas jadi ya lebih sopan."

        Alamanda kesal, ia menghentakkan kakinya ke lantai koridor. Semua murid disana melihat kejadian itu, tak jarang desas-desus terdengar oleh Alamanda yang semakin membuatnya ingin menghilang saat itu juga.

       "Kalo gue jadi Gabriel ya gue lebih milih sama Camellia lah. Lagian jelas jauh Lia lebih cantik, kalem, pembawaannya tenang."

       "Tapi, sekalinya ngomong jleb banget tuh!"

       "Kasian ya si Alamanda, attention diembat dan sebentar lagi si Gabriel. Kayanya itu karma dia yang selalu sombong karna bisa jadi most wanted disini."

"HEH! KALIAN NGOMONG APA? UDAH BERANI YA LO SEMUA NGOMONGIN GUE SECARA LANGSUNG GINI?" bentak Alamanda kepada gadis-gadis yang secara terang-terangan bergosip tentangnya.

"Apa yang buat kita takut lagi, Alamanda Isabelle? Lo juga bukan cassanova. Sekarang cassanova perempuan itu Camellia, Sakura dan Edelweiss." balas seorang gadis dengan lugas semakin membuat Alamanda naik pitam.

Tak lama Daisy datang menghampiri Alamanda. "Lo kenapa, Al? Kok kaya kesel gitu?" karna setelah kedatangan Daisy, gadis-gadis yang bergosip mengenai Alamanda sudah pergi.

"Orang-orang jadi berani ngomongin gue karna sekarang yang lebih populer si anak baru songong itu! Tau ah bikin mood gue hancur aja," Alamanda langsung masuk ke dalam kelas kemudian menghampiri Gabriel. Daisy yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Daisy kemudian melihat Gabrian yang tengah tertawa bersama Gevano dan Gerald. Tawa dan senyumnya membuat hati Daisy menghangat. Andai saja ia bisa menjadi alasan tawa dan senyum itu. Namun, itu hanyalah sebuah andai. Tak ingin terlalu larut oleh perasaan yang semakin hari semakin dalam, Daisy memilih duduk dan membaca bukunya.

Sedangkan, disisi lain Gabriel terkejut karna kedatangan Alamanda yang langsung duduk di samping bangkunya. Sebenarnya ia malas meladeni gadis yang tergila-gila padanya itu. Tapi, ia selalu ingat dengan ucapan bunda-nya yang tak boleh menyakiti hati perempuan. Karna, itu sama saja menyakiti hati bunda dan adiknya.

"Ada apa?"

"Gab, lo ngga ada perasaan lebih ke Camellia, kan? Lo tau kan kalo gue suka sama lo."

Gabriel kemudian menoleh ke samping, pria itu  akui bahwa gadis yang suka padanya itu memang cantik. Sayangnya, sifat gadis itu sangat bertolak belakang dengan parasnya. "Lo bakal nyesel kalo terus ganggu Camellia, Al. Cepat atau lambat lo pasti bakal minta maaf ke dia setelah apa yang lo lakuin ke dia. Jadi, gue kasih tau dari sekarang sebelum lo terlalu nyesel nantinya."

Bukan itu jawaban yang Alamanda inginkan. Ia hanya ingin jawaban dari Gabriel bahwa pria itu tak memiliki perasaan kepada Camellia. Minta maaf dan menyesal? Itu bukanlah sifat Alamanda, mana mungkin ia akan minta maaf kepada rivalnya itu?

"Nyesel? Buat apa gue nyesel apalagi berniat buat minta maaf? Gue ngga ada ngerasa buat kesalahan kok. Jadi, gue ngga akan nyesel sama apa yang gue perbuat ke adik kelas baru itu."

○○○

"Kayanya gue harus ngejar Edelweiss deh," ucap Gavin tiba-tiba membuat teman-temannya yang lain menantap bingung kearah pria itu.

"Kenapa lo tiba-tiba ngomong gitu? Kalo lo jadiin Edelweiss sebagai korban lo selanjutnya gue ngga setuju, ya!" tegas Gavaro menuding Gavin dengan garpu, karna mereka sedang berada di kantin.

"Ngawur aja lo, ya ngga lah! Gue kalo nyari korban ya mikir-mikir dulu, anjir! Edelweiss Anne Gavaro itu berbeda. Dan, gue kali ini serius." lugas Gavin dengan gaya cool-nya.

"Tapi, maaf maaf aja ni ya, Vin. Selama ini gue jadi followers dia, gue liat ada foto-foto dia sama cowo tuh. Trus di live pribadinya, dia juga pernah bilang kalo dia punya pacar yang tinggal di Bali. Mereka satu sekolah, dan gue rasa sampe sekarang mereka masih deh." sahut Gavaro membuat Gavin seketika menegang.

"Serius lo, Var? Lo ngga lagi boongin gue, kan? Van? Gab? Kalian kan juga followers Edelweiss. Emang bener?" tanya Gavin kepada Gabriel dan Gavano.

Dua pria yang ditanya itu mengangguk. "Kalo lo mau info pastinya, mending tanya ke orangnya langsung lah. Itu pun kalo dia mau ngasih tau," ucap Gavano terkekeh membuat raut wajah Gavin menurun.

"Kalo Sakura? Dia jomblo, kan? Gue juga serius sama dia, ya walaupun kayanya dia ngga yakin sama gue. Tapi, ngga masalah. Gue bakal berjuang buat dia percaya sama gue." ucap Gerald tiba-tiba dengan percaya diri.

"Ini kenapa tiba-tiba pada nyari adik kelas baru itu, sih? Kalian aja baru kenal satu minggu lalu. Kalian itu cuma suka sama parasnya doang, suka itu sama hatinya." ucap Gabriel membuat mereka tertampar.

"Ngga kok, gue memang suka Sakura karna dia beda dari yang lain aja,"

"Iya, gue juga. Kali ini gue serius."

"Bro? Lo kenapa diem aja? Jadi, ngincer Mawar Camellia Garbera, ngga?" ucap Gabriel melihat Gabrian yang hanya mengaduk makanannya tanpa niat ikut berbicara. Biasanya pria itu paling semangat saat membahas adik kelas yang baru saja bersekolah ditempat mereka.

"Tau tuh, lo ngga cocok jadi orang kalem!" celetuk Gevano menimpali.

"Gue sih sampe sekarang memang pengen nyari Camellia, tapi kayanya ngga bisa deh. Selain kita ngga seiman, gue rasa Lia juga udah punya cowo. Gue liat dari account instagramnya, ada beberapa foto sama cowo. Ya walaupun ngga keliatan mukanya,"

Gabriel tertawa mendengar hal tersebut membuat Gabrian kebingungan. Apa dia sedang melawak? "Muka lo ngenes banget, anjir! Sejak kapan lo jadi nyerah gini sih? Ya kalo lo mau tau cowo itu siapa, lo bisa tanya ke orangnya langsung kan? Sebelum janur kuning melengkung, masih bisa ditikung!"

"Ya gue jadi pesimis aja buat dapetin Lia, siapa tau pacarnya itu artis ya jelas gue kalah telak lah! Apalagi Lia itu selebgram, ngga susah buat dapetin pacar artis!" ucap Gabrian dengan nada sedih. Sepertinya Gabrian Rayn Arion yang selalu percaya diri dengan kesempurnaan yang ia miliki, sekarang justru sebaliknya.

My CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang